CSR biasanya hanya dikenal dengan CID, namun saat ini sudah tidak lagi. Bagaimana kami merencanakan program CSR, tentunya kita harus mengetahui isu-isu yang berkembang, lalu memetakan stakeholder siapa saja yang terlibat, lalu mengintegrasikan dalam
Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) telah membuat struktur manajemen CSR untuk merespons terbitnya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentang Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Agus Yuswanta, VP Corporate Social Responbility (CSR) PT PLN, mengatakan setelah membuat struktur manajemen CSR pada Mei 2021, PLN juga menjalankan beberapa program CSR.

“CSR biasanya hanya dikenal dengan CID, namun saat ini sudah tidak lagi. Bagaimana kami merencanakan program CSR, tentunya kita harus mengetahui isu-isu yang berkembang, lalu memetakan stakeholder siapa saja yang terlibat, lalu mengintegrasikan dalam SDGs,” ujar Agus dalam diskusi daring Energy Editor Society (E2S) bertajuk Visi Top Management BUMN dalam Program TJSL di Jakarta, Kamis.

Selain Agus, hadir dalam diskusi adalah Riki F Ibrahim. Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero), Abdullah Umar, Senior Vice President Corporate Secretary PT Timah Tbk, dan Arya Dwi Paramita, VP CSR&SMEPP Management PT Pertamina (Persero).

Pemerintah melalui Kementerian BUMN kembali mengubah peraturan terkait Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan BUMN dengan diterbitkannya Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/04/2021. Peraturan tersebut diklaim sebagai penyempurnaan dari Permen BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkugan BUMN sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Permen BUMN PER-02/MBU/04/2020 tentang perubahan ketiga atas Permen 2015.

Permen yang ditetapkan Menteri BUMN Erick Thohir pada 8 April 2021 telah menetapkan secara jelas bahwa program TJSL BUMN direncanakan dan dilaksanakan oleh direksi.

Menurut Agus, di PLN ada tiga program unggulan, PLN pintar, power, green. Lalu ada juga program yang bersifatnya social investment atau donasi.

“Kami kunci anggarannya adalah 50 persen dari total anggaran yang ada, ini minimal. Misalnya di sisi pembangkit, PLTU itu kan menghasilkan FABA, ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat utk membuat batako yang bermanfaat dalam membangun rumah,” ungkap dia.

Menurut Agus, program lainnya yang dijalankan PLN adalah TOS atau tempat olah sampah. Disini sampah diolah menjadi pelet lalu menjadi gas yang bisa dimanfaatkan oleh PLT kami. Di sisi masyarakat bisa kurangi sampah, di sisi PLN bisa hemat bahan bakar minyak.

Sementara Arya Dwi Paramita, Vice President CSR and SMEPP Pertamina, mengatakan di sektor energi, Pertamina melihat Permen TJSL dari sisi mitigasi dan share value sustainability.

“Lalu melihat bagaimana yang relevan dengan industri kita. Jadi harus ada yang fokus sesuai core kompetensi. Di sektor energi adalah untuk kepentingan pengembangan, kehadiran perusahaan energi pasti akan memberikan ketahanan energi,” kata Arya.

Menurut Arya, Pertamina melihat Kementerian BUMN sudah membuat kluster sesuai industrinya. Pertamina melalui direktur utama juga sudah menyampaikan ke Kementerian BUMN strategi yang dilakukan Pertamina.

“Pasti memang akan beririsan dengan industri lain. Kami melihat dari seluruh aspek perusahaan,” katanya.

Pertamina, kata Arya, menjalankan program yang berbasis masyarakat. Permen BUMN Nomor 5 saling berkaitan dengan Permen LHK, ada irisan yang saling mendukung.

“Contoh kami menjalankan program dari PHM. Di Kalimantan kami bertemu dengan dinas LHK lalu diarahkan untuk memanfaatkan sampah yang bisa menghasilkan gas methan,” ungkapnya.

Direktur Utama Geo Dipa Energi Riki F Ibrahim mengatakan kebijakan baru Program TJSL perusahaan BUMN merupakan upaya pemerintah mengantisipasi atau melaksanakan perbaikan. Kebijakan saat ini yang tengah mengalami pandemi Covid-19, transisi energi, tentunya harus segera bangun inovasi dan melakukan terobosan.

“Kami sebagai satu satu BUMN yang khusus melaksanakan pembangunan PLTP, termasuk eksplorasi harus menyikapi bagaimana melakukan transisi,” kata dia.

Selain itu, lanjut Riki, bagaimana operasionalnya dan hubungannya dengan masyarakat, juga tidak lupa dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan. Capaian development goals 2030 melalui program TJSL.

“Ini kewajiban kita semua tidak hanya BUMN, namun juga swasta juga harus mengambil bagian lebih dalam hal ini,” kata dia.

Kegiatan TJSL merupakan komitmen perusahaan dan membangun yang sifatnya sustainable. Selama ini  sudah dilakukan sesuai kapasitas perusahaan. Tentu hal ini harus juga dikaitkan dengan bagaimana adanya manfaat dengan ekonomi, sosial lingkungan dan hukum serta tata kelola serta terukur dampaknya dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan bagian dari pendekatan bisnis perusahaan.

“Pandangan kami positif Kementerian BUMN mendorong empowerment kepada perusahaan-perusahaan. Kami sebagai kepanjangan BUMN maka harus unik harus berikan contoh kepada swasta. Inilah pemerintah buktikan bahwa kepedulian terhadap sosial itu penting. Kita harus bangun creating share value,” ungkap Riki.

Baca juga: Indonesia resesi, BUMN bisa berperan pulihkan ekonomi lewat CSR

Baca juga: Erick Thohir perintahkan dana CSR BUMN fokus bantu penanganan COVID-19

Baca juga: Erick Thohir: CSR BUMN akan difokuskan ke pendidikan dan lingkungan

 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021