"Selain sudah tersedia layanan dan alternatif untuk menonton film, sebetulnya sekarang yang muncul adalah orang akan dan sudah terbiasa dengan binge-watching, terbiasa menonton banyak series," kata Anggota Komite Film Dewan Kesenian tersebut di Jakarta pada ANTARA, baru-baru ini.
Baca juga: DKJ siapkan festival tari kontemporer JICON 2021
Itu menunjukkan bahwa penonton sudah lebih bisa menerima cerita yang lebih kompleks.
"Itulah mengapa series menjadi lebih diminati karena pendalaman karakternya, plot yang berliku, plot-twist, dan elemen lainnya. Ini juga membuat series menjadi salah satu potensi kuat saat ini," ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, Hikmat berpendapat ada juga pola "coba-coba" yang berkebalikan dari binge-watching yang membutuhkan atensi panjang dalam menonton sebuah tayangan. Mereka yang "coba-coba" ini justru memiliki atensi yang cenderung lebih pendek.
"Ini membuat film menjadi informasi yang berlimpah, dan ada semacam 'industri ulasan' di kalangan penonton. Tapi, itu tidak secara langsung. Orang either jadi movie buff yang nonton banyak sekali tapi hopping (berlompatan), atau sebaliknya," kata dia.
"Artinya, kenapa orang dari satu film lalu hop ke yang lain? Apa yang membuat orang untuk hopping? Biasanya, yang paling mudah dikorbankan adalah film panjang yang dianggap membosankan," imbuhnya.
Namun, Hikmat berpendapat bahwa dengan banyaknya konten dan pilihan bentuk maupun genre film di layanan digital, membuat penonton menjadi lebih "cerewet" karena memperhatikan jalannya cerita, alih-alih hanya karena ingin melihat visual yang asyik untuk disaksikan maupun karena lakonnya adalah seorang pemain film terkenal.
"Sekarang ini sepertinya studio pun menjadi lebih memilih untuk mengajak aktor baru, tapi bisa membangun franchise atau empire (dari film yang diproduksi). Story adalah yang paling kuat saat ini," kata Hikmat.
"Orang sekarang lebih memilih mencari story dan bintangnya adalah pilihan kedua mereka, karena bintang membuat mereka betah nonton atau tidak. Penonton juga nantinya akan demand lebih banyak opsi. Seiring dengan itu, nanti akan ada industri dan infrastruktur film discord atau percakapan tentang film juga, seperti gosip, ulasan, customer guide, dan kritik," ujarnya.
Baca juga: Merambah sektor game, Netflix buka lowongan jabatan eksekutif
Baca juga: Pandemi diharapkan jadi momentum perbaiki infrastruktur industri film
Baca juga: Pengamat film: Pemerintah perlu bangun infrastruktur bioskop di daerah
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021