Pebulutangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii/Apriyani Rahayu melakukan selebrasi setelah mengalahkan lawannya ganda putri China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dalam final Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)


“Tak usah buru-buru”

Seperti dalam pertandingan-pertandingan terdahulunya pada Olimpiade ini, ganda putri Indonesia tak ingin cepat menyudahi laga, sebaliknya beberapa kali memancing lawan melakukan hal yang tidak mereka lakukan itu.

Ya, hasil pertandingan final itu tidak saja menciptakan sejarah untuk pertama kalinya ganda putri Indonesia menyumbangkan medali emas, dan juga medali pertama, dalam ajang Olimpiade sejak cabang olah raga ini dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992.

Karena laga final ini juga menunjukkan determinasi dan fokus luar biasa tinggi Greysia/Apriyani yang menjadi kunci kemenangan mereka, selain teknik dan kecerdasan baik dalam membaca pertandingan maupun menyetel ritme permainan.

Baca juga: Greysia/Apriyani ingin nikmati setiap pertandingan di Olimpiade Tokyo

Bayangkan, sejak mereka disamakan 1-1 untuk kemudian unggul 2-1 pada kedua gim yang mereka mainkan dalam final Olimpiade itu, Greysia/Apriyani tak pernah bisa disusul oleh Chen/Jia.

Kecuali pada kedudukan 1-1 dalam kedua gim laga final itu, hanya satu kali Chen/Jia menyamakan kedudukan ketika mereka membuat penonton Indonesia berdegup kencang kala mengubah kedudukan 11-11 pada game pertama. Tetapi setelah itu ganda China itu tak mampu satu kali pun menyamakan kedudukan, apalagi menyalip Greysia/Apriyani.

Memang dua kali Chen/Jia bangkit menyusul sampai merebut empat poin berturut-turut, pada kedua gim. Pertama, ketika kedudukan 19-14 gim pertama, dan berikutnya pada kedudukan 19-10 gim kedua.

Tapi begitu mereka berusaha merebut poin kelima berturut-turut, Greysia/Apriyani tahu apa yang harus mereka lakukan dan mereka tahu, seperti disebut pelatih mereka Eng Hian saat timeout pada kedudukan 4-2 gim kedua, bahwa pasangan China itu "ingin cepat-cepat menyelesaikan game".

Untuk itu mereka bermain sabar sekali bahkan itu terjadi saat tinggal dua poin untuk menuntaskan gim kedua pada kedudukan 19-10. Jelas sekali, mereka berhasil mengelola dengan sangat baik emosi dan mental mereka.

Mari kita lihat kembali beberapa momen penting dalam pertandingan final ini.

Ketika Chen terlihat tak sabar sampai Indonesia memimpin 10-8 dan kemudian menjadi 11-8 saat smash Chen menyangkut net karena berusaha cepat-cepat menyelesaikan laga, China meminta timeout.

Di sini, pelatih Eng Hian meminta Greysia/Apriyani agar "enggak usah buru-buru" menuntaskan pertandingan hanya karena ingin segera memetik poin dan mengakhiri lawan.

Dan ganda putri Indonesia ini menuruti pelatihnya. Dengan dingin mereka meladeni pasangan China tapi juga tak mau terbawa arus permainan lawan, bahkan hal itu dibarengi dengan pertahanan luar biasa pejal ketika gabungan refleks tinggi, akurasi dan kecerdasan membaca perlawanan membuat mereka unggul 16-12.

Ini mungkin salah satu momen di mana pasangan Indonesia itu memiliki mental juara yang lebih besar dari pada lawannya.

Baca juga: Ketenangan jadi kunci Greysia/Apriyani menangi semifinal Olimpiade

Saat terjadi reli menuju kedudukan 16-12 itu, refleks cepat Greysia mengembalikan smash dari pasangan China dan pengembalian heroik Apriyani saat mementalkan smash China lainnya dengan setengah berjongkok, membuat mereka sudah seperti di atas angin.

Setelah itu, Jia/Chen memang sempat menyusul dengan berturut-turut meraih empat poin dari kedudukan 19-14, tetapi lagi-lagi omongan Eng Hian benar, pasangan China itu terlalu bernafsu menyelesaikan laga.

Ketika smash Jia gagal melewati net dan kedudukan berubah 20-18, momentum sudah dipegang Greysia/Apriyani sekalipun pasangan China itu sempat menempel sampai 20-19. Gim pertama pun diselesaikan dengan 21-19 oleh Greysia/Apriyani.

Baca juga: Cara main Greysia-Apriyani pelihara asa Indonesia raih emas Tokyo 2020

Selanjutnya untuk Indonesia

Copyright © ANTARA 2021