Jakarta (ANTARA) - Tim putra China hari ini merebut medali emas beregu setelah menyingkirkan Jerman 3-0 dalam final untuk memastikan dominasi mereka dalam tenis meja Olimpiade.

Menghadapi tiga pemain top dunia, yakni Fan Zhendong, Ma Long dan Xu Xin, Jerman selalu menghadapi kesulitan besar. Xu dan Ma menggulung lawan mereka 3-0 dalam pertandingan ganda.

Tetapi peringkat tujuh dunia Dimitrij Ovtcharov kemudian berusaha keras membalikkan keadaan saat melawan Fan yang nomor satu dunia sehingga akhirnya cuma kalah 2-3.

Baca juga: Dominasi Ma Long dan China di tenis meja tunggal putra berlanjut

Ma yang nomor dua dunia kemudian memastikan kemenangan China setelah mengalahkan Timo Boll 11-5 11-9 11-13 11-7 untuk mempersembahkan emas keempat tenis meja kepada China dalam lima nomor cabang olahraga di Tokyo 2020.

Ma mengepalkan tinjunya dan berteriak penuh semangat setelah memenangkan gim penentuan.

"Saya merasa bertanggung jawab berperan serta dalam event-event olahraga seperti Olimpiade, tetapi saya bisa berkonsentrasi kepada pertandingan dengan seluruh kekuatan saya," kata dia seperti dikutip Reuters.

Satu-satunya nomor yang gagal dimenangkan China adalah ganda campuran yang baru dipertandingkan dalam Olimpiade ini di mana Jepang meraih emas.

Baca juga: Runtuhkan dominasi China, Jepang rebut emas ganda campuran tenis meja

Negara tuan rumah sebelumnya merebut perunggu beregu putra setelah menang 3-1 atas Korea Selatan yang di antaranya berkat kemenangan yang diraih petenis meja nomor empat dunia berusia 18 tahun Tomokazu Harimoto.

Harimoto yang lahir di Sendai Jepang yang dilanda gempa bumi besar dan tsunami pada 2011, mengaku memimpikan medali sejak Ai Fukuhara yang juga asli Sendai mengunjungi sekolah dasarnya untuk menunjukkan perak yang dia menangkan di London pada 2012 dari beregu putri.

"Membayangkan kini giliran saya membawa pulang medali ke kampung halaman saya, sungguh sangat berarti bagi saya," kata Harimoto.

Baca juga: Memang tersingkir, tapi Hend Zaza telah menginspirasi kaum muda

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021