karena waktu awal pandemi kan anak-anak dan orang tua semua di rumah, dengan pola pengasuhan yang berubah. Dampaknya ke kesehatan mental anak,
Jakarta (ANTARA) - Forum Anak Indonesia menyebutkan pandemi COVID-19 berdampak terhadap kesehatan mental anak terutama sejak belajar secara daring di rumah serta akibat pola pengasuhan orang tua yang berubah.

“Isu yang kami teliti adalah kesehatan mental saat COVID-19. Kami pikir ini merupakan gambaran kondisi mental anak-anak secara umum sih, karena waktu awal pandemi kan anak-anak dan orang tua semua di rumah, dengan pola pengasuhan yang berubah. Dampaknya ke kesehatan mental anak,” kata Perwakilan Forum Anak dari Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat Samuel dalam Talkshow Festival Anak 2021 yang diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) secara daring di Jakarta, Jumat.

Perwakilan anak Indonesia tersebut menyuarakan suara mereka dalam Festival Anak 2021 bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 23 Juli.  Terungkap berbagai pemasalahan yang dihadapi anak-anak Indonesia terutama dimasa pandemi.

Seperti yang disampaikan perwakilan anak dari DKI Jakarta, Shinta. Hasil penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta sebanyak 38,1 persen anak mengaku mendapat perkataan kasar dari orang tua selama pandemi.

Karena itu, mereka melihat  pentingnya edukasi kepada orang tua  dan orang dewasa di sekitarnya  terutama mengenai pola asuh anak yang baik sehingga tidak lagi terjadi kekerasan pada anak dalam bentuk apapun. Mereka mendeklarasikan menolak segala bentuk kekerasan terhadap anak dalam situasi dan kondisi apapun.

Baca juga: LBH Jakarta: Anak-anak masih rentan jadi korban kekerasan seksual
Baca juga: Pandemi COVID-19 tidak jadi penghambat anak untuk berkarya


Masalah lainnya yang juga masih dihadapi anak Indonesia yaitu stunting atau masalah kurang gizi kronis pada anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama seperti yang disampaikan Perwakilan Forum Anak dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur Angelina.

“Banyak anak di daerah aku yang terkena kurang gizi dan gizi buruk, karena banyak orang tua yang belum memahami pentingnya pemberian asupan gizi yang baik kepada anak-anak pada masa pertumbuhan,” ujar Angelina.

Angelina mengatakan, anak-anak yang mengalami gizi buruk tersebut mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari anak-anak seusianya, sehingga tidak jarang dijadikan bahan candaan teman-temannya.

Selain masalah gizi buruk dan kesehatan mental, masalah lain yang sedang dihadapi oleh anak Indonesia di berbagai daerah saat ini adalah meningkatnya pernikahan anak dan kekerasan seksual pada anak.

Menanggapi setiap permasalahan anak tersebut, Direktur Wahana Visi Indonesia (WVI) Angel Theodora menjelaskan sejak Februari 2021, para anggota Forum Anak dan kelompok anak bersama dengan WVI serta pemerintah lokal, mengadakan penelitian anak terkait dengan isu anak di masa pandemi.

Ia mengatakan, hasil dari penelitian anak tersebut kemudian akan dikemas menjadi suara anak yang akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan harapan suara anak- anak yang telah ditampung tersebut dapat ditindaklanjuti.

“Semoga suara anak yang disampaikan menjadi perhatian pemerintah agar ditindaklanjuti dan tentunya berdampak positif bagi pemenuhan hak anak, terutama di masa pandemi,” kata dia.

Baca juga: Peringati Hari Anak Nasional, Jokowi ditanya soal tugas presiden
Baca juga: Nadiem minta anak bersabar hadapi pembelajaran jarak jauh


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021