Konsumsi buah dan sayur ini juga mencegah defisiensi mikronutrien, khususnya di negara berkembang
Jakarta (ANTARA) - Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mengungkapkan pandemi COVID-19 membuat permintaan sayuran dan buah semakin meningkat, tidak hanya di pasar lokal bahkan ekspor produk hortikultura juga tetap menggeliat.

Menurut dia, setidaknya fenomena pandemi mendorong kesadaran gaya hidup sehat masyarakat dengan mengonsumsi buah-sayur, apalagi organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi buah dan sayur sebanyak minimal 400 g/hari untuk mencegah penyakit seperti jantung, kanker, diabetes dan obesitas.

"Konsumsi buah dan sayur ini juga mencegah defisiensi mikronutrien, khususnya di negara berkembang," ujarnya dalam sebuah webinar di Jakarta, Kamis.

Selain kebutuhan dalam negeri, tambahnya, Indonesia juga sudah mengekspor produk sayur dan buah ke berbagai negara di dunia, seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab, India, China, Jepang, Korsel, Amerika, dan Uni Eropa dengan tren yang positif

Ada 77 jenis sayuran yang diekspor, misalnya tomat, buncis, kubis, sawi, bunga kol, dan selada air. Sedangkan, ekspor buah dari Indonesia berupa manggis, nenas, pisang, mangga, melon, dan semangka.

Bungaran mengungkapkan pada 2020, BPS mencatat ekspor pertanian tanaman tahunan berupa buah-buahan tahunan mencapai 438,1 juta dolar AS, naik signifikan 114,6 juta dolar AS atau tumbuh sekitar 35,42 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 323,5 juta dolar AS.

Sementara, ekspor pertanian tanaman semusim berupa sayur-sayuran mencapai 114 juta dolar AS pada tahun lalu. Jumlah pengapalan produk sayur-sayuran juga mengalami lonjakan positif sampai 27,6 juta dolar AS atau tumbuh 31,94 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 86,4 juta dolar AS.

Pada kesempatan itu Bungaran menyatakan di masa depan potensi pasar premium hortikultura akan semakin membesar sehingga Indonesia mesti bisa memaksimalkan penetrasi produk terkait di sejumlah wilayah besar di tanah air.

"Seperti Jabodetabek yang sebenarnya lebih besar penduduknya dibanding Australia dan (gabungan) Singapura-Malaysia dalam sisi pasar. Jangan-jangan lebih besar premium market," katanya dalam webinar di Jakarta, Kamis.

Ia menilai, potensi yang membesar itu terdongkrak dari perbaikan ekonomi nasional perkapita saat ini, dibandingkan dengan kondisi 20 tahun yang lalu. Jadi segmentasi pasar premium terus berkembang belakangan.

Oleh karena itu, mantan Menteri Pertanian itu mengajak semua pihak terkait untuk terus memaksimalkan potensi pangsa pasar di dalam negeri ini. Bungaran mengingatkan pelaku bisnis di sektor ini untuk memahami seluk-beluk permintaan pelanggan.

Senada, Deputi GM Merchandising Division AEON Indonesia Feri Rahman Saputra mengatakan customer retail di dalam negeri telah berubah drastis satu dekade terakhir.

Namun, perubahannya semakin intens dalam lima tahun terakhir, begitu juga terdorong oleh fenomena pandemi. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan meningkat.

"Pada awal masa pandemi, hortikultura menjadi salah satu produk yang mengalami peningkatan luar biasa sampai 2-3 kali lipat, terutama sayur-mayur dan buah. Kami bahkan waktu itu sempat kewalahan memenuhi (permintaan) customer," ucapnya.

Hingga kini pun, pertumbuhan permintaan produk terkait masih mengalami pertumbuhan positif. Walau tidak sebesar yang terjadi pada tiga bulan awal pandemi.

"Minimal meningkat 130 persen per bulan, cukup signifikan. Banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan pasar untuk saat ini," katanya.


Baca juga: Kementan akan tambah food estate berbasis hortikultura
Baca juga: Pemerintah tingkatkan kemitraan pengembangan hortikultura
Baca juga: Panen hortikultura, Ketua DPD: Program "food estate" mulai dirasakan

Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021