pertumbuhan ekonomi di DKI membaik pada triwulan I meski masih kontraksi 1,91 persen
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat ekonomi di Ibu Kota tumbuh mencapai 10,91 persen pada triwulan II-2021 atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami kontraksi 8,33 persen.

Kepala BPS DKI Jakarta Buyung Airlangga di Jakarta, Kamis, memperkirakan melesatnya pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota salah satunya didorong pelonggaran kegiatan ekonomi dan sosial.

Baca juga: Sektor pariwisata harus adaptif dan fleksibel saat pandemi

“Pada triwulan kedua juga merupakan Idul Fitri, kemudian tunjangan hari raya dan gaji ke-13 kepada pegawai dan ASN dibayarkan,” ucapnya.

Buyung merinci dinamika pertumbuhan ekonomi di DKI yang merosot akibat pandemi dari terkontraksi 8,33 persen menjadi kontraksi 3,89 persen pada triwulan III-2020.

Kemudian, tumbuh membaik meski masih dalam zona negatif pada triwulan IV-2020 menjadi 2,14 persen.

Selanjutnya, memasuki tahun 2021, pertumbuhan ekonomi di DKI membaik pada triwulan I meski masih kontraksi 1,91 persen hingga tumbuh dalam zona positif 10,91 persen pada triwulan II-2021.

BPS DKI mencatat pertumbuhan pada triwulan II-2020 didorong oleh kinerja positif lapangan usaha seperti penyediaan akomodasi makan minum, transportasi dan pergudangan.

Baca juga: Dorong pemulihan ekonomi, Pemda Jabar- DKI kerja sama sektor pangan

Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan positif ini didorong oleh konsumsi pemerintah khususnya terkait belanja untuk penanggulangan COVID-19 dan konsumsi masyarakat di antaranya transportasi, komunikasi dan rekreasi serta hotel dan restoran.

Meski pertumbuhan ekonomi di DKI melesat hingga 10,91 persen pada triwulan II-2021, namun Buyung mengungkapkan kemampuan daya beli masyarakat dinilai masih lemah.

Baca juga: Jakarta Utara targetkan 300 ekonomi kreatif vaksin di Balai Kota

Buyung menjelaskan kondisi itu tercermin dari realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II-2021 mencapai Rp459,7 triliun, lebih rendah dibandingkan pada triwulan I-2020 yang mencapai Rp468,2 triliun, yang saat itu belum terdampak pandemi.

“Walaupun ‘growth’ nya 10,91 persen, ini mengindikasikan bahwa penciptaan nilai tambah pada triwulan dua belum bisa menyamai pada posisi triwulan satu 2020,” katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021