Jakarta (ANTARA News) - Seniman Butet Kartaredjasa mementaskan monolog "Kucing" karya Putu Wijaya di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 30-31 Oktober 2010 yang disebutnya memberi atmosfer lain.

"Selama ini pentas monolog saya cenderung berformat besar yang membutuhkan banyak spektakel pemanggungan. Tapi dalam "Kucing", saya ingin sesuatu yang serba simpel dan sederhana," katanya.

Pada panggung pertunjukan monolog sebelumnya, penampilan Butet memang cenderung pada format artistik yang besar yang membutuhkan prasyarat tidak murah dan juga cenderung "wah".

Hal itu terlihat dari tiga pentas monolognya, "Mayat Terhormat" karya Indra Tranggono dan Agus Noor, "Matinya Toekang Kritik" dan "Sarimin", keduanya karya Agus Noor.

Namun, pada pementasan monolog Kucing, kesederhanaan itu terlihat jelas.

Monolog ini sendiri berkisah tentang hubungan suami istri, yang melibatkan seekor kucing milik tetangganya. Dari kucing yang suatu hari memangsa rica-rica yang disiapkan si istri untuk berbuka puasa itulah, alur cerita mengalir.

Kucing bukan tema yang politis, melainkan tentang manusia dengan segala problem kesehariannya yang juga sederhana.

Dengan alurnya yang lincah dan khas, Putu Wijaya berhasil membangun alur yang menarik, sekaligus bisa membicarakan soal hakikat kemanusiaan dan seluruh persoalannya.

Sebuah kisah yang kelihatannya remeh dan sederhana, tetapi langsung menghunjam ke hakikat dan maknanya.

Melalui lakon Kucing ini, Butet ingin mengembalikan monolog sebagai permainan seni peran yang otonom dan ikhtiar pematangan diri seorang aktor dalam menafsir karakter dan memberi nyawa sebuah teks sastra.

"Pendeknya, monolog dikembalikan lagi sebagai sebuah proses keaktoran yang menjunjung tinggi kekuatan seni akting. Monolog dikembalikan ke khitahnya," ujarnya.

Karya Putu Wijaya ini dinaskahmonologkan Agus Noor, musik digarap Djaduk Ferianto, dengan sutradara Whani Dharmawan.

Setelah di Jakarta, monolog ini dipentaskan di Yogyakarta pada 3-4 November 2010 di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta.(*)

ANT/N002/ar09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010