Jakarta (ANTARA News) - Maraknya program penarikan untuk perbaikan mobil atau yang lebih sering disebut recall membuat banyak pemegang merek mulai membuka tirai yang selama ini menutupi dapur produksi mereka.

Meskipun tidak sepenuhnya terbuka, pemegang merek terkemuka seperti Toyota, sejak Juli lalu mulai mengajak para jurnalis dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Eropa, untuk melongok dapur mereka, terutama yang terkait dengan kualitas dan keselamatan.

Pada awal November ini, kesempatan 10 wartawan dari Indonesia, termasuk ANTARA, mengunjungi markas besar Toyota Motor Corp (TMC) di Nagoya, Jepang, bersama dengan sejumlah wartawan dari berbagai negara di Asia seperti Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, dan Philipina.

"Kami ingin memberi kesempatan kepada wartawan untuk mengetahui aktivitas kami dalam mengejar kualitas," kata Senior Vice President Toyota Motor Asia Pacific Pte Ltd Vicente Socco pada saat makan malam sebagai ucapan selama datang kepada sekitar 30 wartawan dari berbagai negara di Asia Tenggara.

Perjalanan dari hotel tempat wartawan menginap di Nagoya Tokyu ke Toyota City memakan waktu sekitar 45 menit. Tidak ada yang istimewa selama perjalanan pagi itu.

Perjalanan menjadi "istimewa" karena 15 menit sebelum tiba di lokasi, pemandu wisata mengumumkan bahwa semua kamera, telepon genggam, bahkan laptop wartawan maupun pendamping, harus dikumpulkan. Peserta yang masuk ke markas besar tidak boleh membawa berbagai alat tersebut, kecuali alat tulis, dan barang berharga.

"Itu merupakan peraturan memasuki kawasan steril di markas besar Toyota," kata pemandu wisata yang mengumpulkan berbagai telepon genggam dan kamera setiap wartawan dalam satu kantong plastik yang sudah diberi nama masing-masing peserta.

Jadilah para wartawan mengandalkan mata dan telinga untuk merekam semua kejadian selama lebih dari dua jam tersebut.

Proses Pembuatan Mobil
Para jurnalis dan pendamping mereka dari perwakilan Toyota di masing-masing negara langsung diajak ke salah satu ruang di lantai tiga, gedung nan megah itu.

Di tempat itu para jurnalis beserta pendamping mendengarkan bagaimana proses produsen otomotif Jepang itu mengembangkan dan melakukan uji coba mobil yang mereka buat sebelum masuk ke pasar, baik untuk domestik Jepang, maupun untuk pasar internasional.

"Sekitar 80 persen penjualan Toyota berada di luar Jepang," ujar Grup Manager Public Affair Div TMC Akiko Machimoto, memulai penjelasan. Tahun lalu, total produksi Toyota di seluruh dunia mencapai 6.371.000 unit.

Oleh karena itulah, kata dia, pihaknya tidak asal membuat mobil. Namun selalu mendengarkan umpan balik dari konsumen dan memastikan jaminan kualitas pada produk yang dibuat.

Toyota, lanjut GM Divisi Kualitas TMC Shinji Miyamoto, memahami pada dasarnya konsumen menginginkan produk yang sangat bagus dengan tingkat masalah yang rendah dan berkinerja tinggi, serta aman dikendarai.

Oleh karena itu, pihaknya telah mendirikan komite khusus untuk kualitas global yang menyandarkan seluruh proses sistem jaminan mutu pada keinginan konsumen, mulai dari riset dan pengembangan (R&D), pembelian pasokan, produksi, manufaktur, sampai penjualan dan servis purnajual.

"Ada 250 staf kami yang menangani keluhan dari konsumen di seluruh dunia. Keamanan dan kepedulian konsumen menjadi perhatian utama kami," ujar Miyamoto.

Berbasis keluhan konsumen itulah, lanjut dia, Toyota melakukan analisis untuk membuat perbaikan dan peningkatan kualitas produk. Keluhan konsumen ditampung, kemudian dianalisis dan diinvestigasi, untuk kemudian menjadi masukan dalam divisi R&D dan produksi.

Untuk menganalisis kebutuhan dan permintaan konsumen di berbagai negara tersebut, lanjut GM Design Quality Innovation Div TMC Katsutoshi Sakata, Toyota memiliki beberapa pusat R&D di luar Jepang yaitu di Jerman (1993), Belgia dan Inggris (1987), Prancis (2000), Thailand (2003), Australia (2003), dan beberapa lokasi di Amerika Serikat seperti California (1973).

Pusat riset di berbagai negara tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Calty Design Research Toyota di Newport Beach California, misalnya, sama dengan Toyota Europe Design Development di Nice, Perancis, fokus pada desain interior dan eksterior, bahkan warna mobil.

Sedangkan Toyota Motor Europe R&D/Manufacturing yang berpusat di Brussel (Belgia) dan Derby (Inggris) sama dengan Toyota Motor Asia Pacific Engineering and Manufacturing Co Ltd di Bangkok (Thailand) dan Toyota Technical Center Asia Pacific Australia Pty Ltd yang fokus pada pengembangan kendaraan dan piranti lunak, serta pengumpulan informasi teknis.

"Kami memiliki sekitar 1.000 orang insinyur asing dari berbagai negara di dunia, di luar Jepang untuk proses R&D itu," kata Sakata.

