Semangat gotong royong harus terus ditumbuhkan, apalagi saat ini masih dalam suasana susah secara ekonomi, mengingat pandemi COVID-19 belum juga berakhir
Cirebon, Jabar (ANTARA) - Pandemi COVID-19 banyak mengajarkan masyarakat untuk berubah, baik secara sosial, ekonomi, teknologi maupun sisi lainnya. Secara sosial perubahan itu sangat terasa, di mana pada awal Pandemi COVID-19 terjadi rasa saling curiga antar masyarakat.

Bahkan ketika ada warga yang mempunyai riwayat sakit seperti gejala COVID-19, langsung diasingkan dan dikucilkan dari lingkungan.

Pengucilan itu terjadi karena masyarakat takut akan terinfeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 yang awal mula terjadi di Wuhan, Cina dan konon mematikan.

Kondisi itu terjadi hampir di semua negeri, bahkan pada awal pandemi pemberitaan terkait pengusiran warga terpapar terjadi di mana-mana, penolakan jenazah pasien COVID-19 pun bermunculan.

Semua itu dilakukan warga untuk melindungi diri, sanak saudara dan lingkungan dari penyebaran COVID-19 yang sangat cepat penularannya.

Kejadian itu karena minimnya literasi, sebab semua masih awam terkait penanganan dan pencegahan pandemi COVID-19. Sehingga dampak yang ditimbulkan sangat luas.

Akan tetapi setelah banyak literasi terkait penanganan dan pencegahan penularan COVID-19, masyarakat mulai melunak, yang dahulu semangat gotong royong dan saling bantu hampir punah, kini mulai tumbuh.

Bahkan ketika ada saudara, tetangga, rekan kerja dan lainnya terpapar COVID-19, maka tanpa ada prasangka curiga serta ketakutan, masyarakat langsung bahu membahu berupaya meringankan beban mereka.

Yang dahulu diasingkan, kini dirangkul dan diberikan semangat, agar bisa melalui ujian serta segara disembuhkan.

"Selama saya dan istri isolasi mandiri, banyak bantuan yang datang, baik berupa moril maupun kebutuhan sehari-hari," kata warga Cirebon Muhamad Syahri Romdhon di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (21/8).

Aray sapaan akrabnya, terpapar positif COVID-19 ketika kasus di Kabupaten Cirebon sedang mengalami peningkatan tajam, bahkan di beberapa rumah sakit sudah tidak bisa menampung pasien.

Pengalaman selama menjalani isolasi mandiri sangat menyentuh hatinya, karena banyak dukungan dari kerabat, tetangga, rekan kerja, serta pemerintah setempat.

Bahkan ada tetangga yang rela meminjamkan rumahnya untuk dijadikan tempat tinggal sementara oleh ibunya yang dinyatakan negatif.

Dalam satu rumah, Aray tinggal bersama istri, anak dan orang tuanya, dari empat penghuni, dua dinyatakan positif dan dua negatif. "Gotong royong sangat terasa sekali," katanya.

Saling bantu

Penyebaran COVID-19 pada bulan Juni sampai Juli 2021 begitu masif, bahkan tertinggi selama pandemi pertama kali di umumkan di Indonesia.

Pada pertengahan bulan Juli 2021 kasus terkonfirmasi positif COVID-19 harian di Indonesia hampir mencapai 60 ribu jiwa. Kondisi tersebut merata, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota juga terjadi peningkatan.

Dengan meningkatnya kasus tersebut banyak warga yang terpapar, begitu juga di kalangan jurnalis Cirebon, satu per satu dari mereka tumbang terpapar COVID-19.

Mereka yang biasa terjun ke lapangan untuk menggali informasi terkait pandemi, dan lainnya terpaksa mengisolasi mandiri di rumah masing-masing.

Dengan adanya rekan kerja yang terus bertumbangan terpapar COVID-19 itu, maka secara spontan beberapa jurnalis mengumpulkan bantuan secara sukarela, untuk membantu yang sedang menjalani isolasi mandiri.

"Kita pasti memberi semangat kepada sesama jurnalis, terutama bagi yang sedang menjalani isolasi mandiri. Dan dengan semangat gotong royong kita kumpulkan bantuan seadanya, baik berupa makanan, vitamin, buah-buahan, masker dan lainnya," kata jurnalis Metrotv Cirebon Faizal Nurathman.

Bantuan yang diberikan kepada sesama rekan kerja di lapangan bukan hanya berupa materiil saja, akan tetapi mereka juga berupaya mencarikan rumah sakit yang masih bisa menampung.

Semangat gotong royong juga sangat terlihat baik di dunia nyata maupun dunia maya, bahkan ketika semua orang kesulitan mencari oksigen, bahu membahu mereka mencarikan informasi tempat isi ulang dan ada juga tanpa pamrih mengisikan dan mengantar sampai tujuan.

Semua bermaksud sama yaitu membantu sesama dalam keadaan susah karena pandemi yang melanda tidak kunjung reda.

Bantuan bukan hanya untuk mereka yang terpapar COVID-19, namun adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga berdampak bagi warga yang berpenghasilan harian.

Di mana pada kebijakan PPKM itu semua tempat usaha yang non esensial dan kritikal diberi pembatasan jam operasional, bahkan harus ada yang di tutup demi meminimalkan kerumunan.

Kondisi itu membuat penghasilan turun drastis, bahkan ada yang kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-hari dampak dari penerapan PPKM.

Bantuan sembako

Selama pandemi COVID-19 pemerintah pusat dan daerah terus berupaya membantu masyarakat yang terdampak, dengan memberikan bantuan berupa paket sembako.

Pada masa PPKM ini, pemerintah kembali menggelontorkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) nya untuk membantu masyarakat.

Bantuan yang diberikan sangat beragam, mulai dari paket sembako, uang tunai, bantuan modal bagi UMKM, dan masih banyak lagi lainnya.

Bukan hanya kalangan pemerintah, bantuan juga terus mengalir dari berbagai instansi, komunitas, swasta, perorangan bagi mereka yang terdampak penerapan kebijakan PPKM dan pandemi.
Bupati Cirebon Imron (kiri) saat menyerahkan bantuan beras dari Kemensos di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021). ANTARA/HO-Pemkab Cirebon/aa.

Bupati Cirebon Imron mengaku sudah mengeluarkan APBD nya untuk membantu masyarakat. Selain itu, ia juga mengajak semua kalangan untuk bisa saling membantu.

"Sembako sudah kita salurkan, bantuan beras juga ada. UMKM juga kita bantu. Untuk itu mari saling membantu sesama," katanya.

Semangat gotong royong harus terus ditumbuhkan, apalagi saat ini masih dalam suasana susah secara ekonomi, mengingat pandemi COVID-19 belum juga berakhir.

Untuk itu budaya gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, perlu dipupuk kembali, karena dengan bersama sesulit apa pun dapat dilalui dengan lebih ringan dibanding hanya dipikul seorang diri.

Baca juga: Kasus aktif COVID-19 Kabupaten Cirebon capai 2.848

Baca juga: Kasus kematian akibat COVID-19 di Kota Cirebon meningkat

Baca juga: Dinkes Cirebon: Rumah sakit kekurangan SDM untuk penanganan COVID-19


Baca juga: Positif tinggi, nakes di Cirebon divaksin dosis ketiga dengan Moderna

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021