Kupang (ANTARA News) - Wakil Bupati Belu Nusa Tenggara Timur Lodovikus Taolin meminta warga dari 36 desa di hilir sungai perbatasan Indonesaia-Timor Leste untuk mewaspadai banjir kiriman dari empat sungai besar di kawasan cagar alam Mutis pada musim hujan.

"Setiap saat apabila kondisi cuaca permukaan wilayah kepulauan ini terutama di lokasi empat sungai itu diselimuti awan tebal dan pada tempat-tempat tertentu dapat membentuk awal gelap hingga terjadinya hujan ringan pasti terjhadi banjir," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Minggu.

Ia mengatakan, banjir kiriman Sungai Noelmina, hulunya di Desa Nenas Kabupaten Kupang, Sungai Noelfael hulunya di Desa Nuapin dan Sungai Noelbessi berhulu di Desa Tasinifu, Kabupaten Timor Tengah Utara semuanya bermuara ke hilir Sungai Benenain di Kabupaten Belu, dan saat meluap dapat menimbun rumah dan kebun warga bahkan sampai merenggut nyawa.

"Permintaan ini sifatnya perintah, sehingga kepada camat dan kepala desa agar memperhatikan hal ini dengan melakukan antisipasi yang sifatnya mencegah dan melakukan tindakan penyelematan apabila sesewaktu terjadi luapan banjir dan menggenangi rumah-rumah penduduk hingga membawa korban jiwa," katanya.

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Esthon Foenay mengatakan, bencana banjir bandang di Wasior Papua Barat harus menjadi peringatan bagi sebanyak 4,6 juta jiwa di wilayah ini untuk selalu mewaspadai berbagai potensi bencana yang akan terjadi.

"Topografi Nusa Tenggara Timur hampir sama dengan wilayah Papua umumnya yang merupakan wilayah Kepulauan dengan 70 persen daerah perbukitan dan gunung dengan tingkat kemiringan sekitar 50 derajat sangat rawan terjadinya bencana alam," katanya.

Karakteristik wilayah dengan kondisi iklim tropis sering menimbulkan anomali atau penyimpangan iklim yang sulit diprediksi sangat rentan dengan bencana banjir, tanah longsor yang berdampak pada terjadinya jatuhnya korban jiwa, katanya.

Ia menyebutkan, hingga 2009 tercatat 1.317 kejadian tanah longsor melanda wilayah NTT dengan kejadian terbanyak di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 218 kasus dan paling sedikit Kabupaten Sumba Barat hanya satu kasus.

Sedangkan dalam tiga tahun terakhir ini bencana banjir sebanyak 1.410 kasus, di antaranya banjir bandang 109 kasus, gempa bumi 27 kasus.

Selain itu, gelombang pasang laut ada 361 kasus, angin puyuh ada 1.579 kasus, gunung meletus ada 21 kasus dan kebakaran hutan ada 336 kasus.

"Jika dirinci ke desa, maka desa yang terkena dampak bencana alam tersebut antara lain, tanah longsor sebanyak 621 desa, banjir 612 desa, banjir abndang 60 desa, gempa bumi 21 desa dan gempa bumi disertai tsunami satu desa.

Sedangkan gelombang pasang laut melanda 160 desa, angin puyuh melanda 830 desa, gunung meletus melanda 14 desa dan kebakaran hutan ada 156 desa.

Menurut dia, kejadian-kejadain tersebut bukan tidak mungkin terus akan terjadi di wilayah Nusa tenggara Timur dan akan mengancam ketentraman masyarakat di wilayah, sehingga kesiapsiagaan dari setiap warga untuk selalau waspada dan segera menyelamatana diri pada kesempatan pertama terjadi bencana sangat penting.

Wakil Bupati Belu Ludovikus Taolin lebih lanjut mengatakan pada tanggal 2 Juli 2010, banjir bandang merendam 3.816 rumah milik warga di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Kobalima, Kobalima Timur dan Kecamatan Weliman.

Dari lima kecamatan itu, tingkat kerusakan paling parah dialami warga di Kecamatan Kobalima. Di kecamatan ini sekitar 10 rumah warga hanyut terbawah banjir, lima rumah rusak berat dan 28 rumah rusak ringan.

Selain itu, banjir juga meluluhlantakan tanaman pertanian petani setempat seperti padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran.

Sementara, di empat kecamatan lainnya yakni Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah dan Kecamatan Weliman, rumah milik warga serta tanaman pertanian pun rusak serta hanyut akibat banjir kiriman dari daerah hulu seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan adn Timor Tengah Utara.

"Merujuk pada kejadian-kejadian sebelumnya itu, maka masyarakat terutama yang bermukim di lokasi-lokasi tersebut, agar terus waspada terhadap bencana yang sesewaktu dapat terjadi," katanya.(*)
(ANT-084/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010