Ia juga menguraikan ada enam gerbang yang harus dilalui dalam proses menjamin kualitas produksi Toyota, mulai dari desain yang harus melalui tiga gerbang pengecekan, kemudian evaluasi satu gerbang, dan satu gerbang produk percobaan, dan baru kemudian kendaraan itu diproduksi.

Uji Kehandalan Kendaraan
Proses produksi tidak berhenti sampai mobil jadi. Setelah mobil yang selesai dirakit tidak langsung dilempar ke pasar, namun mengalami berbagai uji terkait kehandalan dan keselamatan, sesuai dengan peraturan dan karakteristik konsumen dan pasar yang dituju.

Para jurnalis pun diajak ke berbagai fasilitas pengujian di sekitar markas besar TMC.

Fasilitas pertama yang dikunjungi adalah laboratorium uji kehandalan dengan menggunakan simulator berbagai kondisi jalan. Pada fasilitas uji itu para jurnalis menyaksikan mobil sedan Camry diguncang-guncang sangat kuat untuk menguji kehandalan antara lain soal suspensi dan kemungkinan adanya retak, saat melewati kondisi jalan yang rusak.

Tidak hanya soal jalan yang rusak, mobil itu juga harus siap menghadapi berbagai kondisi saat transportasi ke pasar yang dituju, mengingat transportasi tidak hanya dilakukan lewat darat (jalan, kereta api, dan trailer) tapi juga lewat laut.

"Mobil-mobil itu diuji selama 24 jam untuk mengetahui kehandalan dan kemungkinan ada retak akibat guncangan," ujar pemandu pada fasilitas laboratorium uji kehandalan itu.

Setelah 20 menit berada di lokasi uji kehandalan, para jurnalis di ajak ke fasilitas uji mobil melintasi banjir di lapangan terbuka. Menurut Gotou Shinji yang menjadi pemandu pada fasilitas tersebut, banyak negara yang menjadi tujuan pasar Toyota memiliki konsumen yang dalam kegiatan sehari-hari mereka menggunakan mobil dengan kondisi jalan penuh genangan air.

"Konsumen di Australia misalnya sering melintasi sungai. Begitu pula dengan Iran yang konsumennya sering menggunakan mobil di sekeliling sungai," katanya.

Para jurnalis pun diajak menjajal mobil Camry hitam melintasi jalan dengan genangan air, mulai dari ketinggian kurang dari 30 sentimeter sampai dengan setengah ban. Sedan hitam itu dipacu dengan kecepatan sekitar 40-50 km per jam.

Sayangnya, pada fasilitas uji tersebut, para jurnalis tidak diperkenankan mengemudi mobil tersebut dan hanya menjadi penumpang untuk mengetahui kedapnya kabin dari genangan air di sekitar dan mobil yang melaju tanpa hambatan.

Selain memiliki fasilitas uji jalanan berair, TMC juga memiliki fasilitas uji kendaraan untuk jalanan bersalju di Hokaido. Namun para jurnalis tidak berkesempatan ke lokasi tersebut, karena letaknya sangat berjauhan.

Setelah kurang lebih setengah jam menikmati udara dingin di tengah sengatan matahari Nagoya, para jurnalis diajak kembali ke fasilitas uji gelombang elektronik di dalam ruangan tertutup, yang jaraknya kurang dari 10 menit dari fasilitas uji melintasi banjir.

Uji "electro-magnetic compatibility" (EMC) ditujukan untuk dua alasan yaitu menjaga keamanan kinerja mobil di bawah pengaruh gelombang elektromagnetik yang kuat seperti dekat menara pemancar, transmiter, dan telepon selular. Uji itu juga bertujuan untuk meyakinkan bahwa mobil tersebut tidak menyebabkan gangguan elektro-magnetik terhadap lingkungan sekitar.

Yang paling menarik adalah uji tabrakan untuk mengetahui kekuatan dan dampak tabrakan terhadap mobil serta pengemudi dan penumpang. Untuk mengetahui fasilitas uji tersebut, para jurnalis harus melalui perjalanan selama tiga jam dari Toyota City di Nagoya ke pusat teknik (R&D) Toyota di Higashi-Fuji yang terletak di lembah Gunung Fuji.

Pada fasilitas pengujian terbaru yang dimiliki Toyota itu, para jurnalis menyaksikan mobil "hatchack" (sedan buntung) Yaris tabrakan berhadap-hadapan dengan sedan Majesta, yang kecepatan masing-masing mobil sekitar 50 kilometer per jam. Mobil dikendalikan dari jauh, yang "dikemudikan" oleh dummy manusia yang disebut THUMS (total human model for safety).

"Kami ingin mengetahui dampak tabrakan tersebut terhadap mobil dan pengemudi maupun penumpang untuk melakukan perbaikan, tidak hanya pada struktur mobil, tapi juga pelengkapan keamanan untuk pengemudi dan penumpang," ujar Project GM R&D Management Div TMC, Seigo Kuzumaki.

TMC nampaknya ingin meyakinkan konsumen bahwa produk yang dibuatnya sudah melalui berbagai uji untuk menjamin kualitas dan keamanan tidak hanya bagi pengemudi dan penumpang, tapi juga lingkungan sekitar.

"Fokus kami adalah kualitas," ujar Managing Officer TMC Moritaka Yoshida menegaskan. Setelah itu, kata dia, ke depan kami akan semakin fokus memproduksi kendaraan yang ramah lingkungan dalam upaya menekan emisi gas buang dan pemanasan global.
(R016/B010)

Oleh Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010