Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan pemerintah sedang memulai uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap direksi PT Pertamina.

"Pergantian (direksi Pertamina) tentu ada, prosesnya salah satunya lewat "fit and proper test," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina di Kantor Menneg BUMN, Jakarta, Kamis.

Sofyan menjawab pertanyaan seputar rumor pergantian Dirut Pertamina Ari H Soemarno yang belakangan semakin mengemuka.

"Perombakan susunan direksi dalam suatu BUMN ada prosesnya, sehingga tidak ada yang bisa menjawab apakah Ari Sumarno diganti hari ini atau tidak," ujarnya.

Sofyan memastikan, dalam RUPS yang berlangsung sejak pukul 13.00-17.00 wib tersebut tidak mengagendakan pergantian direksi.

Isu pergantian direksi Pertamina merebak, dikait-kaitkan dengan kekecewaan Kepala Negara terhadap kinerja perusahaan itu.

Selain itu desakan mencopot Ari Sumarno juga kental dengan kebakaran depo BBM Plumpang, pada Minggu malam lalu.

Menteri menegaskan, dalam mengganti seorang direksi dirinya selaku kuasa pemegang saham pemerintah di Pertamina tinggal menandatangani saja pergantian tidak harus dengan RUPS.

"Saya bisa menandatangani pergantian atas nama keputusan RUPS," ujarnya.

Akan tetapi ujar Sofyan, sebaiknya kalau seseorang masih menjabat pada posisi tertentu jangan diganggu dulu.

"Kalau masih ada ditempat kita dukung saja, supaya dia (Ari Soemarno) bisa bekerja dengan baik. Sehingga kalau ada pergantian semua berjalan dengan normal," ujarnya.

Ia menambahkan secara keseluruhan Kementerian BUMN merasa puas terhadap kinerja Pertamina.

"Kinerja keuangan tahun 2008 bagus karena bertepatan harga minyak bagus sampai dengan Oktober 2008," katanya.

Sedangkan terkait 2009, Menteri meminta perusahaan migas "pelat merah" itu melakukan efisiensi di segala bidang, termasuk memperbaiki standar pengamanan kilang dan depo.

"Kita berharap ke depan lebih baik dengan berbagai evaluasi sehingga tidak terjadi lagi musibah seperti kasus Plumpang, dan lain-lain," ujarnya.

Sejumlah nama disebut-sebut bakal menggantikan posisi Ari Soemarno antara lain, dari luar Pertamina yaitu Kuntoro Mangkusubroto mantan Mentamben dan Ketua Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD.

Erry Riyana Hardjapamekas mantan Dirut PT Timah dan mantan Wakil Ketua Komisi KPK.

Sedangkan calon kuat dari internal perusahaan Sony Sumarsono mantan Direktur Umum dan SDM Pertamina, Maizar Rahman mantan Gubernur OPEC, Ahmad Faisal Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina.


Perlu Pengawasan

Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Jenderal (Purn) Polisi Sutanto mengatakan, sebagai wakil pemegang saham pemerintah di Pertamina sesuai tugasnya dirinya siap melakukan pengawasan dan memberi arahan kepada direksi.

"Arahan dan pengawasan agar pelaksanaan progam dan peningkatan efisiensi produksi, dan tata kelola perusahaan yang baik dan benar berlangsung baik," ujar Sutanto.

Komisaris yang baru dilantik pada 8 Januari 2009 ini juga menekankan pentingnya Pertamina selalu mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dan menjamin ketersediaan bahan bakar minyak bagi masyarakat.

"Proses transformasi di Pertamina harus dilangsungkan dengan cepat, sehingga visi menjadi perusahaan kelas dunia bisa secara bertahap terwujud," ujar Sutanto, mantan Kapolri ini.

Sementara itu, Direktur Keuangan Frederick Siahaan menjelaskan, bahwa kinerja keuangan perusahaan selama tahun 2008 mencapai target-target yang ditetapkan.

Tahun 2009 laba bersih diproyeksikan sebesar Rp12 triliun, dengan asumsi harga minyak Indonesia (ICP) 45 dolar AS per barel.

Target laba itu lebih kecil dari laba tahun 2008 sebesar Rp30 triliun dengan asumsi ICP rata-rata 101 dolar AS per barel.

Laba tahun 2009 lebih rendah dari tahun sebelumnya, katanya, karena proyeksi harga minyak yang lebih rendah dan "alpha" (biaya distribusi dan marjin BBM) masih rendah.

"Pertamina sudah meminta pemerintah supaya alpha dinaikkan, supaya Pertamina tidak rugi," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009