Jakarta (ANTARA) - Pembina Yayasan PPM Manajemen, Tjahjono Soerjodibroto mengatakan pandemi COVID-19 telah memaksa organisasi untuk melakukan perubahan.

“Transformasi itu juga mudah. Harus ada sesuatu baru bisa diterima, harus ada sense of urgency. Itu sebabnya Pak Rudiantara (Mantan Menkominfo) mengatakan mumpung ada pandemi, jadi ada satu tantangan bagi kepemimpinan yang memaksa untuk berubah dengan cepat, tepat dan tidak gegabah,” ujar Tjahjono dalam Webinar Nasional Implementasi Model Transformasi Manajemen yang dipantau di Jakarta, Sabtu.

Hasil survei yang dilakukan PPM Manajemen menunjukkan bahwa 29,7 persen responden perusahaan yang telah siap memasuki situasi era kenormalan baru, dan 58,1 persen lainnya dalam tahap proses persiapan, dalam arti sudah merencanakan tahapan transformasi, mempersiapkan SDM dan tim yang menangani perubahan.

Baca juga: Beri layanan terbaik, Jasindo raih penghargaan Kadarman dari PPM Manajemen

Dia menambahkan ada sejumlah industri yang terkena dampak pandemi COVID-19, tapi diharapkan bisa untuk bertumbuh dan mengalami perbaikan, seperti di sektor industri pengolahan, pertambangan, pertanian, dagang, dan komunikasi.

“Pandemi ini telah memaksa kegiatan bisnis untuk melakukan transformasi, menyesuaikan keadaan dan perilaku pasar yang baru, serta perubahan ekosistem dan kompleksitasnya yang mengelilingi usaha tersebut, dan lainnya,” paparnya.

Dampak pandemi COVID-19 berlaku pada semua sektor dan negara, baik negara maju maupun berkembang. Sementara dampak digitalisasi masih bisa diantisipasi.

Webinar itu menghadirkan Koordinator Pusat Inovasi dan Kolaborasi PPM Manajemen Riza Aryanto MM dan Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Produk PPM Manajemen Andi Ilham Said MSOM PhD.

Koordinator Pusat Inovasi dan Kolaborasi PPM Manajemen, Riza Aryanto mengatakan transformasi di dalam organisasi merupakan proses yang berisiko tinggi dan membutuhkan investasi sumber daya yang besar. Dengan demikian, organisasi membutuhkan suatu model yang sudah teruji sebagai pedoman bagi organisasi di Indonesia untuk menjalankan transformasi.

Pada 2017, PPM Manajemen telah meluncurkan “Model Transformasi Organisasi” sebagai respons atas kebutuhan organisasi di Indonesia untuk bertransformasi agar menjadi lebih inovatif, bernilai, dan berkelanjutan. Model Transformasi Organisasi itu dikembangkan melalui observasi dan penelurusan teori, diuji melalui pengalaman praktik konsultansi dan divalidasi melalui riset.

Baca juga: Teknologi pembelajaran terintegrasi jadikan pembelajaran daring setara

Baca juga: Kompetensi pendidik tentukan kualitas pembelajaran daring


“Model Transformasi Organisasi mengambil pendekatan mekanik dengan acuan kerangka kerja. Disebut dengan pendekatan mekanik, karena model tersebut digambarkan seperti dua roda yang dihubungkan dengan sabuk. Acuan kerangka kerja pada komponen dua roda menjelaskan sebuah sistem menyeluruh yang komponennya saling terhubung dengan satu sabuk yang terikat,” kata Riza.

Dalam model tersebut, terdapat tiga komponen utama yang terdiri dari keunggulan bersaing, aspek penentu upaya transformasi sebagai dua roda yang dihubungkan, dan efektivitas strategi sebagai sabuk yang menghubungkannya.

"Ketiga komponen itu adalah komponen yang saling melengkapi untuk mendorong organisasi bertransformasi menjadi lebih baik dan mencapai level lebih tinggi," ucapnya.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021