Sprinter putri Jamaika Elaine Thompson-Herah saat beraksi di semifinal 200m putri Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, pada 2 Agustus 2021  (ANTARA/REUTERS/ALEKSANDRA SZMIGIEL)


Detak jantung atletik Jamaika

“Berkompetisi di Champs mengajari saya soal menang dan kalah. Kompetisinya sendiri mengesankan. Anda melawan yang terbaik, tak hanya saat final,” kata Blake.

Usain Bolt sendiri, dalam otobiorafinya “Faster Than Lightning”, menyebut Champs ‘detak jantung keberhasilan atletik Jamaika.”

Saking pentingnya, sekolah-sekolah berlomba mencari bakat muda yang bisa mewakili mereka dalam Champs dan meraih medali. Begitu sekolah mendapatkan bakat yang diincarnya, maka sang bakat akan ditawari beasiswa pendidikan.

Faktor lainnya di balik sukses atletik Jamaika adalah pelatih. Berkat mantan perdana Michael Manley, Jamaika mempunyai GC Foster College of Physical Education and Sports sejak 1980. Di sini, pelatih-pelatih terbaik dihasilkan, yakni pelatih yang bisa mencari dan mengasah sprinter-sprinter berbakat.

Tetapi sebelum era itu pun Jamaika kaya dengan sprinter kelas dunia. Sebelum merdeka dari Inggris pada 1962, sprinter-sprinter mereka memenangkan medali Olimpiade London 1948 dan Olimpiade Helsinki 1952. Di London, Arthur Wint menjadi pelari pertama Jamaika yang memenangkan emas Olimpiade nomor 400m, sedangkan Leslie Laing, Herb McKenley, dan George Rhoden memecahkan rekor dunia saat memenangkan medali emas estafet 4x400m di Helsinki.

Sejak era Bolt, dominasi atletik Jamaika itu kian besar. Tetapi sayang sudah tak ada Bolt di Tokyo 2020, pun tak ada sprinter putra Jamaika yang masuk 10 besar dalam peringkat 100m dan 200m.

Baca juga: Usain Bolt percaya diri rekornya tak akan patah di Olimpiade Tokyo

Tapi tidak demikian halnya dengan sprinter putri yang lebih siap membuat gebrakan di Tokyo. Di sektor ini, ada Fraser-Pryce yang saat ini sprinter putri nomor satu dunia, lalu Thompson-Herah dan Jonielle Smith yang masuk 10 besar. Thompson-Herah adalah peraih dua medali emas Olimpiade Rio 2016 pada nomor sprint 100m dan 200m.

Masih ada nama-nama besar seperti Shericka Jackson, Stephenie-Ann McPherson, Candice McLeod, Megan Tapper, Britany Anderson, Briana Williams, Yohan Blake, Demish Gaye, Ronald Levy, Damion Thomas dan Hansle Parchment.

Jamaika sendiri mengirimkan 61 atlet ke Tokyo 2020 yang khususnya memburu medali lari jarak pendek mulai 100m, 200m, 400m, estafet 4x100m, estafet 4x400m, dan 110m lari gawang, sampai nomor baru estafet 4x400m campuran.

Di luar itu, ada segelintir atlet yang dipasang berlomba pada nomor lari 800m, 1.500m, lompat jauh, lompat jangkit, tolak peluru, dan lempar cakram.

Baca juga: Bolt khawatirkan masa depan atletik Jamaika
Baca juga: Bolt dihargai masyarakat Jamaika bukan hanya karena kecepatannya

Selanjutnya Herah vs Pryce

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021