Mekkah (ANTARA News) - Siapa pun yang akan berhaji, pasti punya niat kuat untuk mendatangi Jabal Rahmah karena bukit ini punya nilai historis tinggi bagi kehadiran manusia di permukaan bumi.

Jabal Rahmah adalah salah salah satu bukit di kawasan Arafah. Bagi jemaah sudah menjadi kewajiban mengambil wukuf atau tinggal di padang Arafah. Jamaah wajib tinggal di padang Arafah dari awal waktu Dzuhur sampai masuk waktu maghrib, sehari sebelum Idul Adha. Tanpa wukuf, haji seseorang tak sah.

Puncak ibadah haji jatuh pada 9 Dzulhijjah dan pada saat itu seluruh jemaah haji berkonsentrasi di satu titik, yaitu Padang Arafah.

Di Padang Arafah berlangsung pertemuan akbar. Di tempat itu berlangsung pertemuan jemaah dari seluruh dunia yang ingin mendapat ridho Allah dan ampunannya, dengan melaksanakan wukuf.

Calon haji berkumpul di bawah tenda-tenda yang juga berwarna putih. Mereka bersimpuh di hadapan Allah sambil berdoa dan pengharapan sama.

Walau kulit, ras, suku, bahasa dan adat istiadat mereka berbeda, di padang Arafah ini mereka semua menyatu dan hanyut dalam kebesaran Allah dengan sejenak melupakan kebanggaan-kebanggaan duniawi yang bersifat sementara dan semu.

Para ulama sepakat bahwa esensi dari ibadah haji adalah kesamaan derajat (egalitarian) yang ditampakkan dalam pakaian ihram yang tak terjahit, yang merupakan simbol persamaan derajat manusia. Sedangkan warna putih menggambarkan kesucian di hadapan Allah.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Wukuf di Arafah juga mengingatkan umat manusia akan sejarah awal kehadirannya di muka bumi. Termasuk proses turunnya Adam dan Hawa sebagai manusia pertama ke bumi dan bertemu di padang Arafah ini.

Ketika Allah berfirman kepada malaikat hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi, malaikat keberatan dengan satu alasan manusia akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah padanya.

Allah kemudian memberikan kelebihan pada Adam dengan mengajarkan tentang nama-nama. Adam ternyata mampu menyebutkan seluruh nama itu sehingga malaikat akhirnya menyerah akan kehendak Allah dan bersujud kepada Adam (QS,2:31-34).

Allah kemudian meminta Adam dan Hawa untuk untuk tetap tinggal di surga dan menikmatinya sepuasnya dengan satu catatan tidak boleh mendekati (memakan) buah larangan (QS,2:35).

Akan tetapi iblis memperdaya mereka sehingga memakan buah larangan itu. Dan atas pengingkaran larangan Allah itu,maka kemudian Adam dan Hawa kemudian diusir dari surga.

"Turunlah kamu, sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagimu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan!" (QS,2;3).

Adam dan Hawa segera menyadari akan kesalahannya. Dengan bekal kesadaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya itu, Adam dan Hawa segera bertaubat kepada Allah. Dan Allah menerima taubat mereka. (QS,2:37).

Dalam ritual wukuf di Arafah, proses penciptaan dan pertaubatan ini senantiasa mewarnai dalam hati sanubari setiap jamaah haji. Di padang Arafah ini pula mereka segera menyadari dosa-dosanya seraya memohon ampun kepada Allah.

Jika Allah menerima taubat mereka dalam perjalanan hidup berikutnya mereka tidak melakukan dosa lagi, maka bayang-bayang surga segera di depan mata.

Haji adalah Arafah. Bahkan yang sakit juga harus ikut ke Arafah, sebab dalam menunaikan ibadah haji wajib hukumnya wukuf di Arafah, kata ulama kondang dari Pondok Pesantren Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi.


Padang Arafah

Wilayah ini, kendati disebut Padang Arafah, tapi bukan lagi padang pasir dan berbatu sepenuhnya sekarang ini. Keadaan fisiknya sudah berubah jauh dibanding ratusan tahun silam.

