Medan (ANTARA News) - Kalangan pelajar di Kota Medan tampak antusias untuk menyaksikan film budaya Jepang yang diputar pada acara Bunsakai atau Festival Budaya Jepang di Universitas Sumatera Utara, Jumat.

Salah seorang pelajar di Medan, Atika (17), usai menyaksikan pemutaran film Jepang itu mengatakan, film tersebut sarat dengan filosofi perjuangan dan nilai-nilai persahabatan.

"Dengan menyaksikan film itu, kita juga semakin banyak tahu tentang budaya Jepang yang terkenal dengan disiplinnya. Saya rasa film Jepang itu sangat baik ditonton generasi muda seperti kami agar tidak mudah menyerah terhadap suatu permasalahan dan disiplin terhadap diri sendiri," katanya.

Film Jepang diputar tersebut berjudul "Ayo Jalan Terus" yang disutradarai Akihiko Shiota produksi tahun 1999 dengan durasi 75 menit, kemudian "Cinta dan Kehormatan" disutradarai Yoji Yamada.

Dalam film yang berjudul "Ayo Jalan Terus" itu mengisahkan sepasang sahabat Akira dan Koichi yang masih duduk di kelas 5 SD, mereka tinggal di daerah pinggiran kota Tokyo. Saat musim sekolah tiba, mereka mendapati bahwa mereka tidak ditempatkan di satu kelas.

Meskipun mulanya menganggap bukan masalah, ternyata lambat laun hal ini mempengaruhi hubungan mereka. Akira mulai dekat dengan Shun, sedangkan Koichi dekat dengan Samajima.

Suatu hari Shun mengundang Akira ke pesta ulang tahunnya, tetapi Akira menolak karena ingin bermain dengan Koichi. Akira merasa terpukul ketika keesokkan harinya mengetahui Shun dan ibunya tewas.

Pada saat seperti itu, Akira sangat membutuhkan teman namun sayangnya, Koichi malah sibuk dengan perbuatan kriminalnya bersama Samajima. Merasa kecewa dengan sikap temannya, mereka berdua (Akira & Koichi) berkelahi.

Namun akhirnya mereka berbaikan kembali dan menyadari bahwa kini persahabatan mereka telah berubah.

Sementara di film kedua "Cinta dan Kehormatan" mengisahkan Mimura Shinnojo, seorang samurai kelas bawah yang mengabdi pada tuannya.

Walaupun ia telah berupaya melatih kemampuannya menggunakan pedang pada perguruan ternama, namun tugasnya tidak pernah berubah, yakni sebagai pencicip makanan majikannya demi terhindar dari racun.

Suatu hari majikannya terserang demam akibat keracunan makanan. Walaupun akhirnya diketahui penyebabnya adalah alergi, namun koki tua yang setia diminta untuk melakukan bunuh diri sebagai bukti rasa tanggung jawabnya.

Malang bagi Shinnojo, ia pun terserang demam dan ketika sembuh matanya menjadi buta. Merasa tidak berguna lagi ia pun ingin mengakhiri hidupnya.

"Kedua film itu sangat menyentuh hati, seolah-olah kita diajari bagaimana untuk tetap berjuang meski sudah dalam keadaan lemah demi mempertahankan kehormatan," kata Meli Surbakti, pelajar lainnya yang menyaksikan kedua film tersebut.

Gedung Serba Guna yang dijadikan tempat pemutaran kedua film tersebut tampak sesak di penuhi oleh penonton yang sebagian besar merupakan kalangan siswa SMA dan mahasiswa.

(KR-JRD/M034/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010