Jakarta (ANTARA) - Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia selain untuk mengatasi pandemi yang masih merajalela, juga perlu dijadikan sebagai momentum guna mengatasi ketimpangan di Nusantara.

"Ketimpangan itu masih nyata terlihat di tengah suasana kemerdekaan yang sudah memasuki usia yang ke-76," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, saat ini kondisi perekonomian Indonesia masih terlihat rentan yang antara lain masih banyak tergantung kepada sejumlah faktor seperti utang dan investasi asing.

Selain itu, Abdul Halim berpendapat bahwa akibat konversi lahan pangan secara masif, harga pangan dalam negeri justru sulit dikejar oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Terkait sektor pangan, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Setiawan menekankan pentingnya untuk mengatasi ketimpangan produktivitas pangan antarwilayah dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan Nusantara.

"Perkembangan produktivitas tanaman penting, seperti padi dan jagung, yang cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir dapat diatasi dengan memacu peningkatan produktivitas di luar Pulau Jawa," kata Indra Setiawan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produktivitas padi yang dihasilkan di Pulau Jawa lebih tinggi 23 persen dari produktivitas padi di luar Jawa. Selain itu, rata-rata produktivitas petani padi di luar Jawa hanya mencapai 45,78 kuintal GKG per hektar, lebih rendah dari produktivitas petani padi di Pulau Jawa yang sebesar 56,42 kuintal GKG per hektar.

Akibatnya, masih menurut dia, walaupun luas panen padi di luar Jawa berkontribusi pada sekitar 50 persen dari total luas panen padi nasional yang mencapai 10,68 juta hektar di 2019, kontribusi petani luar Jawa terhadap produksi padi nasional hanya sebesar 44 persen. "Potensi peningkatan produktivitas dari luar Jawa dapat dipacu lewat penggunaan pupuk dan benih unggul, mekanisasi pertanian, dan juga peningkatan akses dan perbaikan jaringan irigasi," terang Indra Setiawan.

Sebagaimana diwartakan, perubahan iklim dan ketimpangan masih akan jadi tantangan yang dihadapi oleh Indonesia pada 2045, kata Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (10/8).

Menyinggung soal isu ketimpangan, Airlangga Hartarto berpendapat salah satu penyebabnya karena masih ada kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi.

"Potensi ketimpangan kesehatan dan pendidikan yang disebabkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang cepat, ikut berperan menambah ketimpangan antarkelompok masyarakat," kata Airlangga yang juga menjabat sebagai Menko Perekonomian.

Setidaknya ada tiga langkah utama yang diusulkan oleh Airlangga untuk menghadapi ragam masalah dan tantangan pada tahun 2045, yaitu pembangunan manusia dan penguasaan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, terakhir penguatan ketahanan sosial dan nilai-nilai kebangsaan.

Baca juga: HUT Ke-76 RI, ketimpangan pelayanan kesehatan masih jadi persoalan
Baca juga: Airlangga: Perubahan iklim dan ketimpangan masih jadi tantangan 2045
Baca juga: Peneliti ingatkan atasi ketimpangan produktivitas pangan antarwilayah

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021