Menunggu hasil tes saliva setiap hari itu mendebarkan dan bisa mempengaruhi kondisi psikologis. Jadi keberadaan psikolog ini sangat penting
Jakarta (ANTARA) - Kondisi psikologis atlet menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh National Paralympic Committee (NPC) Indonesia selama Paralimpiade Tokyo 2020 pada 24 Agustus-5 September.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Ferry J Kono berdasarkan pengalamannya mendampingi atlet Indonesia berlaga di Olimpiade Tokyo, 24 Juli-8 Agustus lalu.

Menurut Ferry, tingkat kejenuhan atlet cenderung tinggi mengingat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo berlangsung di era pandemi dengan menerapkan sistem bubble.

Baca juga: Cara menyaksikan siaran langsung atlet Indonesia di Paralimpiade Tokyo

“Berdasarkan pengalaman, sistem bubble di extraordiary Olimpiade berpotensi membuat tingkat kejenuhan tinggi, mulai dari atlet hingga tim CdM,” kata Ferry dalam rilis pers KOI, Minggu.

“Menunggu hasil tes saliva setiap hari itu mendebarkan dan bisa mempengaruhi kondisi psikologis. Jadi keberadaan psikolog ini sangat penting,” kata dia menambahkan.

Selain keberadaan psikolog, peran KBRI Tokyo juga amat penting selama Paralimpiade nanti di tengah keterbatasan akses tim di Tokyo.

“Selain itu, peran KBRI sangat strategis memberikan dukungan karena terbatasnya ruang lingkup kami untuk menyiapkan kebutuhan makanan dan hal-hal yang membuat nyaman atlet. Itu perlu bantuan dari KBRI. Saya pun percaya bahwa KBRI Tokyo akan membantu kelancaran atlet-atlet Indonesia yang berjuang di Paralimpiade seperti saat Olimpiade,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto mengatakan bahwa pengalaman KOI mendampingi atlet di Olimpiade akan sangat membantu kontingen Indonesia pada Paralimpiade nanti.

Baca juga: Atlet Indonesia mulai jalani latihan tiap hari jelang Paralimpiade

“Kami diberi tips berdasarkan pengalaman KOI saat menghadapi Olimpiade. Itu sangat berguna bagi kami. Selain itu, KOI juga menjembatani kami dengan KBRI yang sangat membantu perihal transportasi, makanan, obat-obatan dan lain-lain,” kata Rima yang sudah berada di Tokyo sejak 17 Agustus lalu.

Perihal psikolog, Rima mengakui bahwa itu menjadi poin yang perlu diperhatikan NPC Indonesia. NPC telah menyediakan psikolog yang dapat terhubung 24 jam secara daring saat atlet atau pelatih memerlukan bantuan.

“Tips Pak Ferry kami lakukan, mulai dari fisioterapi yang kami masukkan di Kampung Atlet guna memaksimalkan pemulihan atlet serta psikolog untuk atlet yang butuh motivasi."

Empat kloter kontingen Indonesia untuk Paralimpiade sudah bertolak ke Tokyo. Tersisa satu kloter lagi yang berisikan 11 orang yang salah satunya terdiri atas dua atlet para-menembak Hanik Puji Hastuti, Bolo Triyanto, atlet para-atletik Setiyo Budi Hartanto yang akan berangkat pada 23 Agustus.

Baca juga: Para-menembak jadi cabang terakhir bertolak ke Paralimpiade Tokyo
Baca juga: M Fadli mulai latihan di arena lomba Paralimpiade Tokyo 2020
Baca juga: Jaenal dan Hanik bawa bendera Indonesia di defile Paralimpiade Tokyo


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021