Johannesburg (ANTARA News) - Untuk yang kesekian kalinya, Kemal Yasar kembali berkunjung ke penginapan wartawan Indonesia peliput Piala Dunia 2010 di kawasan Bosmont, di barat daya Johannesburg, Rabu.

Setelah sehari sebelumnya ia bersama rekannya Mustapha, membawa dua kantong daging sapi untuk pesta "braai" (barbeque), kali ini Kemal menawarkan undangan yang sayang untuk ditolak, yaitu menghadiri acara ulang tahun ke-13 Jehan, keponakannya.

"Tolong kasih tahu rekan-rekan. Nanti Anda saya jemput pukul 12.00," kata pria berusia 46 tahun itu kepada ANTARA melalui percakapan telpon.

Kemal adalah pria warga negara Afrika Selatan keturunan Albania yang sudah 25 tahun menetap di negeri Nelson Mandela itu. Ia beristrikan wanita keturunan India, tapi belum dikarunia anak.

"Beruntung saya tidak punya anak, sehingga saya tidak perlu merasa cemas seperti orang tua lainnya karena takut anaknya diculik," kata Kemal sambil bercanda.

Pukul 11.30, Kemal pun datang dengan mobil Ford warna putih. Ia ditemani Mustapha, rekannya yang keturunan Tunisia. Pria dengan tinggi sekitar 165cm dan selalu memakai topi hitam itu, dengan ramah mempersilahkan ANTARA dan beberapa rekan wartawan lain masuk mobil menuju rumahnya.

Ternyata rumah Kemal tidak jauh dari tempat penginapan dan sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 15 menit saja. Tapi Kemal tidak membiarkan kami berjalan karena khawatir dengan keselamatan di jalan.

Di rumahnya yang tidak jauh dari Mesjid Bosmont, sudah berkumpul keluarga Kemal, dari kakek-kakek sampai bayi yang berusia empat bulan. Tidak kurang dari 60 orang memenuhi rumah berukuran 150 meter persegi itu.

"Istri saya berasal dari keluarga besar dan kalau semua berkumpul, bisa mencapai 200 orang. Tapi pihak saya, hanya saya seorang diri. Kedua orangtua saya sudah meninggalkan dan saudara saya tinggal di Jerman," kata Kemal.

Karena tidak mempunyai anak, Kemal bersama istrinya sangat menyayangi keponakannya bahkan mengadakan ulang tahun salah satu keponakannya tersebut di rumahnya.

Suasana di rumah keluarga yang beragama Islam tersebut tampak sangat akrab. Anak-anak muda pun terlihat menikmati acara kumpul keluarga tersebut.

Sariat Arifia, warga Indonesia yang juga diundang dalam acara itu mengatakan bahwa tingginya angka kejahatan di Afrika Selatan, di satu sisi justru membawa dampak positif dalam hubungan kekeluargaan.

"Orang-orang di sini justru memilih berkumpul dengan keluarga karena di luar suasana tidak aman. Pukul 20.00 malam mereka semua sudah berada di rumah. Kalau ada yang belum pulang sampai pukul 22.00 malam, keluarga akan mulai cemas, takut terjadi apa-apa," kata Sariat, salah satu dari hanya tiga pengusaha Indonesia di Johannesburg.

Sebagai hidangan pembuka, keluarga Kemal menyuguhkan sop ayam dan jagung hangat, disusul kemudian dengan sandwich. Di meja, masih banyak lagi hidangan lain yang siap disantap.


Sisi Positif

Di tengah pemberitaan yang tidak sedap mengenai Afrika Selatan, terutama yang berhubungan dengan tingginya angka kejahatan, apa yang ditemui dalam keluarga Kemal setidaknya telah memberikan sisi positif dari negeri tersebut.

Kemal tampak mempunyai niat tulus dan tanpa pamrih saat memberikan sesuatu, seperti ketika ia tanpa diminta mengirim berbagai jenis makanan dan minuman ke penginapan wartawan Indonesia di kawasan Bosmont.

Sepertinya pria yang juga ahli bela diri karate tersebut ingin menghapus kesan buruk dan memberikan sisi lain dari Afrika Selatan, negara yang disebut-sebut mempunyai tingkat kejahatan tertinggi di dunia.

Selama berlangsungnya Piala Dunia 2010, setidaknya terdapat tiga tindak kejahatan terhadap wartawan asing telah menghiasi halaman surat kabar lokal. Wartawan asal Portugal, Spanyol, China diberitakan telah dirampok oleh kelompok bersenjata di hotel tempat mereka menginap.

Diperkirakan masih terdapat tindak kejahatan lain, tidak hanya terhadap wartawan tapi juga para penonton dan anggota tim yang tidak dilaporkan.

Anna, seorang turis dari Inggris dalam blog pribadinya menulis bahwa ia sebenarnya tidak ingin menulis mengenai hal-hal yang negatif mengenai masalah keamanan di Johannesburg.

Tapi melihat kondisi rumah yang dipagar tinggi dan dilengkapi kawat beraliran listrik, serta peringatan agar tidak berjalan sendirian di malam hari, menurut Anna, hal tersebut sudah bisa menjadi petunjuk bahwa kota tersebut dan juga kota lain di Afrika Selatan, memang tidak ramah kepada pendatang.

Mengenai kondisi keamanan di Afrika Selatan, Kemal mengakui bahwa kondisi tersebut sebenarnya disebabkan oleh tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda.

"Apartheid hanya mengubah sistem pemerintahan, tapi tidak demikian dengan sistem perekonomian. Kaum kulit putih sebenarnya masih tetap menguasai perekonomian meski mereka sudah tidak berkuasa lagi secara politik," katanya.

Kemal juga mengatakan bahwa kejahatan sebenarnya tidak hanya ada di Afrika Selatan, tapi juga di seluruh dunia dengan tingkat yang beragam. Kejatahan, menurutnya, tidak akan terjadi jika setiap orang waspada dan tidak memberi ruang dan kesempatan bagi seseorang untuk berbuat jahat.

"Anda lihat sendiri, Afrika Selatan negeri dengan alam yang indah bukan? Jadi tolong jangan tulis yang jelek-jelek saja tentang negara kami," kata Kemal sambil tersenyum. (A032/K004)

Pewarta: Oleh Atman Ahdiat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010