Jakarta (ANTARA) - Film "A Perfect Fit" yang ditulis oleh Garin Nugroho bersama sutradara Hadrah Daeng Ratu menyuguhkan komedi romantis di mana tradisi dan modernitas memegang peranan penting, yang dibungkus oleh keindahan budaya dan tradisi Bali.

Film itu bercerita tentang seorang fashion blogger bernama Saski (Nadya Arina) yang tanpa sengaja mengubah takdirnya ketika mengunjungi sebuah toko sepatu.

Simak lima alasan berikut mengapa "A Perfect Fit" dapat menjadi tayangan komedi romantis favorit Anda yang baru, dikutip dari siaran resmi Netflix.

Baca juga: Enam film Indonesia ini tayang terbatas di laman Festival Film Locarno

Baca juga: Ingin angkat isu sensitif lewat film? Ini tips Garin Nugroho


Cerita romantis karya dua sineas ternama

Hadrah Daeng Ratu merupakan sutradara muda berbakat Indonesia yang dikenal lewat karyanya di film pendek pemenang penghargaan Sabotase dan film pemecah rekor MURI Makmum. Hadrah bekerja sama dengan Garin Nugroho, yang karya-karya estetis dan puitisnya telah membawanya ke berbagai penghargaan lokal dan internasional. Keduanya pun menghasilkan sebuah kisah cinta yang berlatar di Bali dan terinspirasi dari kisah klasik Cinderella.

"A Perfect Fit merupakan sebuah kisah cinta yang berkaitan dengan dongeng - sesuatu yang kita sering khayalkan tetapi selalu diharapkan menjadi nyata,” ujarnya. Hadrah pun memilih sepatu sebagai analogi dongeng yang diangkat dalam film ini.

“Memilih sepatu sama seperti memilih pasangan. Jika kita merasa nyaman dengan sepatu dan pijakannya, maka langkah dan hidup kita juga akan menjadi nyaman. Kisah cintanya berbeda karena jika biasanya dari mata turun ke hati, ini dari kaki naik ke hati. Dalam A Perfect Fit, tidak ada yang tidak mungkin dalam cinta”.

Sisi Bali yang belum banyak terungkap

"A Perfect Fit" menggabungkan romansa yang ringan dengan budaya dan tradisi Bali yang kuat. Dengan pengambilan gambar yang sebagian besar dilakukan di Bali, penulis Garin Nugroho - yang juga merangkap sebagai desainer produksi - mengatakan bahwa ia ingin memperkenalkan sisi Bali yang belum banyak dieksplorasi dalam budaya pop sebelumnya.

“Bali menjadi penggabungan antara tradisi, modern, bahkan global dengan gaya hidupnya masing-masing, di mana hal ini menimbulkan banyak peristiwa di A Perfect Fit. Semoga film kami bisa menjadi teman bagi warga Indonesia saat ini”. Bersiaplah untuk mengunjungi Bali secara virtual bersama A Perfect Fit, termasuk desa Tenganan yang merupakan desa tertua dan bagian dari Bali kuno yang disebut Bali Aga, melihat pembacaan Lontar, dan menyaksikan tradisi gulat lumpur atau Mepantingan.

Perpaduan para bintang muda dan kawakan

"A Perfect Fit" menampilkan sederet bintang muda berbakat, seperti Nadya Arina, Refal Hady, Giorgino Abraham, Laura Theux, dan Anggika Bolsterli, serta para pemain kawakan termasuk Christine Hakim, Ayu Laksmi, Mathias Muchus, Unique Priscilla, dan Karina Suwandi. Nadya, Refal, dan Giorgino pun menjelaskan mengenai karakter mereka masing-masing.

“Saski adalah seorang gadis yang lahir dengan budaya Bali yang sangat kental, namun semangatnya di industri fashion mengharuskannya untuk memiliki pikiran yang terbuka. Karakternya sangat relatable dengan banyak perempuan Indonesia di usia 20an,” komentar Nadya.

Sementara itu, Refal menjelaskan, “Rio adalah sosok pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan tidak pernah mau melewatkan kesempatan. Oleh karena itu, dia berjuang sekuat tenaga untuk mengikuti instingnya. Dia juga juga memiliki jiwa petualang yang cukup tinggi”.

Giorgino ikut menambahkan, “Sebagai pacar Saski, Deni memiliki latar belakang keluarga yang berada dan melihat Saski sebagai pasangan yang harus menuruti perkataannya. Dia memiliki karakter yang manja, namun juga sedang mencari jati diri karena tidak tahu apa yang ia mau”.

Garin pun berkomentar mengenai pemilihan para pemain, “Menurut saya yang paling menarik dari ensemble pemain ini adalah bintang utamanya merupakan pemain baru dan muda, namun karakter pendukungnya adalah para maestro. Menurut saya pilihan tersebut adalah pilihan yang saling mengisi dan melengkapi”.

Pelajaran untuk generasi muda

Menampilkan sebuah kisah cinta mengenai konflik antara tradisi dan modernitas, "A Perfect Fit" membawa hal-hal yang dapat dipelajari oleh generasi muda. Refal Hady mengatakan bahwa film ini mengajarkan kita untuk memutuskan sesuatu dan menemukan jalan yang terbaik dalam cinta, mimpi, maupun diri sendiri.

Giorgino Abraham juga menambahkan, “Melalui film A Perfect Fit, saya berharap agar generasi muda dapat berani dalam mengambil langkah besar dan keluar dari zona nyamannya masing-masing”.

Sementara itu, Nadya Arina berkomentar, “Saya ingin generasi muda bisa lebih tertarik untuk mempelajari tentang budaya kita sendiri karena film ini akan banyak mengangkat budaya Indonesia yang sangat kaya”.

Harapan para kreator

Hadir di 190 negara melalui Netflix, para kreator menyampaikan harapan mereka bagi para penonton lokal dan global. Hadrah mengatakan,

“Saya berharap banyak yang ‘melek’ dengan budaya yang kita punya. Indonesia memiliki banyak sekali budaya yang tak lepas dari keseharian kita. Ada banyak hal menarik yang diangkat di film ini”.

Sementara itu, Garin mengatakan bahwa penonton global dapat menyaksikan sebuah drama dengan komedi-komedi khas lokal melalui film ini “Banyak hal yang mungkin mengagetkan penonton global, seperti persyaratan menikah dalam tradisi Makassar dan Bali yang cukup rumit. Namun, saya harap hal itu akan menjadi sesuatu yang menarik dalam A Perfect Fit”.

Baca juga: "A Perfect Fit", kolaborasi Hadrah Daeng Ratu dan Garin Nugroho

Baca juga: Siti Nurbaya dalam bingkai masa silam, kini dan nanti

Baca juga: Garin Nugroho gelar workshop di Galeri Indonesia Kaya

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021