Pelaku usaha sebaiknya juga membuat kontrak berjangka waktu panjang untuk mengantisipasi penurunan permintaan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad meminta pemerintah mewaspadai penyebaran COVID-19 varian Delta di negara tujuan ekspor, karena dapat menekan ekspor Indonesia.

"Ini menjadi ancaman sumber pertumbuhan kita pada kuartal III 2021 yang pada kuartal II 2021 sangat didorong oleh surplus perdagangan ekspor dan impor," katanya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang sepanjang Januari-Juni 2021 mencapai 11,86 miliar dolar AS atau naik lebih dari 100 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang surplus 5,42 miliar dolar.

Untuk mengantisipasi ini, Tauhid merekomendasikan pemerintah terus membantu pelaku usaha mencari negara tujuan ekspor alternatif agar tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat dan Tiongkok. Pasalnya, varian Delta menyebar di kedua wilayah tersebut.

Selain itu, ia pun merekomendasikan agar pemerintah mendiversifikasi produk ekspor.

Pelaku usaha, menurutnya, sebaiknya juga membuat kontrak berjangka waktu panjang untuk mengantisipasi penurunan permintaan dari pelaku usaha di negara tujuan ekspor yang terdampak COVID-19 varian Delta.

"Di dalam negeri, keputusan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) diperpanjang sampai 9 Agustus 2021 menurut saya memiliki peluang untuk diteruskan, melihat kasus COVID-19 relatif tinggi. Dan, level berbeda akan menyebabkan perilaku beragam," ucapnya.

Banyak masyarakat dan pelaku usaha, kata Tauhid, tidak memahami perbedaan tiap level PPKM sehingga banyak aktivitas yang tidak berjalan normal.

Karena itu, pola pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2021 akan mirip dengan kuartal II-2020 dengan ekspor dan industri ritel berpotensi menurun.

Tauhid pun mendorong pemerintah mempercepat vaksinasi COVID-19 yang akan berdampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan.

"Apakah vaksinasi mencapai 80 persen butuh lebih dari dua tahun? Itu akan menjadi mata rantai yang sulit kita putuskan dalam pemulihan ekonomi," imbuhnya.

Baca juga: Mendag perkirakan ekspor Indonesia akan tetap kuat
Baca juga: Chatib Basri: Peningkatan ekspor harus disertai diversifikasi produk
Baca juga: BPS sebut ekspor 2021 menjanjikan


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021