Jakarta (ANTARA News) - Tingkat produktivitas padi nasional bisa segera diketahui dengan teknologi "hiperspektral", suatu perangkat lunak analisis hasil citra satelit, sehingga kebijakan impor atau ekspor padi bisa segera diambil.

"Dengan teknologi ini bisa diprediksi produktivitas padi secara nasional, misalnya, untuk menentukan kebijakan apakah harus impor," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) BPPT, Dr Muhamad Sadly di sela Peluncuran Inovasi TISDA BPPT dan Temu Bisnis di Jakarta, Kamis.

Teknologi ini mencakup penguasaan metode karakteristik melalui pengenalan pola berbagai objek di permukaan bumi dari citra satelit, penguasaan metode sistem inventarisasi objek secara cepat dan akurat hingga penguasaan metode valuasi sumber daya alam, ujarnya.

Peneliti TISDA BPPT Dr M Evri mengatakan, kondisi tanaman bisa terlihat dengan hiperspektral dengan ciri fisik tertentu yang dilihat dengan parameter indeks luas daun, kandungan nitrogen dan kandungan klorofil.

"Data yang berasal dari citra satelit, kita ekstraksi, dianalisis, diinterpretasi dan menjadi peta distribusi tanaman, sehingga diketahui padi di suatu lokasi dengan luas tertentu, terkena hama, akan puso, atau bakal panen melimpah, sehingga diketahuilah stok padi nasional," paparnya.

Pihaknya, lanjut dia, sudah melakukan uji kaji membuat peta distribusi produktivitas padi di Subang dan Indramayu, Jawa Barat.

BPPT untuk saat ini, ujar Evri, masih membeli data dari satelit milik AS, "Hyperion", dari ketinggian 600 km di atas bumi namun dengan resolusi 30 meter.

Ia mengatakan bahwa selain padi, teknologi ini juga bisa meramal kondisi tanaman lain seperti kopi, karet, tebu, kelapa sawit dan lain-lain, misalnya, untuk melakukan antisipasi hama, pupuk, hingga memprediksi harga komoditas beberapa bulan ke depan.

Sadly juga menambahkan, selain untuk mengetahui kondisi tanaman, teknologi hiperspektral juga bisa mengetahui potensi sumber daya alam lainnya seperti potensi perikanan, tambang, genangan banjir, hingga tumpahan minyak di laut serta melakukan valuasinya.

"Saat ini sudah 32 produk TISDA BPPT yang berbasis teknologi hiperspektral. Kami juga sudah banyak bekerja sama dengan Pemda-pemda dan sejumlah negara," demikian Sadly.
(D009/C004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010