Yogyakarta (ANTARA News) - "Non Performing Loan" (kredit bermasalah) perbankan di Daerah Istimewa Yogyakarta pascaerupsi Gunung Merapi diperkirakan mencapai Rp228,4 miliar, kata Pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta Dewi Setyowati.

"Kredit bermasalah itu diperkirakan berasal dari 8.240 nasabah perbankan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat (BPR)," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, kredit bermasalah perbankan di DIY pascaerupsi Merapi yang pertama tercatat Rp106 miliar dari 3,655 nasabah. Namun, pada erupsi berikutnya hingga kini tercatat Rp228,4 miliar dari 8.240 nasabah.

"Potensi kredit bermasalah berasal dari kredit nasabah yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung erupsi Gunung Merapi. Kami saat ini masih menunggu kebijakan Gubernur Bank Indonesia (BI) terkait kredit bermasalah tersebut," katanya.

Ia mengatakan saat ini sedang dibahas apakah keringanan kredit untuk semua nasabah yang terkena dampak baik langsung maupun tidak langsung atau hanya untuk debitur yang terkena dampak langsung bencana erupsi Merapi.

"Kebijakan tersebut juga akan diberikan kepada nasabah perbankan di wilayah bencana lain, bukan hanya di DIY," kata Dewi.

Menurut dia, BI terus memantau perkembangan kredit dan berdasarkan pemilahan data di Kabupaten Sleman, DIY, ada 4.009 debitur dengan kredit sebesar Rp63,9 miliar terkena dampak langsung erupsi Merapi.

"BI terus memantau perkembangan kredit perbankan di DIY terkait dengan bencana erupsi Gunung Merapi," katanya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi DIY akan menyelenggarakan program padat karya bagi warga korban bencana erupsi Gunung Merapi yang kehilangan tempat tinggal.

"Kami saat ini masih menunggu finalisasi turunnya anggaran untuk program tersebut dari DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan program padat karya bagi warga di kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman itu kendalanya bukan hanya ketersediaan dana untuk pelaksanaannya, tetapi juga program yang akan diterapkan.

Program yang akan diterapkan harus disusun terlebih dulu, misalnya warga dilibatkan dalam pembuatan "shelter" atau tempat hunian sementara dan memangkas batang pohon salak yang terkena abu vulkanik.

Selain itu, menurut dia, warga juga bisa dilibatkan dalam kegiatan pengaspalan jalan menuju lokasi "shelter" atau hunian sementara, pemasangan instalasi listrik dan instalasi air bersih.

"Dalam pelaksanaan program tersebut warga yang terlibat diberi upah, dan pemerintah daerah yang memfasilitasi dengan dana dari APBD Sleman, ABPD DIY hingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," katanya.

Ia mengatakan jika untuk masa tanggap darurat dana bisa diambil dari APBD 2010, tetapi untuk masa pemulihan dan rekonstruksi harus mengambil dari APBD 2011.

"Dana dari APBD 2011 untuk masa pemulihan dan rekonstruksi pascabencana saat ini masih dibahas DPRD DIY," katanya.



Pangkas tanaman salak

Bupati Sleman Sri Purnomo, Sabtu, mengawali pemangkasan pelepah daun Salak Pondoh yang rusak akibat abu vulkanik letusan Gunung Merapi di Dusun Pancoh Wetan, Desa Girikerto, Kecamatan Turi.

"Pemangkasan tanaman salak yang rusak akibat terkena material erupsi Gunung Merapi ini bertujuan agar tanaman bisa segera tumbuh dan kembali pulih," katanya.

Menurut dia, kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan dorongan dan semangat kepada masyarakat yang terkena musibah agar tetap optimis dalam menatap masa depan.

"Kami harapkan masyarakat dapat mengambil hikmah dari kejadian erupsi Gunung Merapi yaitu ke depan diharapkan lahan pertanian salak menjadi lebih subur sehingga produktivitas salak semakin baik di masa yang akan datang," katanya.

Ia mengatakan kegiatan ini merupakan program padat karya yang bertujuan untuk membangkitkan kembali atau menciptakan pekerjaan bagi masyarakat sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing.

