Jakarta (ANTARA) - Enggak ada capainya! Kapan sih anak muda ini mau berhenti?

Hampir selalu itu komentar dan pertanyaan kebanyakan orang tentang Pedri Gonzales Lopez atau cukup saja Pedri seperti biasa tercantum di atas nomor punggung kostumnya, baik Barcelona maupun Spanyol.

Ketika pesepak bola belia berusia 18 tahun itu memasuki lapangan Stadion Internasional Yohokoma esok Sabtu dalam final sepak bola putra Olimpiade Tokyo 2020 antara Spanyol dan Brazil, maka itu adalah pertandingan ke-73 yang dijalani Pedri sepanjang musim ini.

Baca juga: Menang tipis 1-0 atas Jepang, Spanyol hadapi Brazil dalam final
Baca juga: Spanyol ke semifinal usai gasak Pantai Gading 5-2


Tak ada pesepak bola top Eropa saat ini yang menendang bola sebanyak yang disepak Pedri.

Menakjubkannya lagi, dia melakukan semua itu pada musim pertamanya sebagai pemain profesional.

Salah satu yang terpukau oleh energi besar Pedri adalah Ibai Llanos Garatea. Orang ini adalah selebritas internet, streamer dan komentator esport terkenal di Spanyol. Dia juga kreator konten Twitch dan YouTube.

Ibai kerap mengomentari Pedri, khususnya karena penampilan inspiratif dan tanpa lelahnya.

Kali ini Ibai kembali tak tahan untuk mengomentari energi kuda sang gelandang muda saat mengantarkan Spanyol menang 5-2 atas Pantai Gading dalam perempat final Tokyo 2020.

Memposting foto Pedri di Twitter, Ibai menulis keterangan, "Kembali, babak tambahan untuk Pedri".

Hari itu, saat melawan Pantai Gading tersebut, Pedri memang bermain lebih dari 90 menit, tepatnya selama 101 menit, dalam pertandingan keempatnya dalam sebulan terakhir yang harus dilalui dengan babak tambahan.

Tiga babak tambahan sebelumnya dia lewatkan saat memperkuat Spanyol dalam Euro 2020.

Pertama, melawan Kroasia ketika Spanyol harus bermain 120 menit sebelum menang 4-2 pada 16 besar. Kedua, ketika menang adu penalti melawan Swiss setelah 1-1 selama 120 menit. Dan terakhir, ketika kalah adu penalti melawan Italia menyusul seri 1-1 selama 120 menit.

Enam hari lalu, dalam perempat final Tokyo 2020 melawan Pantai Gading, Pedri kembali memainkan pertandingan yang mesti dituntaskan dengan babak tambahan setelah Max-Alain Gradel membuat gol yang memaksa Spanyol bermain selama 120 menit sebelum menaklukkan Pantai Gading 5-2.


Tak berhenti berlari

Sama dengan Ibai, awak laman Olympics.com pun penasaran.

Apa tidak capai terus bermain bola, justru saat pemain-pemain lain tengah menikmati jeda musim panas setelah selesai Piala Eropa lalu.

Gelandang asal Kepulauan Canary, wilayah seberang lautan Spanyol yang jauh lebih dekat ke Mauritania dan Maroko di Afrika Barat ketimbang Spanyol di Eropa, cuma tertawa.

"Sejujurnya semua yang saya alami ini gila," jawab dia seperti dikutip laman Olympics.com.

Baca juga: Pedri sabet penghargaan Pemain Muda Terbaik Euro 2020

Gila dalam konteks ini lebih kepada menakjubkan. Dan jika dua kata ini berkonotasi sama, maka tak berlebihan jika perjalanan karir pemuda Spanyol yang seperti kebanyakan anak muda Spanyol berusia 18 lainnya lagi mendambakan SIM pertamanya itu, memang gila.

Dia bergabung dengan klub raksasa Barcelona dengan langsung menjadi pilihan utama yang tak pernah absen dari starting eleven klub itu.

Tak hanya di liga, dia juga bermain dalam semua kompetisi, pada usia semuda itu, sampai turut mempersembahkan Copa del Rey kepada Barcelona.

Kompetisi klub selesai, kedua kakinya tak berhenti berlari.

Dia dipanggil oleh pelatih Spanyol Luis Enrique untuk menghadapi Euro 2020, bukan semata cemerlang bersama Barcelona, namun juga karena tampil hebat dan menunjukkan kepemimpinan tatkala bersama timnas U-21.

Dalam Euro 2020, dia semakin mengukuhkan kehebatannya dengan menjadi pemain muda terbaik turnamen tersebut, sekalipun Spanyol dijegal Italia via adu penalti dalam semifinal di Wembley awal bulan lalu.

