Kuala Lumpur  (ANTARA News) - Ketua Dewan Guru Besar FISIP UI Profesor Dr Bachtiar Aly optimistis hubungan Indonesia-Malaysia ke depan menjadi lebih baik asalkan dibangun dengan kejujuran intelektual semua pihak dalam menyampaikan apa yang terjadi secara benar.

"Itu (kejujuran) harus dilakukan oleh semua pihak mulai dari pemerintah, politisi, dosen, mahasiswa, media massa dan masyarakat," katanya pada acara pembukaan Seminar Antarbangsa Sebumi 3 di Kampus Universitas Kebangsaan Melayu di Selangor, Malaysia, Selasa.

Disebutkannya, hubungan kedua negara harus lebih dari sekadar hubungan bilateral seperti pada penelitian bersama tapi juga harus mendukung situasi politik saat ini.

Justru itu, lanjut dia, kaum intelektual harus bisa memberikan kontribusi pada pemerintah sebagai "dapur pemikir" (think tank) dengan masukan-masukan yang membangun hubungan kedua negara ini menjadi lebih harmonis.

Menurut dia, perlu ada komite bersama yang diwakili semua unsur intelektual, budayawan, politikus, media massa yang dengan jeli memanfaatkan situasi yang berkembang dengan terus melakukan aktualisasi informasi.

"Tidak hanya orang kampus saja, tapi semua pihak juga perlu melakukan aktualisasi informasi demi terciptanya keharmonisan bersama," ungkapnya.

Sedangkan dari pihak Malaysia sendiri juga menunjukkan respons positif untuk membina hubungan yang lebih baik ke depan.

"Dengan sudah tiga kali seminar ini dilaksanakan menunjukkan besarnya harapan mereka untuk terciptanya hubungan persaudaraan yang lebih kuat lagi," ungkapnya.

Bachtiar menjelaskan memang ada kesedihan ataupun kerisauan atas kejadian-kejadian yang kurang baik diantara kedua negara ini.

"Untuk itu, melalui seminar dan diskusi seperti ini diharapkan kesamaan rasa untuk membangun hubungan yang lebih erat," katanya.

Profesor Bachtiar menambahkan bahwa hubungan kedua negara tidak saja dibangun antara pemerintah dengan pemerintah tapi juga antarmasyarakat yang dielaborasikan lebih luas.

Seperti saling kunjung-mengunjungi antarmasyarakat kedua negara, memperkuat pelaksanaan diskusi bersama, ziarah dan darma wisata bersama ke tempat-tempat yang memiliki kedekatan sejarah dan emosional serta spiritual.

Soal TKI, menurut dia, bisa saja dilakukan melalui pendekatan budaya dan spiritual. Misalnya TKI yang Muslim ditempatkan di tempat orang Melayu yang beragama sama. "Mungkin ini bisa lebih baik," ungkapnya.

Seminar Sebumi 3 terselenggara atas kerja sama Universitas Indonesia dengan UKM dengan menampilkan sejumlah pembicara dari kedua negara yang membahas topik tentang bahasa, budaya, politik, keamanan, demokratisasi, maupun perkembangan media massa.

Menurut keterangan dari pihak panitia beberapa tokoh yang tampil diantaranya adalah kriminolog UI Adrianus Meilala, sosiolog dan ketua Eminent Person Group Indonesia-Malaysia Musni Umar, Direktur Utama Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf dan sejumlah pembicara lainnya.

Dalam acara ini, sejumlah mahasiswa dari kedua negara akan menyampaikan sejumlah hasil riset mereka yang berkaitan dengan hubungan kedua negara.

Acara ini berlangsung sejak tanggal 12 Oktober hingga 13 Oktober 2010 diikuti oleh 80 orang perwakilan dari Indonesia yang terdiri 62 peserta dari Universitas Indonesia dan sisanya dari sejumlah universitas di tanah air.(*)
(T.N004/S022/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010