"Masyarakat yang berkebun salak diharapkan segera kembali mengurus kebunnya, yang bertani segera kembali beraktivitas di sawah begitu juga yang mengembangkan perikanan segera mengurus ikannya. Dengan berjalannya aktivitas masyarakat sesuai dengan pekerjaannya ini diharapkan perekonomian akan segera kembali pulih," katanya.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo mengatakan kebun Salak Pondoh di Sleman ada 2.000 hektare, sebanyak 1.400 hektare di antaranya atau sekitar 3 juta rumpun salak mengalami kerusakan akibat terkena material erupsi Gunung Merapi.

"Diharapkan dengan adanya pemangkasan ini produktivitas pohon salak dapat kembali pulih dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan," katanya.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Sleman telah merencanakan program-program untuk memperbaiki kebun salak sehingga ekonomi masyarakat dapat tumbuh lebih baik lagi.

"Beberapa komunitas petani salak yang bermitra dengan pihak ke tiga untuk ekspor salak saat ini masih dapat mengirimkan produk salaknya yang salah satunya dengan Alfamidi sebesar 1 ton dan juga dengan mitra lain yang persyaratan produk yang ditetapkan tidak berlebih," katanya.

Kegiatan pemangkasan salak yang dilaksanakan hari ini diikuti sembilan kelompok tani salak di wilayah Kecamatan Turi.

Sementara itu sampai saat ini sebagian warga Turi masih mengungsi di sembilan titik pengungsian baik itu di balai desa, sekolah, pondok maupun di masjid karena sebagian wilayah Kecamatan Turi masuk wilayah radius 10 km dari puncak Merapi yang direkomendasikan Badan Geologi agar warga untuk sementara waktu mengungsi.



Psikososial-medis

"Muhammadiyah Disaster Management Center" akan memberikan pelayanan psikososial-medis kepada para korban erupsi Gunung Merapi.

"`Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)` dalam menangani korban erupsi Gunung Merapi menerapkan pola pendampingan "multi cluster" secara terpadu berupa pendampingan psikososial yang dipadu dengan pelayanan medis," kata Ketua MDMC Budi Setiawan, Sabtu.

"Selain itu, kami juga melakukan proses penguatan organisasai lokal dengan pendirian pusat kegiatan masyarakat. Pemulihan yang terbaik adalah dengan mengupayakan warga yang menjadi korban bisa mengorganisasikan proses pemulihan mereka sendiri, kami hanya mendampingi," katanya.

Menurut dia, konsep pendampingan ini diberi nama PKO yang merupakan singkatan dari "People Kampong Organized".

"Konsep ini pernah sukses diterapkan dalam upaya pendampingan yang dilakukan pada Gempa Bumi Yogyakarta 2006 dan Gempa Bumi Sumatera Barat 2009," katanya.

Ia mengatakan seperti halnya pada 2006 dan 2009, saat ini Muhammadiyah juga bekerjasama dengan AUSAID, Pemerintah Australia.

"Hal yang baru pada pelaksanaan kali ini juga melibatkan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Achmad Dahlan (UAD) Yogyakarta selain pelibatan Mahasiswa Psikologi dari beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah, kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan juga kader Kepanduan Hisbul Wathan," katanya.

Budi mengatakan dua puluh rumah sakit siap terlibat dalam program ini, termasuk juga "Aisyiyah" dan Lembaga Amal Zakat Infaq, Shodaqoh (LAZIS) Muhammadiyah.

"Pelibatan FKM UAD untuk melakukan edukasi kepada korban bencana tentang kesehatan masyarakat di daerah bencana," katanya.



Jepang bantu masker

Pemerintah Jepang memberikan bantuan 9.400 masker kepada warga korban bencana erupsi Gunung Merapi melalui posko Disaster Response Unit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bantuan secara simbolis diserahkan Duta Besar (Dubes) Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri kepada Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudjarwadi didampingi Ketua Tim Disaster Response Unit (DERU) UGM Slamet Widiyanto di Yogyakarta, Sabtu.

