Semarang (ANTARA) - Sebanyak 26 dari 49 korban letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang menjalani perawatan di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, mengalami luka bakar serius mencapai 60 persen.

Bahkan ada seorang korban yang mengalami luka bakar di atas 60 persen dan harus menjalani operasi, karena mengalami pembengkakan di pembuluh darah, kata Kepala Bidang Layanan Medik SRUP dr Soerdji Tirtonegoro Klaten, dr Puspita Laksmintari.

Selain itu, lanjutnya, satu korban luka bakar dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta.

Sedangkan 23 korban Merapi lainnya yang berada di RSUP D dr Soerdji Tirtonegoro mengalami gangguan pernafasan dan "shock", katanya mengungkapkan.

Sebagian besar korban berasal dari Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Selebihnya dari empat desa yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, dua dusun yaitu Dusun Banjarsari dan Panggang, Desa Balairante, Kecamatan Kemalang, habis terpanggang dan ratusan ternak mati.

Bahkan tim evakuator menemukan tiga orang meninggal dunia, dua di antaranya dari Klaten atas nama Ratmo Sukijo (80) warga Banjarsari, Balairante, meningal bersama ratusan ternak yang masih tertinggal di atas.

Satu korban meninggal lainnya ditemukan di rumahnya di Dusun Panggang, Desa Balairante, dan belum diketahui identitasnya.

Selain itu, satu orang meninggal warga Jemowo, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, atas nama Ny Sukimah Mitowiyono (83) yang saat ini jenazahnya sudah berada di RSUP dr Soerdji Tirtonegoro, Klaten.

Keterangan dari Kepala Dusun I Balairante, Jainu, ada dua orang warganya yaitu Walidi dan Darto yang tidak mau mengunggsi belum diketahui keberadaannya, dan tim evakuotor masih mencari kedua orang tersebut.

Sementara kondisi di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten tampak sibuk dan ambulans terus berdatangan sejak Jumat dinihari hingga siang membawa korban letusan Gunung Merapi.
(ANT202*M028/C004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010