Jakarta (ANTARA) - Komite Olimpiade Internasional (IOC) mendukung pemilihan atlet angkat besi transgender Laurel Hubbard
untuk tampil di Olimpiade Tokyo meskipun menuai kritik.

Dilansir Reuters, Sabtu, Hubbard akan menjadi atlet transgender pertama yang berkompetisi di Olimpiade setelah terpilih masuk kontingen Selandia Baru untuk bersaing di nomor +87 kg putri.

Masuknya Hubbard yang kini berusia 43 tahun dalam skuad Selandia Baru menjadi sorotan dan banyak yang mempertanyakan keadilan atlet transgender yang bersaing dengan wanita.

Baca juga: Laurel Hubbard bakal jadi atlet transgender pertama di Olimpiade
Baca juga: Lifter Brazil dicoret dari tim Olimpiade Tokyo karena doping


Presiden IOC Thomas Bach mengatakan terkait aturan kualifikasi telah ditetapkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) sebelum kualifikasi dimulai.

"Aturan ini berlaku, dan Anda tidak dapat mengubah aturan selama kompetisi yang sedang berlangsung," kata Bach.

Bach mengungkapkan aturan akan ditinjau dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat untuk menetapkan pedoman baru pada masa depan.

"Pada saat yang sama IOC berada dalam fase penyelidikan dengan semua pemangku kepentingan yang berbeda," ujar Bach.

Pada 2015, IOC telah membuka jalan bagi atlet transgender untuk bersaing di Olimpiade sebagai wanita, asalkan kadar testosteron mereka di bawah 10 nanomol per liter, setidaknya 12 bulan sebelum kompetisi.

Ditanya berulang kali apakah mendukung Hubbard berlaga di Olimpiade Tokyo, Bach mengatakan pemilihan atlet didasarkan pada aturan tertentu.

"Aturan sudah ada dan aturan harus diterapkan dan Anda tidak dapat mengubah aturan selama sistem kualifikasi yang sedang berlangsung," kata Bach menegaskan.

Baca juga: Atlet angkat besi Uganda menghilang di Jepang sebelum Olimpiade
Baca juga: Profil atlet Olimpiade: Lifter Nurul Akmal
Baca juga: Profil atlet Olimpiade: Lifter Rahmat Erwin Abdullah

 

Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021