Trio pemanah putri Korsel Kang Chae Young (kiri) menyambut dua rekannya, An San (tengah) dan Jang Minhee, setelah mereka memastikan meraih tiket final panahan beregu putri Olimpiade Tokyo 2020 di Yumenoshima Archery Field, Jepang, pada 25 Juli 2021. (ANTARA/REUTERS/CLODAGH KILCOYNE)


Banyak pemanah terampil

Empat tahun silam, Korea Selatan memborong semua dari empat nomor panahan dalam Olimpiade Rio 2016.

Kini, di Tokyo di mana beregu campuran mulai dilombakan sebagai bagian dari kampanye kesetaraan seperti pada cabang-cabang olah raga lainnya dalam Olimpiade edisi tertunda pandemi ini, mereka membidik tiga emas tersisa dari panahan.

Sepertinya tak terlalu sulit mengingat mereka pernah melakukan sapu bersih emas di Rio de Janeiro lima tahun silam, apalagi sejak 1984, mereka telah mengoleksi 23 emas dari total 34 medali emas yang diperlombakan dalam 27 tahun terakhir.

Baca juga: OLIMPIADE 2016 - Regu panahan putri Korsel pertahankan tradisi emas

Apa sih yang membuat Korsel begitu dominan? Salah satu jawabannya adalah persaingan sengit yang bahkan sudah terjadi sejak seleksi latihan.

"Di Korea, saya kira segalanya bersaing sengit dan semua atlet kami kuat sekali. Itu membuat kami semua kuat sebagai tim," kata Kang Chae Young.

Ada banyak teori yang menjelaskan mengapa orang Korea begitu pandai memanah, termasuk konon karena mereka memiliki jemari yang sensitif yang juga disebut sebagai faktor mengapa atlet putri mereka mendominasi golf.

Tetapi di negeri ini, panahan sudah dianggap industri. Cabang olah raga ini sangat menguntungkan sampai ada 30 tim panahan yang bertanding dalam kompetisi liga. Menurut Asosiasi Panahan Korea (KAA), di negeri ini ada sekitar 140 pemanah profesional.

Atmosfer kompetisi yang sengit itu akhirnya membuat proses seleksi Olimpiade menjadi sangat melelahkan dan bahkan terlihat kejam.

Baca juga: Korea Selatan ciptakan rekor dunia

Tiga teratas putra dan putri dari berbagai uji coba selama beberapa bulan mendapatkan jatah ke Olimpiade, tanpa melihat catatan mereka sebelumnya.

Tak heran jika Ku Bon-chan dan Chang Hye-jin yang menyabet emas dalam Olimpiade Rio 2016 saja tercoret dari seleksi timnas.

"Bukan berarti Korea kekurangan bakat," jelas Wakil Ketua KAA Jang Young-sool seperti dikutip AFP. "Itu hanya karena Korea memiliki banyak pemanah terampil."

Seleksi mereka tidak sembarangan, tapi selalu menghasilkan atlet yang mencapai hasil terbaik.

"Ada pepatah, jika Anda finis pertama di Korea Selatan, maka Anda bisa merebut emas Olimpiade," kata Kim Hyung-Tak yang melatih timnas Korsel untuk Olimpiade Los Angeles 1984 di mana mereka meraih emas pertamanya dari panahan.

Baca juga: Tim Korea Selatan turunkan spanduk di kampung atlet Olimpiade

Selanjutnya dukungan pengusaha

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021