Atlet kursi roda Indonesia Jaenal Aripin seusai menyelesaikan nomor 200 meter putra Asean Para Games IX Kuala Lumpur di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (20/9/2017). ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman/foc/aa.

Manusia-manusia tangguh

Tetapi apa pun yang dihasilkan Ukun di Tokyo nanti, satu hal yang pasti, dia mengajarkan manusia, tak hanya sesama atlet, untuk tidak menyerah melawan keadaan tersulit sekalipun.

Tak kenal kata menyerah juga menjadi prinsip hidup Jaenal Aripin. 18 tahun silam, kini dia berusia 33 tahun, Jaenal kehilangan kedua kakinya setelah kecelakaan yang menimpa motor yang dikendarainya dengan sebuah truk batu bara 25 ton di Bandung.

Jaenal pantang meratapi nasib, sebaliknya bagi dia hidup harus berlanjut, the show must go on.

Baca juga: Jaenal dan Hanik bawa bendera Indonesia di defile Paralimpiade Tokyo

Bersama kursi rodanya, dia kemudian berkenalan dengan atletik hingga menjadi salah satu atlet andalan Indonesia dari nomor sprint kursi roda, bahkan pada World Para Athletics Grand Prix Tunisia 2019, dia menyabet medali emas.

Kisah tangguhnya manusia menghadapi rangkaian kendala hidup juga pengisi babak kehidupan powerlifter andalan Indonesia, Ni Nengah Widiasih yang biasa disapa Widi.

Widi sejak kecil harus hidup dalam kursi roda karena kedua kakinya lumpuh.

Sudah 28 tahun usianya dan sepanjang tahun itu dia bertarung melawan keterbatasan tapi justru telah menguakkan kualitas hidup dan semangatnya yang layak diteladani siapa pun.

 
Ni Nengah Widiasih adalah wakil Indonesia satu-satunya cabang olahraga para powerlifting Indonesia di Paralimpiade Tokyo. (ANTARA/HO-NPC Indonesia)

Baca juga: Ni Nengah Widiasih jadi sorotan dan favorit di Paralimpiade Tokyo

Tokyo 2020 adalah Paralimpiade ketiganya setelah London 2012 dan Rio 2016. Di Rio, Widi menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang meraih medali, tepatnya dari nomor 41kg putri setelah membuat angkatan 95kg untuk menyabet medali perunggu.

Medali-medali lainnya sudah dia kumpulkan dari banyak kejuaraan, termasuk European Championship 2018 di Prancis dan Piala Dunia Powerlifting 2019 di Hungaria.

"Saya berharap bisa menampilkan yang terbaik meskipun harus berlomba di tengah pandemi COVID-19," kata Widi dalam laman paralympic.org mengenai tekadnya selama Paralimpiade Tokyo 2020.

Tak ada yang meragukan tekad Widi, juga atlet-atlet difabel Indonesia lainnya, termasuk Ukun dan Jaenal. Lagi pula, sebelum ini pun mereka sudah menunjukkan tekad membaja melawan keterbatasan yang malah memperlihatkan kualitas diri mereka sebagai manusia-manusia tangguh yang mutlak mendatangkan rasa hormat dari yang lain.

Dan cara mereka bertanding atau berlomba dalam Paralimpiade Tokyo 2020 nanti bakal menjadi inspirasi bagi rekan-rekan sebangsanya yang kebanyakan tengah dihimpit kesulitan hidup akibat pandemi yang tidak selesai-selesai.

Tak hanya mereka, atlet-atlet difabel seluruh dunia yang datang ke Tokyo itu pun bakal menjadi teladan dan inspirasi untuk negaranya masing-masing yang seperti Indonesia tengah disusahkan oleh pandemi COVID-19.

Baca juga: Indonesia kirim atlet terbanyak sepanjang sejarah di Paralimpiade
Baca juga: Target lima medali di Paralimpiade Tokyo penuh perhitungan

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021