Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook dan Niue, Tantowi Yahya, mengatakan generasi muda harus punya rasa bangga atas identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar, baik itu dari keragaman budaya hingga potensi yang dimiliki sebagai negara terbesar keempat di dunia.

Menurut Tantowi, dengan kebanggaan akan keberagaman Indonesia yang telah tertanam, masyarakat akan bisa menjadi "promoter" bagi orang lain, tak terkecuali warga negara lain yang masih awam tentang Indonesia.

"Aset yang bukan hanya menarik dari Indonesia selain pariwisata, namun adalah menanamkan kebanggaan terutama ke generasi muda. Ini menarik, because they belong to their nation. Kita perlu 'public relation' untuk mempromosikan Indonesia, dan kita adalah bagian dari itu," kata Dubes Tantowi dalam seminar web bersama Asosiasi Perusahaan Public Relation Indonesia (APPRI), Rabu.

Lebih lanjut, Tantowi yang terhubung dari Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wellington, Selandia Baru itu mengatakan bahwa tak jarang ada warga negara asing yang tidak akrab dengan Indonesia, tapi malah mengetahui Bali dan bahkan pernah mengunjunginya.

"Fakta kalau Bali populer itu tentu membanggakan, hanya saja mereka tidak tahu kalau Bali itu bagian dari Indonesia. Kita bisa memulai (promosikan) Indonesia, karena Indonesia sendiri sebenarnya memiliki citra positif di luar negeri," jelas dia.

Adapun citra positif tersebut menurut Tantowi, di antaranya adalah fakta bahwa Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia, negara dengan demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Lebih lanjut, Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, negara dengan potensi ekonomi terbesar di Asia Tenggara (ASEAN), satu-satunya negara G-20 dari ASEAN, dan negara yang diprediksi memiliki ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030.

"Indonesia juga konsisten menjalankan prinsip bebas dan aktif dalam Polugri. Indonesia pun memastikan kepentingan negara berkembang dalam pembahasan berbagai isu internasional," kata dubes yang juga merupakan seniman dan figur publik Indonesia tersebut.

Tantowi lalu membagikan pengalamannya selama berada di Wellington, Selandia Baru. Menurutnya, KBRI harus bisa menjadi sebuah tempat aman (safe space) bagi warga negara Indonesia yang bermukim di negara lain. KBRI juga diharapkan bisa menjadi tempat promosi bagi warga negara asing yang mengunjunginya.

"KBRI harus membuat warga negara Indonesia merasa aman dan terlindung. Namun, dengan KBRI yang didesain sedemikian rupa dengan ragam desain dan budaya Indonesia seperti di Wellington, WNA yang datang juga bisa melihat kebesaran dan keagungan budaya Indonesia," kata kakak dari Helmi Yahya tersebut.

Di KBRI di Wellington, Tantowi mengatakan terdapat "Wellington Initiatives" yang mencakup beberapa hal penting. Misalnya di inisiatif Media Engagement yang mencakup meluruskan berita bohong, hoaks, dan propaganda Kelompok Separatis Papua (KSP). Lalu, aktif menangkal berita bohong dengan hak jawab maupun media sosial.

Lebih lanjut adalah inisiatif Campus Engagement yang meliputi mengadakan seminar dan diskusi ilmiah terbuka. Ada pula Government and Parliamentary Engagement, di mana KBRI di Wellington hadir pada sesi hearing dan sidang lainnya untuk memberikan penjelasan faktual.

Terakhir adalah NGO and Diaspora Engagement, yakni KBRI di Wellington secara teratur bertemu dengan lembaga swadaya masyarakat (NGO/LSM) dan Diaspora Indonesia untuk memberikan informasi mengenai Tanah Air termasuk Papua.

Baca juga: Gandeng Pasifik, Indonesia berupaya pulihkan ekonomi pascapandemi

Baca juga: Tantowi Yahya paparkan dinamika Kawasan Pasifik di kuliah umum Unhas

Baca juga: Media berperan signifikan dalam keberhasilan Selandia Baru atasi wabah


 

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021