Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui testing COVID-19 yang menurun karena adanya hari libur juga menyebabkan penurunan kasus terkonfirmasi COVID-19.

"Minggu-minggu terakhir ini terkonfirmasi COVID-19 turun, setiap hari libur dan sehari sesudahnya testing pasti turun, kalau kita lihat 40-50 minggu terakhir polanya begitu, jadi Sabtu tinggi, Minggu, Senin turun nanti naik lagi," kata Menkes Budi Gunadi di Kantor Presiden di Jakarta, Senin.

Ia menyarankan untuk melihat data kasus terkonfirmasi secara mingguan. "Saya sudah minta teman-teman di Kementerian Kesehatan contoh saja WHO, WHO juga tahu bahwa testing berfluktuasi, mereka selalu tampilkan rata-rata selalu 7 hari dan kebetulan kemarin juga ada libur Idul Adha, jadi kelihatan turun, tapi naik lagi," tambah Budi.

Untuk melakukan pemerataan testing dan tracing, menurut Budi, pemerintah sudah melakukan pemetaan seluruh laboratorium COVID-19.

Baca juga: Pemerintah gencarkan tes di area padat penduduk di wilayah aglomerasi

Baca juga: Menkes minta daerah perbanyak testing untuk deteksi mutasi corona


"Seluruh laboratorium di Jawa dan Bali ada sekitar 720 lab, kita sudah 'mapping', kita lihat kapasitasnya dan kita pastikan agar mereka punya produktivitas sama agar bisa melayani 'tracing' dan testing yang cukup sesuai dengan populasinya," kata Budi.

Menurut Budi, program testing di wilayah padat juga akan dimulai pekan ini.

"Menurut Pak Menkomarinves, program testing dan tracing yang dipimpin Panglima TNI dimulai minggu ini. Testing kita alhamdulillah sudah naik. Pertama kali saya masuk testing 30-40 ribu. Sekarang spesimen sudah hampir 300 ribu, orangnya juga sudah 220 sampai 300 ribu. Kita harus naikkan terus supaya kita tahu kalau ada saudara kita yang kena bisa segera ukur oximeter dan bisa diketahui perlu dirawat atau tidak," paparnya.

Ia juga meminta agar masyarakat tidak takut untuk melakukan tes COVID-19.

Merujuk pada anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio pelacakan kasus positif seharusnya 1:30 alias 30 orang per satu kasus positif sedangkan di Indonesia, rasio tracing masih 1:1

Sementara untuk vaksinasi, Budi menyebut Kementerian Kesehatan saat ini sudah memiliki 85 juta dosis vaksin dari berbagai merek.

Baca juga: Pakar: Peta zona risiko jangan sampai bias

"Sudah ada 85 juta dosis per kemarin, sudah disuntikkan per hari ini 63 juta dosis, jadi ada stok di pusat, provinsi dan kabupaten/kota sekitar 22 juta dosis, itu stok tidak sampai 1 bulan," kata Budi.

Sedangkan untuk durasi produksi vaksin, menurut Budi, dibutuhkan 1,5 bulan.

"Kalau dengar 132 juta vaksin datang itu dalam bentuk bahan baku, yang jadi vaksin cuma 80 persennya, vaksin jadinya 105 juta dalam 1,5 bulan sejak bahan baku datang. Itu kenapa kita hanya punya 85 juta karena sisanya 20 juta masih dalam proses di pabrik dibikin, dibuat 'quality insurrance', baru nanti kita dapat bertahap setiap minggu," jelas Budi.

Jumlah masyarakat yang sudah mendapat suntikan vaksin pertama hingga 26 Juli 2021 adalah 44.728.320 orang,  sedangkan yang mendapat vaksin kedua (lengkap) adalah 18.129.878 orang. Total target masyarakat yang mendapat vaksin sebanyak 208.265.720 orang.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021