Jakarta (ANTARA News) - Matahari kian aneh dalam beberapa tahun terakhir ini dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya, demikian para peneliti iklim seperti dikutip Financial Times (7/10).

Data dari beberapa satelit baru menunjukkan bahwa kendati aktivitas matahari --yang diantaranya bisa diukur dengan mengamati titik api-- berada pada tingkat lebih rendah dari biasa, dampaknya tak membuat Bumi menjadi dingin seperti diduga sebelumnya, sebaliknya malah memanas.

Hasil penelitian tersebut menentang sejumlah pandangan sebelum ini mengenai pengaruh aktivitas matahari terhadap iklim. Ini sekaligus menunjukkan bahwa model iklim yang selama ini digunakan menganggap berlebihan peran matahari dalam pemanasan Planet Bumi.

Para ilmuwan dari Imperial College London dan Universitas Colorado telah memonitor aktivitas matahari dari 2004 sampai 2007, yaitu sebuah priode di mana aktivitas matahari menurun.

Terjadi pasang surut aktivitas matahari dalam priode setiap 11 tahun. Fase penurunan tingkat radiasi Matahari yang mencapai Bumi juga menurun.

Ini mestinya berarti bahwa Bumi akan menjadi sedikit lebih dingin. Faktanya, tidak seperti itu.

Asumsi ini mengantar para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian untuk berteorisasi bahwa penurupan aktivitas matahari justru membuat Bumi memanas.

Joannah Haigh, profesor pada Imperial College London dan kepala penelitian itu berkata, "Hasil penelitian itu bertentangan dengan apa yang kita tahu selama ini mengenai dampak Matahari terhadap iklim. Jika studi yang lebih mendalam menemukan pola sama dalam priode yang lebih panjang, maka ini menunjukkan kita selama ini terlalu menganggap matahari berperan dalam pemanasan planet Bumi."

Meskipun begitu, kadar pemanasan yang terjadi di kedua cara itu amat kecil.

Riset yang hasilnya dipublikasikan jurnal Nature ini rumit dan para peneliti mengamati dengan hati-hati bahwa ada beberapa penjelasan berharga untuk observasi ini.

Mereka juga mengingatkan bahwa mengingat riset itu diadakan dalam priode relatif pendek, maka keliru jika muncul ramalalan yang terlalu maju karena masih membutuhkan studi lebih dalam lagi.

Penelitian ini sendiri memicu debat lebih seru perihal lingkaran iklim dunia.

Peran Matahari menjadi bahan perdebatan yang panas. di mana kalangan skeptis mengkalim bahwa aktivitas Matahari yang dilihat dari titik apinya, adalah alasan utama di balik memanasnya iklim.

Profesor Haigh berkata, "Riset baru ini sama sekali tak membuat nyaman para skeptisi perubahan iklim, ini menunjukkan bahwa kita tidak cukup mengetahui apa Matahari." (*)

Financial Times/Yudha/Jafar

Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010