Jakarta (ANTARA) - Psikolog Oriza Sativa mengungkapkan ada enam kebiasaan yang perlu dihindari karena dapat memperburuk mental individu saat pandemi COVID-19.

“Ada enam hal yakni sikap konformitas, yaitu ikut-ikutan, tidak patuh pada aturan,” kata Oriza Sativa dalam diskusi soal kesehatan mental saat pandemi di Jakarta, Jumat.

Selain konformitas, berhati-hati dengan energi negatif yang dapat mempengaruhi seseoranya. Misalnya gagal, frustrasi, kesepian hingga insomnia dan ketakutan.

Kemudian, hedonis, yakni memuja kenikmata. Misalnya, "nongkrong" sehingga berpotensi menimbulkan gelombang atau kasus lanjutan COVID-19.

Kebiasaan keempat, yakni perilaku menyimpang di antaranya pelampiasan dengan minum minuman keras, merokok dan emosi kepada orang tak bersalah.

Selanjutnya, kebiasaan komorbiditas, yakni depresi, kecemasan, fobia, apatis dan kebiasaan negatif. Misalnya tradisi mudik hingga ritual usir COVID-19 yang memperparah keadaan COVID-19.

Oriza yang memiliki spesialisasi konseling dan psikoterapi itu mengatakan kebiasaan yang harus dihindari itu merupakan nilai hidup yang memberikan panduan yang menyiratkan baik buruknya pemikiran, perasaan atau suatu tindakan.

Baca juga: Ketua DPD RI ingatkan jaga kesehatan mental pada masa pandemi
Baca juga: Lima pilar utama untuk menjaga kesehatan mental


Nilai hidup tersebut merupakan bagian dari tiga pilar kebahagiaan yang bisa diraih meski saat pandemi, bersama dengan pilar lain yakni sehat dan mengelola pola pikir (mindset).

Sehat, kata ahli bidang psikologi klinis itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 menyangkut keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial.

Sedangkan mengelola pola pikir, yakni tiga sikap dalam menghadapi masalah yakni dihadapi, dialihkan dan diabaikan.

Untuk masalah yang harus dihadapi adalah persoalan riil. Misalnya keuangan, pekerjaan/tugas sekolah, kesehatan (fisik dan mental), hukum, keamanan diri dan harga diri.

Sedangkan yang harus diabaikan adalah sikap negatif misalnya iri, dendam, marah, putus asa, jenuh, hingga merasa tidak berguna.

Adapun tips yang perlu dilakukan di antaranya tetap tenang, menciptakan kebiasaan baru sebagai adaptasi pandemi, tetap terhubung dengan sahabat/saudara memanfaatkan teknologi dan menumbuhkan sikap positif. Misalnya, empati dan dermawan.

Selain itu, tips lainnya tetap memperbaharui informasi namun mewaspadai kabar bohong dan melakukan aktivitas baru untuk menghindari rutinitas monoton.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021