Jakarta (ANTARA) - Lifter Indonesia Ni Nengah Widiasih mengaku bersyukur karena kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil berupa medali perak Paralimpiade Tokyo 2020 dari cabang para-powerlifting kelas 41kg putri.

Perempuan yang akrab disapa Widi itu mengaku bersyukur dan bangga karena perak yang diraihnya tidak hanya menjadi medali pertama bagi Merah Putih dalam Paralimpiade Tokyo 2020, tetapi juga perak pertama Indonesia sejak Seoul 1988.

“Yang pasti senang dan bangga. Sesuai target pribadi karena sebelum ke sini saya ada di ranking kedua dunia. China memang tangguh sekali,” demikian pernyataan resmi Widi kepada NPC Indonesia yang diterima di Jakarta, Kamis.

“Tapi saya bersyukur karena hari ini Merah Putih bisa berkibar dan bisa memperbaiki angkatan saya dari perunggu di Brazil dan sekarang perak,” kata dia menambahkan.

Baca juga: Ni Nengah Widiasih raih medali pertama untuk Indonesia di Paralimpiade

Sementara itu, pada Olimpiade London 2012 dan Rio 2016, Indonesia hanya mampu merebut masing-masing satu perunggu

Namun Merah Putih akhirnya berhasil memecahkan kebuntuan itu dan meraih medali perak pertamanya setelah 33 tahun lewat lifter Ni Nengah Widiasih dari cabang para-powerlifting kelas 41kg putri di Tokyo 2020.

Sementara itu, medali emas diamankan oleh lifter China Guo Lingling. Dia juga memecahkan rekor dunia kelas 41kg atas namanya sendiri dengan mencatatkan angkatan terbaik 109kg.

Medali perunggu direbut oleh lifter Venezuela Clara Sarahy Munasterio dengan angkatan terbaiknya 97kg.

Baca juga: Dubes Heri sambut gembira medali perak Ni Nengah Widiasih

Widi berterima kasih kepada pemerintah atas bantuan yang selama ini terus diberikan kepada para atlet NPC Indonesia sehingga ia bisa merebut perak di Tokyo.

Widi berhak atas medali perak setelah membukukan angkatan 98kg. Catatan angkatan perempuan asal Bali itu meningkat dibanding torehannya pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro ketika dia meraih perunggu lewat angkatan 95kg.

Selain itu, catatan 98kg itu juga menjadi rekor terbaiknya dalam kariernya sebagai atlet para-powerlifiting kelas 41kg.

“Semoga nanti yang tahun depan ASEAN Para Games dan Asian Para Games bisa tampil baik juga,” kata perempuan berusia 32 tahun itu.

“Semoga medali saya bisa jadi motivasi untuk atlet lain yang akan berjuang,” tutup dia.

Meski mempertahankan tradisi medali di tiga Paralimpiade terakhir, Indonesia belum pernah lagi meraih medali emas sejak Paralimpiade Arhem di Belanda pada 1980.

Baca juga: Bersiap memetik nilai-nilai mulia dari Paralimpiade Tokyo 2020
Baca juga: Para-badminton Indonesia singgah di Machida sebelum ke Kampung Atlet
Baca juga: Giliran Adyos Astan pastikan tiket babak 16 besar Paralimpiade Tokyo


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2021