Jakarta (ANTARA) - Seperti Robert Johnson yang diduga menggadaikan jiwanya kepada setan untuk menjadi musisi sukses, Irwin Ardy mungkin juga menukar roh untuk permainan gitarnya.

Jika sebelumnya saat masih bersama "Bangkutaman" Irwin sering genjrang-genjreng gitar, kali ini dia memilih gaya bermain petik dengan ibu jari atau yang lebih dikenal dengan istilah thumbpicking.

Persinggungannya dengan gaya memetik yang biasa digunakan pada musik-musik tradisional folk, blues, dan country ini berawal dari menonton dokumenter "ReMastered: Devil at the Crossroads" yang bercerita soal karier musisi blues Robert Johnson.

Baca juga: Gugun Blues Shelter bocorkan dua lagu terbaru

Baca juga: Delapan band rock terbaik luncurkan album kompilasi


Irwin kemudian mengeksplorasi lebih lanjut dengan menonton tutorial thumbpicking dari gitaris Tommy Emmanuel. Selama pandemi, Irwin melatih teknik thumbpicking dan hasilnya sebuah single The Mississippi Preacher Blues (2021) sebuah tribute untuk Mississippi John Hurt, dan EP Troubadour (2021).

Dalam bermain thumbpicking, Irwin mengaku dirinya memang terinspirasi dari musisi blues asal Amerika, Mississippi John Hurt yang memiliki gaya memetik gitar dengan tiga jarinya dan menyanyi kasual.

"Tak ada teriak-teriak meratap. John Hurt seperti membungkus ratapan khas musik blues menjadi sesuatu yang menenangkan. Jadi membuat saya pede untuk bernyanyi dengan nada rendah, secara vokal saya cempreng kalo nyanyi nada tinggi. Hehe,” kata Irwin.

Dari tiga lagu yang ada di EP Troubadour memang tak terdengar nada-nada tinggi, lagu-lagu yang dihasilkan oleh Irwin didominasi dengan suara petikan gitar dan nada-nada lempang dari suaranya.

Dengan rekaman yang serba minimalis, EP Troubadour terdiri dari track "Lari!, "Teh Panas Manis", dan "Cerita Kakak". Semua lagunya jauh dari kesan musik blues yang berat dan sulit dicerna. Irwin seperti membuat formula blues untuk semua orang atau mungkin juga "blues for dummies".

EP ini juga tidak salah dinamakan Troubadour. Troubadour adalah istilah yang digunakan pada abad pertengahan untuk seorang penghibur atau penyanyi yang menggubah atau menyanyikan puisi-puisi.

"Troubadour itu kan sebenarnya orang yang menggubah puisi menjadi lagu, semacam musikalisasi puisi. Nah pikir saya kok masuk-masuk aja ya sama yang saya bawa di album ini. Istilahnya ngamen elit kali ya hahaha," kata Irwin.

Lirik-lirik yang dihasilkan oleh Irwin memang seperti puisi, berima, dan diksinya juga selaras. Coba saja dengarkan "Lari!" dan "Teh Panas Manis", sementara "Cerita Kakak" lebih terdengar seperti balada.

Dari tiga lagu yang ada di EP itu, "Teh Panas Manis" memang paling gampang melekat di pikiran, entah itu karena nadanya gampang didengar atau karena faktor kedekatan kebiasaan orang Indonesia yang dalam kondisi apapun memang membutuhkan teh panas manis. Dalam satu kali putaran saja lirik "Ooo teh panas manis" sudah berhasil menggaung-gaung di pikiran.

Karena fondasi bermain dengan gaya ini adalah teknik, maka tak sah jika membicarakan EP ini dalam aspek kreasi saja tanpa membicarakan tekniknya. Irwin mengaku dia terpengaruh gaya bermain master thumbpicking dari Tennessee, Mississippi, hingga Kentucky, seperti Chet Atkins, Mississippi John Hurt, dan Merle Travis.

Secara corak permainan, Mississippi John Hurt sepertinya menjadi inspirasi utama Irwin. Tetapi untuk teknik permainan gitar, tampaknya Irwin lebih cenderung dengan gaya “The Country Gentleman” Chet Atkins. Hal itu terdengar dari suara gitar yang "mute", yang lazim ditemukan dalam permainan-permainan gitar Chet Atkins.

Upaya Irwin untuk menguasai teknik ini tidak main-main, dia mulai berlatih dengan perangkat sesederhana mungkin. Motonya “Start Small: Be More With Less”.

Irwin ingin dengan satu gitar saja bisa menghasilkan bunyi layaknya rhythm section yang lengkap dengan komponen bass (beat) dan melodi secara independen dan harmonis.

Perjalanan berlatih dan bermain thumbpicking juga telah didokumentasikannya dalam akun instagramnya @irwin_ardy.

Meski begitu, tampaknya Irwin masih perlu menyempurnakan teknik bermainnya. Permainan gitarnya belum terlalu apik, walaupun hal itu wajar karena dia baru saja melatih teknik thumbpicking pada dalam satu tahun terakhir.

Di Indonesia, gitaris yang memainkan teknik thumbpicking secara penuh mungkin tidak terlalu banyak. mayoritas masih memainkan musik blues yang berorientasi pada gitar elektrik atau gitar resophonic. Sementara yang memainkan akustik lebih banyak bermain dengan gaya folk atau balada.

Upaya Irwin mengubah gaya bermainnya memang salah satu hal yang patut diapresiasi, karena tak jarang musisi yang sudah dalam zona nyaman, ragu-ragu untuk mengubah identitasnya.

Baca juga: Arya Novanda sajikan soul-funk di single "Love Song"

Baca juga: Adrian Adioetomo rilis album ketiga "Violent Love, Gentle Kill"

Baca juga: Adrian Adioetomo bicara cemburu di "Burning Blood, Cold Cold Ground"


Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021