Mereka ini ada yang sudah menjadi anggota TNI dan Polri, ada yang masih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, termasuk ada yang melanjutkan pendidikan bahasa Arab di Sudan, dan ada juga yang menjadi imam di Masjid Raya Alfatah Ambon
Ambon (ANTARA) - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Suffah Hizbullah Leihitu, Provinsi Maluku ustadz Komaruddin Umbara mengatakan pesantren merupakan pusat pendidikan anak bangsa, dan selama sudah banyak alumni pesantren itu, yakni  anak daerah yang kini sudah mengabdi sebagai guru, anggota TNI maupun Polri.

"Ponpes ini berdiri sejak tahun 1999 dan masih banyak yang perlu dibenahi sehingga diharapkan kepada Pemkot Ambon dan Pemkab Maluku Tengah bisa melihat kesejahteraan kami," kata Komaruddin Umbara di Ambon, Sabtu.

Ponpes Zuffah Hizbullah di Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah ini didirikan 1999  oleh Arsyad Rehawarin dan Syarifudin bin Arsyad, yang memimpin sampai tahun 2006 dan setelah meninggal dunia kemudian digantikan oleh Komarudin Umbara.

Pendidikan yang diterapkan mulai dari tingkat TK, SD, madrasah tsanawiyah (Mts) hingga madrasah aliyah (MA) atau setingkat SMA, dan juga ada program penghafal Al Quran, Untuk tenaga pengajar secara internal delapan orang ditambah dari sekitar Leihitum maka totalnya 20 orang.

"Ada 250 orang dari MA dan MTs, kemudian santri yang tinggal di asrama 100 orang berasal dari latar belakang berbeda, seperti anak yatim dan piatu hingga yang memiliki orang tua dengan kemampuan ekonomi," katanya.

Selain itu, kata dia, ada juga anak-anak santri yang orang tuanya TNI, Polri hingga pejabat, karena pesantren ini terbuka untuk semua kalangan, bahkan terbanyak siswa dari Pulau Seram dan Pulau Buru, serta Kota Tual.

"Mereka ini ada yang sudah menjadi anggota TNI dan Polri, ada yang masih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, termasuk ada yang melanjutkan pendidikan bahasa Arab di Sudan, dan ada juga yang sekarang ini menjadi imam di Masjid Raya Alfatah Ambon," katanya.

Para santri, tambahnya, juga ada yang melanjutkan kuliah mengikuti program beasiswa Bidik Misi dan beasiswa santri berprestasi, seperti khusus bidang keperawatan, kesehatan masyarakat, farmasi, dan tekhnik sipil.

Jadi, kata dia, kalau yang jurusan agama memang sudah banyak, tetapi alumninya bisa melanjutkan ke program studi lainnya, termasuk teknik perkapalan di Politeknik Ambon, atau ada yang kembali menjadi guru di pesantren itu.

"Asrama ponpes ini dibangun sejak tahun 2014 dan daya tampungnya 200 orang serta mendapat bantuan dari Kementerian Agama RI," demikian Komaruddin Umbara.


Baca juga: Di tengah pandemi, ACT Maluku santuni 100 anak yatim-piatu di ponpes

Baca juga: Lembaga internasional Jerman bantu pesantren di Ambon

Baca juga: Enam Saksi Diperiksa Terkait Pembakaran Ponpes Alkhaerat

Baca juga: Warga muslim Desa Wakal Maluku Tengah peringati malam tujuh likur

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021