Sydney (ANTARA) - Saham Asia naik ke tertinggi satu minggu pada hari Rabu, sebagian besar dipimpin oleh pendapatan perusahaan AS yang kuat, meskipun suasana tetap berhati-hati karena virus corona varian Delta yang menyebar dengan cepat mengaburkan prospek ekonomi global.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen ke level tertinggi sejak 26 Juli.

Nikkei Jepang berada di zona merah seperti halnya saham China dengan indeks saham unggulan turun 0,2 persen.

Saham Australia sedikit menguat tetapi sentimen dirusak oleh peningkatan infeksi virus varian Delta yang tak kunjung reda di Sydney, kota terbesar di negara itu.

Laba yang lebih kuat dari perkiraan dari perusahaan AS dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan perkiraan Wall Street yang sudah tinggi tentang bagaimana pertumbuhan pendapatan kuartal kedua akan terlihat dibandingkan tahun lalu.

Baca juga: Sejumlah pasar saham Asia dibuka melemah dipicu meluasnya varian Delta

Hampir 90 perusahaan perusahaan yang terdaftar di S&P 500 telah melaporkan kejutan pendapatan positif untuk kuartal kedua, menurut ekonom National Australia Bank Tapas Strickland.

Analis, bagaimanapun, memperingatkan tentang peningkatan infeksi virus corona varian Delta di Asia, dengan media China melaporkan 31 wilayah provinsi telah memperingatkan penduduk agar tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu mengingat wabah baru-baru ini.

China pada hari Rabu melaporkan 96 kasus virus corona baru yang dikonfirmasi untuk 3 Agustus, di mana 71 di antaranya ditularkan secara lokal.

"Wuhan telah memulai pengujian di seluruh kota dalam gema yang menakutkan dari wabah COVID-19 yang asli," kata Strickland.

"Sementara tekad China untuk mengendalikan wabah telah diilustrasikan dengan baik, pasar akan terus mengawasi wabah tersebut mengingat penularan varian Delta yang tinggi. Ada juga kekhawatiran vaksin domestik China kurang efektif terhadap varian Delta."

Baca juga: Saham Eropa turun, terseret kekhawatiran regulasi jatuhkan pasar Asia

Indeks saham utama Wall Street bergejolak tetapi ditutup lebih tinggi dengan keuntungan penting dari Apple Inc, Eli Lilly dan Robinhood Markets Inc.

Indeks S&P 500 naik 0,8 persen menjadi berakhir pada 4.423,15, rekor penutupan tertinggi lainnya, sementara Dow naik 0,8 persen dan Nasdaq bertambah 0,6 persen.

Investor memperkirakan volatilitas meningkat pada Agustus karena lebih banyak perusahaan melaporkan pendapatan dan pasar mendengar dari pejabat Federal Reserve dalam beberapa minggu mendatang. Angka penggajian non-pertanian AS akan dirilis pada hari Jumat.

Dolar AS melemah terhadap yen Jepang dan franc Swiss karena kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan varian Delta menantang selera risiko.

Dolar berada di dekat palung dua bulan terhadap yen di 108,95. Terhadap Franc Swiss, dolar melayang mendekati level terendah sejak pertengahan Juni di 0,9038 dolar.

Dolar Selandia Baru melesat lebih tinggi setelah data pekerjaan super kuat memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga bulan ini. Kiwi berayun hingga $0,7046 NZD=D3, kenaikan 1 persen untuk minggu ini.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko relatif optimis pada 0,7396 dolar AS, tetapi itu sebagian besar disebabkan oleh penilaian ekonomi yang positif oleh bank sentral negara itu pada hari Selasa.

Dalam komoditas, minyak Brent berjangka turun 20 sen menjadi 72,21 dolar AS per barel. Minyak mentah AS turun 32 sen menjadi 70,24 dlar AS per barel.

Spot emas datar di 1.810,4 dolar AS per ounce.
 

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021