Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha Indonesia dan Suriah sepakat meningkatkan kerja sama bisnis dan investasi pada berbagai sektor usaha.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama tersebut dilakukan di Jakarta, Selasa oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto, Ketua Kadin Indonesia Komite Timur Tengah dan Organisasi Konferensi Islam Fachry Thaib, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Suriah di Jakarta Bassam Alkhatib, dan Ketua Syrian-Indonesian Business Council Mohammed Brinjikji Aiman.

Suryo mengatakan, saat ini masih banyak peluang kerja sama bisnis dan investasi antara kedua negara yang bisa dikembangkan.

"Kerja sama kedua negara saat ini masih rendah. Banyak informasi yang bisa kita gali dari sini karena kedua negara punya banyak peluang yang bisa dikembangkan," katanya dalam forum bisnis yang diikuti pelaku usaha ke dua negara tersebut.

Indonesia masih berpeluang besar mengekspor berbagai komoditas seperti tekstil, kelapa sawit, produk kayu, dan elektronik ke Suriah dan negara-negara Timur Tengah di sekitarnya.

"Sekarang kita memang sedang memperbanyak ekspor ke negara-negara magribi dan Emirat Arab. Ini peluang kita memperluas pasar ke sana," kata Fachry.

Para pengusaha asal Suriah datang ke Indonesia antara lain untuk melihat potensi produk yang bisa diimpor pada pameran dagang yang diselenggarakan 13-17 Oktober 2010 di Jakarta.

"Mereka mau impor karena tahu barang kita cukup kompetitif, dibanding China misalnya," katanya.

Pengusaha Suriah juga menjajaki peluang kerja sama investasi dengan pelaku usaha di Indonesia.

Kuasa Usaha Kedutaan Besar Suriah di Jakarta Bassam Alkhatib mengatakan negaranya menawarkan regulasi investasi yang sederhana dan mudah bagi investor Indonesia yang hendak menanamkan modal di negaranya.

Sementara ketua Syrian-Indonesian Business Council mengatakan pengusaha Indonesia bisa menghemat biaya produksi dan distribusi serta waktu pengiriman barang ke negara-negara Timur Tengah bila membuka basis produksi di negara itu.

"Apalagi kita juga punya perjanjian perdagangan bebas dengan Turki dan Iran, itu akan memudahkan pemasaran produk di Iran dan Turki. Syria bisa menjadi gerbang masuk ke negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa," kata Aiman.

Meski tak ada hambatan dan tantangan berarti namun intensitas kerja sama perdagangan Indonesia-Suriah masih rendah.

Nilai total perdagangan Indonesia dengan negara itu walau cenderung meningkat sejak 2005, namun jumlahnya tergolong masih kecil.

Menurut data Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia-Suriah pada 2009 baru mencapai 91,5 juta dolar AS sementara pada Januari-Juli 2010 senilai 40,8 juta dolar AS.

Neraca perdagangan Indonesia dengan negara itu selalu surplus sejak 2005 sampai semester pertama 2010. Neraca perdagangan dengan Suriah pada 2009 surplus 88,5 juta dolar AS dan selama Januari-Juli 2010 surplus 31,2 juta dolar AS.

"Ekspor kita masih jauh lebih besar dari impor. Tahun 2009 nilai total perdagangan sebesar 91 juta dolar AS, ekspor kita 90 juta dolar AS dan impor dari sana cuma satu juta dolar AS saja," kata Fachry.

Indonesia banyak mengekspor tekstil, elektronik, produk karet dan produk kayu sementara ekspor utama Suriah ke Indonesia terdiri atas phospat dan minyak zaitun.
(M035/S004)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010