Sepuluh hari setelah bertualang di Euro 2020 sembari menyandang pemain yang paling banyak berlari menjelajahi lapangan dengan total kilometer paling panjang dibandingkan dengan pemain mana pun dalam turnamen itu, Pedri mendarat di Jepang, Rabu 14 Juli silam.

Tiga hari kemudian pada 17 Juli dia kembali menyepak bola dan bahkan merancang gol yang membuat La Roja menyamakan kedudukan 1-1 melawan Jepang dalam laga persahabatan di Kobe.

Setelah itu, mulai 22 Juli ketika Spanyol ditahan seri Mesir 0-0 sampai 3 Agustus saat Spanyol menyingkirkan tuan rumah Jepang dalam semifinal, Pedri terus bermain, dalam Olimpiade yang seperti Euro 2020, adalah juga debutnya.

Kini, di ujung kompetisi, dia bertekad untuk tak mengulangi kegagalan pada Euro 2020 dengan berusaha mempersembahkan emas Olimpiade yang kedua bagi Spanyol setelah pertama mereka rebut pada Olimpiade Barcelona 1992.

Baca juga: Lupakan Haaland, tujuh talenta ini siap curi perhatian di EURO 2020


Dani Alves

Saat ditanya bagaimana rasanya memburu emas Olimpiade, Pedri menjawab, "Saya berusaha menikmati setiap hari yang saya lalui karena ini menakjubkan."

"Kami sudah pasti mendapatkan perak, tetapi kami tak mau puas hanya dengan itu. Kami ingin lebih dan emas akan menjadi sumber kebanggaan bagi saya, keluarga saya dan semua orang di Spanyol," sambung Pedri.

Namun yang dilawan Pedri kali ini adalah negara bertradisi juara, sekalipun bukan satu-satunya tim terhebat yang dihadapi Pedri karena sebelum melawan Brazil ini Pedri sudah pernah menghadapi Argentina dan Italia dalam kurun satu bulan ini.

Tapi postur Brazil memang mengerikan. Negara ini lima kali juara Piala Dunia, dan juara bertahan Olimpiade setelah tiga kali menjadi finalis Olimpiade.

Baca juga: Brazil melaju ke final seusai menang atas Meksiko lewat adu penalti

“Brazil memang lawan terbaik yang Anda bisa hadapi dalam final karena pemain-pemain mereka sangat berkualitas,” kata Pedri. “Kedua negara memiliki tim hebat dan nanti itu bakal menjadi laga yang amat berat.”

Kalau pelatih Spanyol Luis de la Fuente mengandalkan Pedri, dan lima alumnus Euro 2020 lainnya termasuk kiper Unai Simon, Brazil juga tak kalah hebat, bahkan dipimpin Dani Alves yang menjadi pesepak bola terbanyak meraih trofi dalam sejarah cabang olahraga ini.

Pesepak bola berusia 38 tahun itu --FIFA hanya membolehkan tiga pemain di atas U-23 turut bertanding dalam Olimpiade-- adalah pemimpin lapangan yang efektif untuk pemain-pemain muda Brazil sampai sukses ke final Olimpiade.

Alves sudah enam kali mengangkat trofi Liga Spanyol, tiga kali trofi Liga Champions, semuanya bersama Barcelona, satu kali trofi Serie A bersama Juventus dan dua kali Liga Prancis bersama Paris St Germain.

Saat mewakili Brazil, prestasinya tetap hebat. Kecuali Piala Dunia yang belum pernah direngkuhnya, Alves sudah dua kali membawa Brazil menjuarai Copa America.

Dia tegas ingin menyempurnakan pencapaiannya dengan merebut medali emas Olimpiade.

Dia juga menganggap Olimpiade sebagai panggung yang ingin dinaiki oleh semua atlet. Semua atlet ingin berada di sini.

“Berada di sini, bisa mewakili rakyat saya, lewat sepak bola, sungguh merupakan kehormatan bagi saya," kata Alves seperti dikutip Reuters.

Oleh karena itu, Alves dan Brazil menjadi batu ujian terberat Pedri.

Pada Euro 2020, Pedri dan anak-anak muda Spanyol yang eksplosif itu gagal menaklukkan dua bek gaek Italia, Leonardo Bonucci yang berusia 34 tahun dan Giorgio Chiellini yang berumur 36 tahun.

Kini dalam final Olimpiade, mereka kembali menghadapi bek gaek yang lebih tua dari duo Italia itu.

Akankah kali ini Pedri berhasil atau justru Alves yang mengulangi sukses Bonucci dan Chiellini?

Baca juga: Pedri enggan dibandingkan dengan Andres Iniesta
 

Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021