Delapan pekerja migran lainnya yang dijemput paksa oleh keluarga
Labuan Bajo (ANTARA) - Sebanyak sembilan orang pekerja migran Indonesia (PMI) dari 32 orang yang difasilitasi oleh BP3MI untuk dipulangkan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur positif COVID-19 dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.

"Meskipun sudah dikarantina di pintu embarkasi antar negara, besar kemungkinan mereka tertular dalam perjalanan ke Kupang dengan menggunakan kapal laut,” ujar Kepala Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT Fima Inabuy dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Rabu.

Kesembilan orang PMI yang ditemukan positif COVID-19 masing-masing berasal dari Kabupaten TTS empat orang, Alor dua orang, Malaka satu orang, Lembata satu orang, dan Kupang satu orang. Sebelumnya, mereka tiba di NTT pada Sabtu lalu dan langsung diperiksa oleh petugas. Selanjutnya, hasil tes keluar pada Senin lalu dan menyatakan kesembilan orang tersebut positif.

"Berdasarkan penjelasan petugas BP2MI, ada delapan pekerja migran lainnya yang dijemput paksa oleh keluarga di pelabuhan dan menolak untuk diswab. Sedangkan kini sembilan PMI berada dalam penanganan BP3MI dan akan diarahkan menjalani karantina terpusat di Kota Kupang," katanya.

Fima mengimbau agar selain pemulangan yang diketahui oleh BP3MI, para pekerja migran yang pulang lewat jalur yang tidak difasilitasi pemerintah atau jalur mandiri untuk melakukan tes sebelum pulang ke rumah.

Baca juga: Pekerja migran Indonesia yang meninggal di Malaysia capai 445 orang

Baca juga: Pemprov NTT gandeng TNI AU menangani kepulangan pekerja migran


Menurut dia dengan angka positivity rate yang sedang menurun ini, sebaiknya NTT juga tetap menjaga pintu-pintu perbatasan, agar angka infeksi tidak meledak dan tidak tertangani. Antisipasi pintu masuk juga penting untuk memetakan mereka yang baru tiba agar tidak membawa varian baru virus.

Wakil Ketua Tim Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT Elcid Li menambahkan kendala pengambilan swab dari pekerja migran belum dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri.

“Minimnya ketersediaan laboratorium PCR di daerah seharusnya dijembatani oleh dinas kesehatan di daerah untuk mengirimkan sample ke Laboratorium Biokemas NTT di Kota Kupang, tapi itu pun tidak mereka lakukan,” kata Elcid.

Menurutnya kehadiran laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat di daerah NTT seharusnya menjadi fokus dari berbagai kabupaten.

Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT merupakan satu-satunya laboratorium yang melakukan pengawasan terpadu memantau pemulangan para pekerja migran.

Kerja sama ini dilakukan dengan BP3MI, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinas Koperasi Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Program pengawasan pemulangan pekerja migran merupakan program insiatif Lab Biokemas Provinsi NTT.

Hingga saat ini sebanyak 15 ribuan sample warga telah diperiksa secara gratis di Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.

“Kemampuan untuk memeriksa gratis karena dengan metode pool test, ada inovasi yang dilakukan di dalamnya, dan terbukti beban biaya bisa dihemat tujuh kali lipat,” kata Fima.

Baca juga: NTT belum miliki data total jumlah pekerja migran yang dipulangkan

Baca juga: PMI NTT di Hong Kong minta bantuan pemprov kirim masker

 

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021