Jakarta (ANTARA) - Staf Direktorat Sekolah Dasar  pada Kemendikbudristek, Muhammad Aris Syaifuddin mengatakan sikap cinta kepada lingkungan anak-anak dapat ditumbuhkan melalui sekolah hijau atau green school yang menginternalkan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas di sekolah.

“Sekolah hijau adalah sekolah yang memiliki komitmen dan sejarah sistematis, mengembangkan program-program untuk menginternalkan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah," kata Aris dalam webinar “Ayo Ciptakan Sekolah Hijau” secara daring di Jakarta, Rabu.

Dikatakan, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologi sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah, untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan.

Baca juga: BKSDA Jakarta: Keluarga berperan berikan kesadaran pentingnya mangrove

Aris mengatakan, sekolah hijau tidak hanya berbicara soal tampilan fisik sekolah yang hijau atau rindang, tetapi mewujudkan sekolah yang memiliki program dan aktivitas pendidikan mengarah pada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup sosial dalam arti luas.

Ia menjelaskan melalui sekolah hijau, siswa-siswa sekolah dasar dapat menumbuhkan kecintaan terhadap penghijauan yang ada di lingkungan melalui pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan di sekolah.

“Marilah kita memberikan coretan dan pembiasaan kecintaan terhadap sekolah hijau terhadap penghijauan. Hidup masih panjang tetapi dunia sudah tua. Mari jaga bersama agar dunia tetap tumbuh hijau,” kata Aris.

Baca juga: Praktisi: Muatan lokal bisa kuatkan karakter cinta lingkungan

Ia menjelaskan perlu menanamkan sikap cinta lingkungan pada anak sejak kini.

Koordinator Kemitraan Kota Hijau Indonesia Nirwono Joha mengatakan perlu bagi seluruh lapisan untuk mengetahui tiga isu yang menjadi landasan pentingnya membangun sebuah kota yang hijau yang dapat menciptakan sekolah hijau.

“Pertama adalah tentu sustainable city atau kota berkelanjutan. Pemerintah Indonesia sudah mengikuti peraturan dari PBB, dari dunia dengan adanya Sustainable Development Goals (SGDs) atau kita bilang tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Nirwono.

Baca juga: Kemendikbud: Kecintaan pada lingkungan perlu kerja sama semua pihak

Nirwono menjelaskan, isu pertama memiliki 17 tujuan dan salah satunya adalah menciptakan atau membangun sebuah kota yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan di mana termasuk konsep dasar kota hijau yang nanti diturunkan menjadi sekolah hijau.

Isu kedua membahas dasar liveable city yang menjelaskan soal sebuah kota harus layak huni agar masyarakat serta siswa-siswa yang ada di kota tersebut dapat dengan tinggal layak, serta bagaimana pentingnya sebuah standart-standart yang ditetapkan agar kota tersebut bisa dikatakan layak huni.

“Kemudian yang ketiga sekarang tengah dikatakan di tengah pandemi COVID-19 ini perlu sebuah kota yang sehat (healty city). Mau tidak mau, kota yang kita bangun harus menjadi kota yang sehat. Bahkan WHO pun sudah membuat catatan bagaimana kita merancang sebuah kota tadi menjadi kota yang sehat,” kata dia.

Nirwono mengatakan dari ketiga isu ini, nantinya akan memiliki 10 indikator sebuah kota dapat menjadi kota yang hijau. Kemudian, indikator-indikator tersebut dapat diterapkan di sekolah dasar atau perguruan tinggi untuk membangun lingkungan pendidikan yang hijau.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021