Namun, pertumbuhan tahunan diperkirakan masih di atas 8,0 persen dan, hingga paruh kedua 2022, denyut pertumbuhan triwulanan akan kembali ke trennya.
Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia menikmati reli pada perdagangan Senin pagi, karena rekor penutupan tertinggi di Wall Street dan pelonggaran kebijakan di China membantu menenangkan beberapa kegelisahan baru-baru ini tentang pertumbuhan global, meskipun banyak potensi jebakan terbentang di depan minggu ini.

Di Amerika Serikat, data inflasi dapat memberikan ketakutan menjelang kesaksian Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada Rabu (14/7/2021) dan Kamis (15/7/2021), di mana pasar akan sangat sensitif terhadap pembicaraan tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi) lebih awal.

Musim laporan keuangan emiten juga akan dimulai dengan JP Morgan, Goldman, Citigroup dan Wells Fargo di antara mereka yang melaporkan.

China merilis angka pertumbuhan ekonomi, perdagangan, penjualan ritel, dan output industri di tengah kekhawatiran mereka dapat mengecewakan karena pelonggaran kebijakan yang tiba-tiba pekan lalu.

“Ekspektasi seputar prospek China telah memburuk selama sebulan terakhir sebagai akibat dari beberapa data sebagian mengecewakan yang dibuat jauh lebih buruk oleh optimisme dari pertumbuhan puncak dari pemulihan pandemi,” kata analis Westpac dalam sebuah catatan.

“Namun, pertumbuhan tahunan diperkirakan masih di atas 8,0 persen dan, hingga paruh kedua 2022, denyut pertumbuhan triwulanan akan kembali ke trennya.”

Untuk saat ini, investor senang bahwa ledakan bearish minggu lalu telah berayun di New York, mengirim Wall Street lebih tinggi dan meredam kenaikan dalam obligasi.

Senin pagi, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen, setelah jatuh 2,3 persen minggu lalu.

Nikkei Jepang melambung 1,9 persen, dan menjauh dari palung dua bulan yang disentuh pada Jumat (9/7/2021), sementara Korea Selatan bertambah 0,6 persen. Indeks berjangka Nasdaq naik 0,1 persen dan indeks berjangka S&P 500 sedikit lebih kuat.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun stabil di 1,365 persen, telah mencapai serendah 1,25 persen pada Jumat (9/7/2021) menyusul kenaikan harga delapan sesi berturut-turut.


Baca juga: IHSG Senin pagi dibuka naik 20,21 poin

"Reli suku bunga AS pada Juli sangat luar biasa," kata analis di NatWest Markets. "Tidak ada pendorong yang menjelaskan langkah tersebut dengan sempurna ... tetapi kekhawatiran tentang pertumbuhan global dan varian COVID Delta telah menimbulkan keraguan baru pada inflasi."

Pertarungan penghindaran risiko itu juga telah mendukung mata uang safe haven dolar AS, sampai mengalami aksi ambil untung pada Jumat (9/7/2021). Indeks dolar terakhir di 92,147 terhadap sekeranjang mata uang, setelah menyentuh puncak tiga bulan di 92,844 minggu lalu.

Safe haven yen juga turun menjadi 110,18 per dolar, sementara euro menguat menjadi 1,1871 dolar AS dari terendah minggu lalu di 1,1780 dolar AS.

Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengejutkan pasar pada Senin dengan mengatakan bank akan mengubah pedoman kebijakan pada pertemuan berikutnya dan menunjukkan keseriusan untuk menghidupkan kembali inflasi.

Strategi baru ECB memungkinkannya untuk mentolerir inflasi lebih tinggi dari target 2,0 persen ketika suku bunga mendekati titik terendah.

Suasana penghindaran risiko (risk-off) secara umum membantu emas lebih tinggi minggu lalu dan diperdagangkan pada 1.806 dolar AS per ounce dibandingkan dengan terendah Juni di 1.749 dolar AS.

Harga minyak stabil pada Senin pagi setelah mengakhiri minggu yang bergejolak dengan kenaikan karena persediaan AS mengetat. Para pedagang masih belum yakin tentang prospek pasokan setelah pembicaraan OPEC tentang pembatasan gagal.

Brent terakhir naik 6 sen menjadi 75,61 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS tidak berubah di 74,56 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Australia dibuka melambung, terkerek kenaikan harga komoditas

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021