Tatkala Kerajaan Arab Saudi menemukan sumber minyak dan membuat negeri itu sebagai pengekspor terbesar dunia, Padang Arafah yang dulu kering dan tandus diubah jadi hijau.

Menurut cerita para mukimin di sini, wilayah luas itu kini dihiasi pohon Soekarno; memakai nama Presiden Soekarno karena ia ikut menyumbangkan bibit pohon itu saat berkunjungannya ke Saudi.

Terkait dengan ibadah haji, memang setiap umat Muslim, di mana pun berdomisili, sangat mendambakan bisa menunaikan haji karena ibadah tersebut merupakan suatu kewajiban penting sepanjang hayat masih di kandung badan.

Menunaikan ibadah haji menjadi salah satu barometer ketaqwaan seorang umat Muslim, apakah kaya atau miskin, dari mana pun ia berasal, berapa saja usianya, apakah ia berkulit hitam atau pun putih. Berhaji wajib dilaksanakan sepanjang persyaratannya sudah terpenuhi.

Persyaratan calon haji memang selain harus sehat fisik, mental dan mampu secara finansial juga harus memiliki tekad kuat untuk menunaikan rukun Islam tersebut. Terlebih, jika diingat, Padang Arafah -- meski kini memiliki fasilitas baik untuk wukuf -- kekuatan, kesehatan dan semangat beribadah saja tak cukup.

Setiap umat Islam memang punya kewajiban yang dikenal sebagai rukun Islam, yaitu: mengucap syahadat, mendirikan shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat dan berhaji.

Dengan melaksanakan rukun-rukun tersebut, seseorang dapat disebut sempurna keislamannya.

Kendati hal tersebut kadang mengundang pertanyaan terkait dengan kualitas haji dan penghayatannya, yang jelas, sudah melaksanakan semua rukun Islam tersebut dapatlah disebut sempurna keislaman seseorang.

Namun untuk mengukur sempurna dan tidaknya keislaman seseorang, hanya Allah semata yang tahu. Demikian pula dalam melaksanakan ibadah haji.

Para ulama kerap mengingatkan bahwa haji adalah ibadah yang relatif tidak begitu mudah dilaksanakan. Untuk melaksanakannya calon haji harus berbadan sehat, dan harus mempunyai perbekalan cukup, selain bagi pelaku, juga bagi keluarga yang ditinggalkannya.

Harus dipenuhinya persyaratan fisik serta kemampuan finansial terkait ibadah haji yang harus dilakukan di lapangan terbuka, di bawah cuaca yang sangat terik sekaligus dingin secara ekstrim, di tempat yang jauh dari tempat tinggal serta dalam waktu lama.

Calon haji sebaiknya juga punya bekal pengetahuan yang memadai, khususnya tentang manasik haji atau tata cara melakukan ibadah haji.

Lantaran persyaratan yang relatif berat tersebut, tak setiap orang sanggup melaksanakannya dengan sempurna. Tetapi, tetap saja semua umat Muslim menginginkan melaksanakan ibadah tersebut.

Lantas, yang banyak dipertanyakan orang awam dewasa ini, mengapa Allah memerintahkan umatnya melakukan ibadah haji yang cukup berat tadi?

Mungkin ini bukan jawaban esensial, tetapi harus dipahami bahwa haji pada pokoknya adalah perjalanan mengubah diri menuju kepada Allah. Haji adalah sebuah contoh pertunjukan penciptaan Adam, perjuangan Ibarahim melawan godaan setan dan menegakkan ajaran Allah, serta rangkaian cobaan yang dialami Siti Hajar menghadapi kerasnya kehidupan.


Jabal Rahmah

Ada kepercayaan di kalangan jamaah haji, bahwa Jabal Rahmah merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa minta enteng jodoh. Banyak jamaah haji sampai naik ke puncak bukit itu, agar doanya lebih mantap.

Kebanyakan di antara mereka adalah para orang lanjut usia, yang mendoakan putra-puterinya segera dapat jodoh. Ada juga para gadis dan janda yang ingin mendapatkan pasangan hidup lagi.

