Ini kriteria yang kita mintakan untuk para peserta, baik untuk peserta program Strata-1 (S1), Strata-2 (S2), maupun para dosen
Jakarta (ANTARA) - Pfizer Indonesia meluncurkan Pfizer Biotech Fellowship dengan memberikan sejumlah kriteria pada peserta yang ingin mendaftarkan diri untuk berpartisipasi dalam program itu. 

“Ini kriteria yang kita mintakan untuk para peserta, baik untuk peserta program Strata-1 (S1), Strata-2 (S2), maupun para dosen ya. Untuk S1 ini untuk khusus tingkat akhir ya tahun ketiga atau keempat sedang menyusun proposal skripsi. Jadi ketiga atau keempat yang mungkin belum nyusun skripsi tapi sudah tahun ketiga boleh berpartisipasi,” kata Direktur Eksekutif Tenggara Strategics Riyadi Suparno dalam media briefing “Peluncuran Pfizer Biotech Fellowship” secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia mengungkapkan kriteria telah disesuaikan dengan kategori jenjang pendidikan universitas yang telah dibagi dalam 3 jenis sebelumnya, yakni Undergraduate Program untuk pendidikan S1, Graduate Educated Grants untuk pendidikan S2, dan Training of Trainers untuk para dosen serta peneliti.

Baca juga: Pfizer Indonesia luncurkan program Pfizer Biotech Fellowship

Riyadi mengatakan untuk peserta S1, setiap peserta harus membentuk satu kelompok dengan jumlah tiga anggota untuk menulis sebuah esai dengan topik yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara.

Setiap peserta hanya boleh tergabung ke dalam satu kelompok saja. Selanjutnya, esai itu harus disupervisi oleh dosen pembimbing yang aktif dan mengikuti semua rangkaian program yang ada.

“Khusus untuk S2 karena ini merupakan dukungan dana penelitian, maka mereka tidak boleh menerima dana dari sumber lain dan harus melampirkan surat rekomendasi dari universitas atau dosen pembimbing akademiknya,” kata dia menjelaskan kriteria untuk peserta di jenjang pendidikan S2.

Baca juga: BPOM beri izin edar darurat vaksin Pfizer di Indonesia

Soal dana penelitian untuk peserta S2, pihaknya akan memberikan sejumlah dana pada para peserta yang telah menang dan dapat menggunakan uang tersebut untuk melakukan penelitian.

Lebih lanjut dia menjelaskan, proposal tesis juga harus disupervisi oleh dosen pembimbing aktif dan peserta wajib mengikuti semua rangkaian kegiatan program sama seperti peserta di kategori S1.

Terakhir untuk para dosen dan peneliti, diwajibkan melampirkan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN), memiliki pengalaman mengajar minimal dua tahun dan wajib terlibat aktif dalam semua rangkaian program.

Ia mengatakan program tersebut akan diselenggarakan dalam waktu yang cukup panjang, terhitung mulai Agustus sampai  November 2021.

Baca juga: Kemenkes sepakati pengadaan 50 juta dosis Pfizer di Indonesia

Ketua Ikatan Program Studi Bioteknologi Indonesia (IPSBI) Dr. ret. nat. Sulistyo Emantoko mengatakan program ini dapat mendukung pengembangan kurikulum dari program studi khususnya bioteknologi kesehatan.

“Ini sesuatu yang sangat bagus ketika misalnya pemerintah membuat program merdeka belajar kampus merdeka skripsi. Sehingga kampus, industri, dan pemangku kepentingan lain bisa saling bertemu, bisa saling mencocokkan, sehingga kita dari program studi bisa lebih luwes mengembangkan kurikulum kita,” kata dia.

Baca juga: Vaksin COVID-19 di Indonesia dijamin kuatkan imun dari varian corona

Ia mengatakan, pihaknya terus menyesuaikan kurikulum yang ada supaya dapat terus melayani perkembangan pengetahuan dan perkembangan permintaan akan kompetensi bioteknologi yang ada di Indonesia.

“Mengenai kurikulum jadi kita di Ikatan Studi Biokteknologi Indonesia, kita menyesuaikan agar kurikulum yang ada itu bisa terus melayani perkembangan pengetahuan dan perkembangan permintaan akan kompetensi bioteknologi yang ada di Indonesia sehingga kurikulum yang kita buat lebih aplikatif baik bagi industri juga pemangku kepentingan lain,” kata dia menjelaskan bagaimana pihaknya terus menyesuaikan kurikulum yang ada.

Baca juga: Indonesia dapat tawaran vaksin Pfizer dari IOC

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021