Jakarta (ANTARA) - Sesungguhnya tidak mengejutkan manakala survei dari Program for International Student Assessment menunjukkan peringkat literasi masyarakat Indonesia berada di nomor 62 dari 70 negara.

Berdasarkan riset dari World’s Most Literate Nations Ranked yang digelar oleh Central Connecticut State University, Indonesia pun dinyatakan hanya menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

Rekor minor ini berakar dari pendidikan dasar yang belum sepenuhnya menerapkan pentingnya literasi dan numerasi. Sehingga, peningkatan mutu sumber daya pendidik menjadi faktor yang sangat dibutuhkan saat ini, karena pendidik memegang peranan penting dalam kemajuan bangsa.

Berangkat dari fakta tersebut, sejumlah pihak diharapkan turut serta berpartisipasi memacu transformasi pendidikan di Tanah Air sebab meningkatkan kualitas edukasi merupakan tanggung jawab semua.

Salah satu concern serupa dilakukan HAFECS melalui pengembangan kompetensi guru pada program Guru Juara sebuah program gratis untuk seluruh tenaga pendidik di Indonesia.

Baca juga: Kominfo sediakan jutaan kuota pelatihan digital

Baca juga: Kenalkan platform digital, Kemkominfo gelar literasi di Aceh Timur


Melalui Guru Juara, para guru di seluruh Indonesia pada 5 tingkat pendidikan (SMA/MA, SMK/STM, SMP/MTS, SD/MI, dan TK/PAUD) diberikan pelatihan secara online, yang mengacu pada Teaching Mastery Framework (TMF), sebuah kerangka ajar untuk meningkatkan kompetensi guru.

Jika biasanya masyarakat di tanah air lebih mengenal konsep pelatihan untuk pengembangan profesionalitas guru secara berkelanjutan, yakni dengan guru datang ke sekolah-sekolah dan mengikuti pelatihan, melalui program Guru Juara akan ada wadah pelatihan tersebut. Namun tetap tidak melupakan dasar pembangunan budaya belajar di lingkungan sekolah.

Peningkatan kompetensi

Sejatinya ada banyak cara untuk mendorong naiknya kualitas pendidikan di tanah air, salah satunya dengan meningkatkan kompetensi para guru dan pengajar di dalamnya.

Direktur HAFECS, Dr. Zulfikar Alimuddin, B. Eng, MM, menjelaskan sistem pendidikan di Indonesia memerlukan sebuah inovasi. Pihaknya menemukan salah satunya bahwa Teaching Mastery Framework (TMF) bisa menjadi kurikulum yang baik untuk mencetak para guru juara yang sesuai dengan kebutuhan di era saat ini.

Kurikulum yang diterapkan dalam program Guru Juara itu pun diujicobakan dan diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pengajaran guru mata pelajaran, kualitas proses belajar siswa di sekolah, dan kualitas hasil belajar siswa, terutama kemampuan literasi dan numerasi.

Menurut dia, ada tujuan jangka pendek yang saat ini sangat perlu untuk diwujudkan yakni membentuk pola pengembangan keterampilan mengajar para guru, yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Langkah itu perlu untuk sebuah ketetapan target jangka panjang yakni memperbaiki tingkat literasi dan numerasi para siswa Indonesia, sebagai prasyarat kemajuan masyarakat abad ke-21.

Melalui program Guru Juara misalnya hal itu dapat diketahui sehingga pihaknya berupaya melaksanakannya selama 10 minggu (2 minggu tes + 8 minggu training). Sesi dilaksanakan pada hari Senin dan Jumat, di setiap pekan.

Meski demikian, program ini akan dilakukan secara terstruktur dan terukur, dilengkapi dengan Learning Management System (LMS) untuk memudahkan peserta belajar.

Baca juga: Peneliti ingin peningkatan literasi keuangan dukung industri fintech

Pihaknya pun kemudian membuka peluang tersebut kepada para guru dan sekolah untuk mengikuti program Guru Juara selama satu bulan, pelatihan TMF, Action Learning, dan Knowledge Creation, disertai dengan pendampingan tiga bulan, serta uang pembinaan hingga jutaan rupiah.

Disamping itu, program juga dilaksanakan melalui platform guruinovatif.id, salah satu Start-Up di lingkungan Yayasan Hasnur Centre.

Coaching eksklusif

Guru tak terelakkan menjadi kunci dalam suatu pengembangan sistem pendidikan yang lebih baik.

Pelatihan coaching eksklusif dari pakar dan profesional akan memungkinkan peningkatan kompetensi yang lebih baik.

Terlebih ketika ada kesempatan bagi para guru untuk bisa memilih sendiri pelatihnya bahkan
menentukan waktu, kelas, dan jenis coaching yang dibutuhkannya.

Hal itu sejalan dengan keinginan Pemerintah untuk menjadikan sistem pendidikan di Indonesia lebih baik seiring dengan penerapan inovasi agar bisa tetap diterapkan di tengah situasi sulit termasuk pandemi COVID-19.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya juga telah menyatakan keyakinannya bahwa pendidikan di Indonesia tidak akan bergerak maju di era pandemi COVID-19 ini tanpa terobosan cara-cara baru.

Untuk itu, Jokowi menekankan pentingnya inovasi di dunia pendidikan guna menyiasati pelbagai tantangan pembelajaran di tengah berjangkitnya wabah virus corona.

Pendidikan di Indonesia termasuk SDM pengelolanya dituntut untuk cepat beradaptasi sebab situasi pandemi ini telah mengubah drastis kehidupan manusia.

Di Indonesia saat ini misalnya, demi memutus rantai penyebaran COVID-19, pemerintah mengambil kebijakan untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh di berbagai daerah yang tercatat masih dalam zona merah. Di mana salah satu metode utama yang diterapkan adalah belajar daring atau online.

Kondisi ini menjadi penuh tantangan manakala materi pembelajaran dituntut agar dapat tersampaikan dengan baik, terutama untuk level pendidikan dasar. Dari sinilah kemudian guru-guru dituntut betul-betul kreatif dan inovatif.

Presiden Jokowi juga telah berpesan agar kondisi pandemi harus dimanfaatkan sebagai waktu evaluasi dan koreksi di lingkup pendidikan. Ia menegaskan tak ingin pandemi justru menghambat target pendidikan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Menurutnya, pandemi malah boleh jadi telah membuka mata seluruh insan pendidikan dan masyarakat terkait keluhan serta kekurangan yang perlu diperbaiki di masa depan.

Dari situlah kemudian evaluasi dan perbaikan bisa dilakukan untuk menuju sistem pendidikan yang lebih mencerahkan masa depan bangsa.

Baca juga: Kemendikbudristek tidak akan paksakan AN jika kondisi tidak aman

Baca juga: Kemendikbudristek sebut Asesmen Nasional bukan sekadar pemetaan

Baca juga: Kominfo dan Kemenag siapkan pelajar madrasah cakap digital

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021