Yogyakarta (ANTARA News) - Ahli vulkanologi dari Universitas Kyoto Jepang Masato Iguchi mengatakan letusan Gunung Merapi yang beruntun sulit diprediksi sehingga langkah yang perlu dilakukan saat ini memperkirakan magma yang masih terkandung dalam perut bumi.

"Persoalan seperti ini sering ditemui di berbagai letusan gunung berapi lain, bukan hanya di Gunung Merapi," kata Iguchi di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, di Yogyakarta, Rabu.

Meski demikian, ia memuji langkah yang diambil Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral karena mampu melakukan prediksi yang cukup tepat sebelum terjadinya letusan pada 26 Oktober 2010 karena sehari sebelumnya instansi tersebut memutuskan untuk menaikkan status Gunung Merapi dari "siaga" ke "awas".

"Merupakan langkah tepat jika Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status menjadi awas," katanya yang akan membantu memantau letusan gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Selain Iguchi, akan ada satu doktor ahli di bidang penyakit saluran pernapasan yang akan ikut membantu menangani penyakit saluran pernapasan akut (ISPA) warga yang menjadi korban Merapi. Mayoritas para pengungsi di tempat-tempat pengungsian kini terkena ISPA.

Sejumlah ahli vulkanologi dari dalam dan luar negeri seperti Jepang, AS, Prancis, dan Indonesia juga akan membantu pelaksanaan pemantauan Gunung Merapi karena gunung tersebut adalah laboratorium alam yang terbuka bagi siapa pun.

Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 dan 5 November 2010 meletuskan awan panas sehingga menyebabkan sebanyak 106 warga di lereng gunung teraktif di Indonesia itu meninggal dunia, sedangkan Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta hingga kini masih merawat korban luka bakar sebanyak 26 orang dan 57 korban nonluka bakar sehingga jumlah total korban luka yang masih menjalani perawatan di rumah sakit ini mencapai 83 orang.

Tim Forensik RS Sardjito dan tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda DIY telah berhasil melakukan identifikasi terhadap 49 korban yang meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi yang ditemukan di lokasi kejadian.

Sementara itu, di pos antemortem DVI Polda DIY sejak Jumat (5/11) telah menerima sebanyak 233 laporan orang hilang. Jumlah korban yang meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi kemungkinan masih akan terus bertambah karena TNI dan relawan masih terus melakukan proses evakuasi.
(E013/B015)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010