Kuala Lumpur (ANTARA News/AFP) - Bank sentral Malaysia, Selasa mengatakan bahwa kenaikan ringgit 10,0 persen terhadap dolar AS tahun ini sejalan dengan fundamental, tetapi pihaknya bisa melakukan intervensi jika "rally" itu berubah kacau.

Penguatan ringgit datang didukung pertumbuhan ekonomi yang kuat di dua kuartal pertama dan serangkaian kenaikan suku bunga oleh bank sentral.

Gubernur Bank Negara Zeti Akhtar Aziz mengatakan, ringgit relatif stabil dibandingkan dengan mata uang lain di wilayah tersebut.

"Sejauh ini, tren mencerminkan fundamental yang mendasari kami," katanya.

"Bank sentral dalam posisi yang baik untuk melakukan intervensi jika kondisi menjadi kacau, atau jika ada gerakan berlebihan yang terjadi di dalam waktu yang sangat singkat," katanya.

Bulan lalu, Perdana Menteri Najib Razak mengatakan, Malaysia mungkin mempertimbangkan ringgit untuk diperdagangkan di luar negeri, 12 tahun setelah menyatakan berhenti selama krisis keuangan Asia.

Bank sentral Malaysia baru-baru ini memungkinkan penyelesaian perdagangan barang dan jasa luar negeri dalam mata uang negara itu.

Zeti mengatakan suku bunga tetap berada pada "tingkat yang tepat," dan Malaysia tidak menghadapi risiko inflasi atau pembentukan gelembung aset.

"Kami tidak melihat pembentukan gelembung aset yang terjadi ... dalam hal ini terdeteksi, kita memiliki fleksibilitas untuk menerapkan langkah-langkah untuk mengatasi pembentukan gelembung seperti itu," katanya.

Ekonomi-ekonomi berkembang Asia telah melihat mata uang mereka melambung terhadap dolar AS baru-baru ini, membuat ekspor mereka kurang kompetitif dan mengundang arus masuk modal asing secara besar-besaran yang telah memicu kekhawatiran gelembung.

Ekonomi Malaysia tumbuh sangat panas 10,1 persen pada kuartal pertama tahun ini dan 8,9 persen pada kuartal kedua, dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai tujuh persen pada setahun penuh dan antara lima dan enam persen pada 2011, menurut bank sentral.

Pada Juli, bank menaikkan suku bunga acuan overnight 25 basis poin, kenaikan ketiga tahun ini, namun tetap stabil pada tingkat 2,75 persen bulan lalu akibat meningkatnya ketidakpastian dalam prospek ekonomi global. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010