Pebulutangkis putra Indonesia Ukun Rukaendi berusaha mengembalikan kok ke arah pebulutangkis India Manoj Sarkar pada semifinal tunggal perorangan putra Asian Para Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (12/10/2018). Ukun Rukandi lolos ke babak final usai mengalahkan Sarkar 21-18 dan 22-20. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/pras.

Teladan dan inspirasi

12 tahun kemudian dalam Olimpiade Roma 1960, Stoke Mandeville Games menjadi Paralimpiade yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Paralympic Games. Pesertanya, 400 atlet dari 23 negara.

Sejak dari Roma itulah, setiap empat tahun sekali, setiap setelah Olimpiade selesai, digelar Paralimpiade. Sedangkan Paralimpiade Musim Dingin baru diadakan pada 1976.

Namun baru setelah Olimpiade Seoul 1988 dan Olimpiade Musim Dingin di Albertville, Prancis, pada 1992, Olimpiade dan Paralimpiade diadakan di kota atau tempat yang sama.

Seiring waktu, semakin banyak cabang olahraga yang diikutkan dan dengan itu pula kian banyak organisasi cabang olahraga difabel yang terlibat. Maka, muncul aspirasi menaungi semua itu.

Akhirnya pada 22 September 1989, Komite Paralimpiade Internasional (IPC) didirikan sebagai organisasi nirlaba internasional yang berpusat di Dusseldorf, Jerman, dengan fungsi sebagai badan pengelola global Gerakan Paralimpiade.

Baca juga: Tanpa penonton, Paralimpiade Tokyo diyakini gaet miliaran pemirsa

Kata 'paralimpiade' sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni "para" yang artinya di samping atau selain dari, dan "Olympic" atau Olimpiade.

Artinya, Paralimpiade adalah event olahraga yang diadakan beriringan dengan Olimpiade. Pesannya, kedua gerakan olahraga ini hidup berdampingan.

Dan kali ini, sama dengan Olimpiade Tokyo 2020 lalu, seperti disebut Parsons, Paralimpiade Tokyo 2020 berpotensi menjadi game-changer. Dan ini bukan melulu soal kesetaraan, namun juga bagaimana umat manusia meneladani dan menarik inspirasi dari kaum difabel, khususnya dari kegigihan dalam melawan keterbatasan yang pantas memunculkan rasa hormat dari yang lain.

Anda menepak shuttlecock dengan tubuh tak kekurangan apa pun, mungkin hanya soal teknis, tubuh yang lelah dan kondisi psikologis yang membuat Anda tak bisa tampil meyakinkan.

Tetapi akan lebih berat lagi jika kendala yang dihadapi itu tidak hanya itu. Bagaimana jika kendala itu masih ditambah dengan gangguan perkembangan kaki kanan yang tak bisa tumbuh sempurna dan tetap mengecil sejak usia dua tahun seperti dialami atlet parabadminton Ukun Rukendi.

Ukun adalah salah satu dari tujuh atlet parabadminton Indonesia yang bakal bertanding pada Paralimpiade Tokyo 2020. Ukun juga harus bertarung melawan usia yang saat ini sudah menginjak 51 tahun.

Baca juga: Raihan perak Ukun disambut gemuruh penonton

Selanjutnya manusia tangguh

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021