Sebelum berangkat, kami memberikan bekal informasi seputar hidup dan belajar di Belanda
Jakarta (ANTARA) - Kantor perwakilan organisasi nonprofit asal Belanda Nuffic Neso Indonesia memberikan kesempatan kepada para lulusan politeknik untuk melanjutkan studi ke Belanda.

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, Koordinator Promosi Pendidikan Nufffic Neso, Inty Dienasari, mengatakan lebih dari 300 mahasiswa Indonesia telah melanjutkan studi ke Belanda.

“Sebelum berangkat, kami memberikan bekal informasi seputar hidup dan belajar di Belanda yang ditujukan pada mahasiswa Indonesia yang sudah siap berangkat melanjutkan studi ke Belanda,” kata Inty.

Baca juga: Dirjen Dikti dorong lebih banyak mahasiswa studi di luar negeri

Sebanyak 60 persen pelajar yang akan berangkat ke Belanda merupakan penerima beasiswa. Sebanyak 16 peserta merupakan penerima beasiswa StuNed, 10 peserta penerima beasiswa kerja sama StuNed-LPDP, 37 peserta penerima Orange Tulip Scholarship (OTS).

Selain itu 30 peserta penerima Holland Scholarship, 33 peserta penerima beasiswa dari universitas Belanda, delapan peserta penerima beasiswa Erasmus+, 48 penerima beasiswa LPDP, 20 penerima beasiswa Dikti, 28 peserta penerima beasiswa lainnya, dan 137 peserta berangkat ke Belanda dengan menggunakan pembiayaan secara mandiri.

Baca juga: Stuned berikan beasiswa pada 4.619 bagi masyarakat Indonesia

Sebagian besar akan melanjutkan studi magister di Belanda, 23 peserta menempuh short course programme, 52 peserta melanjutkan studi sarjana, dan tujuh peserta melakukan penelitian (PhD) di Belanda. Program studi yang paling popular di antara para peserta tersebut adalah ekonomi, perdagangan, manajemen dan akuntansi.

Seorang penerima beasiswa, Yesaya Galatia Maranatha, mengatakan melanjutkan studi ke luar negeri merupakan impiannya. Oleh karena itu, begitu lulus dari D4 Politeknik Negeri Malang (Polinema), ia fokus persiapan untuk mendaftar ke universitas di Belanda.

“Rupanya tidak sedikit orang di sekitar yang mengatakan, Lah, emang bisa lulusan D4 langsung S2? Kayaknya sulit deh,” kata Yesaya.

Baca juga: Penerima beasiswa Belanda diharapkan bangun ekonomi berkelanjutan

Setelah mendapatkan informasi dari presentasi Nuffic Neso, dan juga pameran Pendidikan EHEF, Yesaya akhirnya mendaftar ke University of Twente dan Maastricht University, dengan pertimbangan metode pengajaran, jurusan yang ditawarkan, serta kualitas pendidikan.

Pada Desember 2019, Yesaya mendapatkan surat penerimaan (Letter of Acceptance) dari University of Twente. Yesaya pun mencoba mendaftar beberapa beasiswa baik yang ditawarkan oleh kampus maupun beasiswa StuNed.

Baca juga: Direktur Nuffic Neso harap penerima beasiswa pelajari 'soft skill'

Meski demikian, Yesaya tidak putus asa dan makin bersemangat, yakin bahwa semua anak di Indonesia berkesempatan untuk kuliah di luar negeri khususnya Belanda.

Yesaya pun memutuskan untuk mencari pekerjaan setelah menerima kenyataan belum bisa berangkat tahun 2020. Pada awal 2021, Yesaya kembali mencoba dan berhasil mendapatkan beasiswa dari Holland Scholarship.

Baca juga: 20 tahun StuNed beasiswa pemerintah Belanda untuk Indonesia

Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021