Jakarta (ANTARA News) - Laporan gabungan yang dibuat oleh Bank Dunia dan PBB menyatakan bahwa kerugian global tahunan akibat bencana alam diperkirakan dapat mencapai 185 miliar dolar AS pada akhir abad ke-21 ini.

Siaran pers dari Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, jumlah kerugian 185 miliar dolar AS itu tanpa memperhitungkan dampak dari perubahan iklim.

Laporan bertajuk "Natural Hazards, Unnatural Disasters: The Economics of Effective Prevention" itu juga mengemukakan bahwa jumlah orang yang terpengaruh akibat badai dan gempa bumi di berbagai kota besar di seluruh dunia dapat mencapai sekitar 1,5 miliar orang pada 2050.

Laporan yang berjumlah 250 halaman itu juga menekankan bahwa tindakan prevensi sangat bermanfaat tetapi berbagai negara sebenarnya tidak selalu membutuhkan lebih banyak pengeluaran.

Dengan pendekatan yang sederhana dan berdasarkan "common-sense" (akal sehat), pemerintah sebenarnya dapat membuat informasi mengenai kerusakan dan risiko bencana yang tersedia dan mudah diakses.

Contoh lainnya adalah menyediakan hak pemilikan lahan untuk mengurangi kemungkinan penggusuran atau penghancuran, dan mendorong individu untuk berinvestasi dalam properti dengan struktur yang lebih aman.

Selain itu, pemerintah juga bisa meningkatkan upaya prevensi dengan mereorientasi pembelanjaan anggaran publik yang memprioritaskan kepada pemeliharaan dan perawatan infrastruktur sehari-hari seperti menjaga kondisi jembatan baja dan juga menjaga agar saluran air tetap terpelihara dan bersih dari sampah.

Mengambil langkah-langkah tersebut tidak sepenuhnya membuat pemerintah harus mengeluarkan biaya anggaran lebih banyak, tetapi dengan membelanjakan secara lebih baik.

Laporan ini menunjukkan bukti yang dibutuhkan dan kasus yang meyakinkan bagi negara klien kami untuk mengurangi tingkat kerentanan mereka terhadap bencana alam dengan mengembangkan cara yang berkelanjutan dan lebih efektif dalam hal biaya, kata Presiden Grup Bank Dunia, Robert B Zoellick.

Laporan tersebut juga menekankan bahwa kalangan marjinal, bukan kalangan mampu, yang akan menghadapi pukulan terberat akibat bencana alam, yang diperparah dengan berbagai kebijakan yang kerap terdistorsi.

Terdapat setidaknya 3,3 juta orang meninggal dunia akibat bencana alam yang terjadi selama jangka waktu 40 tahun hingga 2010. Dari jumlah tersebut, terdapat 1 juta orang yang meninggal dunia di Afrika karena masa kekeringan atau kemarau panjang.

Utusan Khusus Sekretariat Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, Margareta Wahlstrom, mengutarakan harapannya agar laporan itu dapat membantu berbagai pemerintahan di dunia untuk memahami nilai tambah dari kebijakan pengurangan risiko bencana sehingga mereka dapat berinvestasi lebih banyak dalam hal pencegahan dan perlindungan lebih banyak warga.

Laporan gabungan PBB-Bank Dunia itu juga mengemukakan bahwa jumlah kerusakan properti antara 1970 hingga 2008 akibat bencana alam mencapai 2.300 miliar AS, dengan penyebab utama adalah gempa bumi dan kekeringan.(*)

(Tz.M040/Z003/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010