Namun ada sesuatu yang menjengkelkan jika melihat kawasan Jabal Rahmah. Ketika para peziarah datang, berdiri dan berdoa di atas bukit yang ditandai dengan sebuah monumen kecil, banyak pedagang dan tukang potret amatir mengganggu para pengunjung.

Di atas bukit, banyak pedagang menjajakan batu cincin. Mulai batu jenis kali maya, firus dan bantu imitasi menyerupai batu berkelas. Belum lagi tukang tasbeh dan barang-barang lainnya.

Jadi, sekilas, Jabal Rahmah yang menjadi simbol pertemuan sepasang manusia pada permulaan di muka bumi ini hanya dihargai dan dimaknai orang berdiri celingukan, seperti burung bangau nyasar kehausan mencari induknya.

Jika diamati sekeliling Jabal Rahmah, Arafah terbentang luas. Di padang pasir itu pula, pada puncak haji, umat Islam mengambil wukuf. Bukit batuan masih terlihat tinggi, namun sebagian sudah dipapas dengan berbagai peralatan berat.

Ada yang sudah diratakan untuk memperluas jalan raya, ada pula di atas padang pasir itu didirikan tiang-tiang monorel yang untuk musim haji 1431 H ini baru memasuki tahap percobaan. Kalaupun digunakan, hanya diperuntukan bagi jemaah tuan rumah.

Warga tuan rumah yang berhaji akan mendapat pelayanan menggunakan monorel pada musim haji 1431H/2010M ini. Untuk warga jauh, seperti Indonesia, diperkirakan tahun 2011.

Di atas bukit itu, ada beberapa anggota rombongan haji - India, Pakistan dan Turki -- melakukan shalat sunnah. Pengunjung yang datang ke atas bukit ada yang sekedar melihat-lihat sekeliling Arafah. Tapi, ada juga yang usai shalat memanjatkan doa, yang dipercayai ketika sedang berdoa agar anak cucunya dimudahkan dan diberikan jodoh yang terbaik menurut Allah.

Tapi, bukan itu saja karena di tempat itu, orang berdoa menghormati perjuangan Nabi Adam mencari dan akhirnya dipertemukan isteri tercinta, Siti Hawa yang dipisahkan Allah karena melanggar perintah-Nya.

Terlebih lagi, di kawasan itu, Nabi Muhammad SAW tercatat dalam sejarah, menyampaikan pidato terakhir untuk umat Islam ketika menunaikan ibadah haji.

Jabal Rahmah yang penuh hikmah itu kini kotor. Tahi onta bertebaran di sepanjang jalan menuju kawasan tersebut. Banyak orang menawarkan jasa naik onta berhias, dipotret lalu orang di binatang kesayangan Nabi Muhammad SAW itu "cengar-cengir" atau mengumbar senyum. Sementara sang onta terlihat kelelahan di bawah panas terik.

Berdoa di Jabal Rahmah, mencari hikmah dari perjuangan para nabi di kawasan itu memang perlu kesabaran. Nabi Muhammad SAW saja, ketika berada di kota Thoif, dalam perjuangannya sempat dilempari kotoran onta.

Jadi, menurut para mukimin di Mekkah, jika ingin meneladani perjuangan nabi, tahi onta yang ada di sepanjang jalan sesungguhnya tak perlu ditakuti atau dirasakan dengan jijik.

Berdoa di kawasan Jabal Rahmah, yang kini makin kotor, tetap menjadi bagian penting dalam ritual haji. Apa maksud doa umat Islam di situ, Allah akan mendengar.

"Kalau gitu tak perlu takut tahi onta," kata Solehudin, pengemudi Media Center Haji (MCH) Mekkah.

"Jadi, untuk datang ke Jabal Rahmah, tak usah menunggu musim haji," katanya lagi.

"Umroh saja nanti," katanya sambil mengimbau.

"Tentunya," jawab penulis.

"Sambil melihat menyempatkan onta e ek di jalan. Pemandangan onta buang kotoran sambil jalan, sudah biasa di kawasan Jabal Rahmah, tanah suci, Mekkah Al Mukarromah," ia menjelaskan sambil melempar senyum. (E011/K004)

Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010