ika kita melihat data yang kuat, The Fed dapat memajukan proyeksi mereka untuk kenaikan suku bunga pertama mereka lebih jauh dari perkiraan mereka saat ini pada 2023
Tokyo (ANTARA) - Mata uang berisiko melayang di atas posisi terendah baru-baru ini terhadap dolar AS dan yen di perdagangan Asia pada Senin pagi, karena kekhawatiran tentang perlambatan pemulihan ekonomi global tampaknya telah mereda untuk saat ini.

Prospek inflasi AS dan kecepatan pengetatan kebijakan Federal Reserve (Fed) di masa mendatang kembali menjadi fokus menjelang data harga konsumen pada Selasa (13/7/2021) dan kesaksian Ketua Fed Jerome Powell mulai Rabu (14/7/2021).

"Jika kita melihat data yang kuat, The Fed dapat memajukan proyeksi mereka untuk kenaikan suku bunga pertama mereka lebih jauh dari perkiraan mereka saat ini pada 2023. Itu juga berarti mereka harus menyelesaikan tapering (pengurangan pembelian obligasi) lebih awal," kata Ahli Strategi Valas Senior Barclays, Shinichiro Kadota.

Euro diperdagangkan pada 1,1873 dolar AS, merayap kembali dari level terendah tiga bulan di 1,17815 dolar AS yang ditetapkan pada Rabu (7/7/2021), sementara terhadap yen mata uang tunggal itu berdiri di 130,87 yen, turun dari level terendah 2,5 bulan pada Kamis (8/7/2021) di 129,63 yen.

Sterling juga menguat menjadi 1,3900 dolar AS, sementara dolar Australia memantul kembali ke 0,7487 dolar AS dari level terendah tujuh bulan pada Jumat (9/7/2021) di 0,7410 dolar AS.

Baca juga: Dolar melemah, investor lebih menyukai mata uang berisiko

Mata uang berisiko tergelincir awal pekan lalu karena investor membatasi taruhan mereka, sebagian karena data ekonomi dari banyak negara tidak memenuhi ekspektasi pasar.

Kekhawatiran tentang varian Delta dari Virus Corona juga menambah suasana hati-hati meskipun beberapa investor berpikir pemulihan ekonomi akan tergelincir.

Namun, penjualan mata uang berisiko mereda pada Jumat (9/7/2021), dan sentimen semakin diperkuat setelah China memangkas rasio persyaratan cadangan bank secara keseluruhan, untuk mendukung pemulihan ekonominya yang mulai kehilangan momentum.

Pada Senin pagi, yuan China datar di 6,4785 per dolar, turun dari level terendah 2,5 bulan pada Jumat (9/7/2021) di 6,5005.

Pemulihan sentimen risiko menghambat safe-haven yen pada Senin. Mata uang Jepang berdiri di 110,17 yen per dolar, turun dari tertinggi satu bulan pada Kamis di 109,535 yen.

Baca juga: Rupiah Senin pagi menguat 38 poin

Dengan kalender data pada Senin yang relatif kosong, banyak investor menunggu data harga konsumen AS pada Selasa (13/7/2021) untuk Juni.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan IHK inti naik 0,4 persen dari Mei dan 4,0 persen dari tahun sebelumnya setelah dua bulan berturut-turut harga-harga naik tajam.

Setiap tanda bahwa inflasi bisa lebih persisten dari yang diperkirakan sebelumnya dapat memicu ekspektasi bahwa Fed mungkin keluar dari stimulus saat ini lebih awal, mendukung dolar terhadap mata uang utama lainnya.

Sebaliknya, data yang lebih ramah dapat membuat investor berpikir bahwa bank sentral AS mampu mempertahankan kerangka kebijakan yang longgar lebih lama, mendorong lebih banyak taruhan pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang yang sensitif terhadap risiko.

Mata uang kripto sedikit bergerak, dengan Bitcoin di 34.267 dolar AS dan Ether di 2.137 dolar AS.

Baca juga: Yuan berbalik melemah 50 basis poin jadi 6,4755 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021