Mereka tamu kami, jadi kami tak boleh mengatur prilaku mereka

Olimpiade Tokyo sudah diputuskan digelar dalam sistem gelembung seperti NBA di Amerika Serikat yang melakukannya dari 30 Juli sampai dengan 11 Oktober 2020 ketika melanjutkan kompetisi yang sempat terhenti pandemi.

Sama dengan gelembung NBA, Olimpiade Tokyo tak dihadiri penonton. Tapi gelembung Olimpiade Tokyo pastilah jauh lebih rumit dari pada gelembung NBA, mulai dari jumlah atlet, sampai kompleksitas masalahnya yang jauh lebih berat, termasuk hubungannya dengan pertemuan berbagai kultur berbeda yang bisa mempengaruhi bagaimana pandemi dan protokol kesehatan disikapi.

Pada gelembung NBA, 22 tim diundang melanjutkan kompetisi dan setiap tim dibatasi hanya mengirimkan 35 orang, termasuk 17 pemain. Mereka dipandu oleh protokol kesehatan yang ketat. Tetapi celah kebocoran gelembung justru pada 5.795 orang yang bekerja untuk kelancaran kompetisi NBA, termasuk mereka yang mengurus akomodasi.


Fakta di lapangan berbeda

Mereka disebut celah kebocoran karena mobilitas mereka untuk keluar masuk venue cukup tinggi, ketika semua atlet dan ofisial dikandangkan dalam satu tempat yang diikat oleh protokol kesehatan yang ketat.

Meskipun begitu, kompetisi NBA itu berakhir tanpa ada insiden berarti. Itu mungkin karena skala gelembung NBA jauh lebih kecil dibandingkan Olimpiade yang tak saja melibatkan puluhan ribu atlet dan ofisial, tetapi juga kultur berbeda-beda yang bisa menjadi kendala dalam hubungannya dengan protokol kesehatan.

Situasi itu diperumit oleh merajalelanya varian baru virus corona yang tak terjadi saat gelembung NBA dan juga saat kompetisi-kompetisi sepak bola elite Eropa digelar.

Contoh mutakhir mengenai celah gelembung Olimpiade itu terjadi Sabtu, 14 Juli lalu ketika tujuh pegawai sebuah hotel di Hamamatsu di Jepang tengah di mana puluhan atlet Brazil, positif terpapar COVID-19.


Baca juga: Tes terkini kembali nyatakan gelembung NBA bersih dari COVID-19
Baca juga: COVID-19 melanda kampung atlet, IOC minta dukungan warga Jepang



Selanjutnya: kekhawatiran mayoritas 11.000 atlet

Copyright © ANTARA 2021