Kojiro Shiojiri mengatakan bantuan itu merupakan bentuk keprihatinan pemerintah, masyarakat, dan perusahaan Jepang khususnya yang ada di Indonesia yang tergabung dalam Jakarta Japan Club (JJC) atas musibah erupsi Gunung Merapi.

"Bantuan itu merupakan sebuah wujud kepedulian dan keprihatinan kami yang mendalam atas bencana meletusnya Gunung Merapi. Masker tersebut diharapkan dapat digunakan untuk kegiatan sukarelawan atau dibagikan kepada pihak yang membutuhkan," katanya.

Sudjarwadi mengatakan, bantuan masker itu akan disalurkan khususnya kepada para pengungsi Gunung Merapi yang masih membutuhkan dan tersebar di berbagai posko pengungsian baik yang ada di DIY maupun Jawa Tengah.

"Kami menerima dan menyambut dengan senang hati bantuan yang disalurkan melalui UGM. Bantuan itu akan segera kami sampaikan kepada pengungsi yang membutuhkan," katanya.

Ia mengatakan dengan adanya bantuan ribuan masker tersebut diharapkan kerja sama kedua pihak bisa dilanjutkan dan ditingkatkan. Apalagi, selama ini UGM juga telah menjalin kerja sama yang cukup bagus dan erat dengan perguruan tinggi di Jepang. "Kami berharap kerja sama bisa terus ditingkatkan baik di bidang pendidikan maupun penelitian," katanya.

Slamet Widiyanto mengatakan, pihaknya berterima kasih atas bantuan masker dari Jepang. Apalagi, saat ini persediaan masker yang ada di DERU UGM telah habis.

"Bantuan itu tentunya sangat bermanfaat. Bantuan itu akan segera kami distribusikan kepada pengungsi yang membutuhkan," katanya.

Sebelumnya, Kojiro Shiojiri juga menyerahkan bantuan 10.000 masker kepada Ketua Yayasan Royal Silk GKR Pembayun untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.

Pada penyerahan bantuan itu Kojiro Shiojiri didampingi Atase Pers Seiko Namba, Ketua JJC Norio Yamazaki, dan Sekjen JJC Chikara Shimizu.



Sumbar bantu pengungsi Merapi

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyerahkan bantuan berupa uang dan barang untuk pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bantuan uang senilai Rp500 juta, beras sebanyak tujuh ton, dan sembako itu diserahkan Wakil Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Muslim Kasim kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Yogyakarta, Sabtu.

Muslim Kasim mengatakan bantuan tersebut merupakan wujud rasa kepedulian dan keprihatinan pemerintah dan masyarakat Sumbar terhadap korban bencana erupsi Gunung Merapi di DIY. Apalagi, Sultan merupakan "mamak" bagi masyarakat Sumbar.

"Kami berharap bantuan itu bermanfaat bagi korban bencana erupsi Gunung Merapi, sehingga dapat mengurangi beban mereka," katanya.

Sultan mengatakan dirinya mewakili masyarakat DIY menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Sumbar yang peduli kepada korban bencana erupsi Gunung Merapi.

"Bantuan yang diserahkan pasti sangat bermanfaat bagi pengungsi. Kontribusi itu diharapkan bisa menggugah, tidak hanya empati, tetapi juga semangat untuk bangkit kembali, dan terus memperkuat kebersamaan sebagai modal sosial," katanya.

Menurut dia, masyarakat Sumbar di Yogyakarta telah membuat dapur umum di pengungsian, sehingga bisa berpartisipasi menyiapkan makanan bersama dapur umum lainnya untuk sekitar 10.000 pengungsi di posko Jogja Expo Center (JEC).

"Meskipun berada di pengungsian, korban Merapi dapat menikmati masakan Padang yang disiapkan dapur umum masyarakat Sumbar di Yogyakarta," katanya.



Bersihkan Candi Borobudur

Insan pariwisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu membersihkan abu vulkanik erupsi Gunung Merapi yang menutupi bangunan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Insan pariwisata Provinsi DIY yang terlibat dalam aksi bersih-bersih Candi Borobudur terdiri atas anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Keluarga Public Relation (Kapurel), dan Dinas Pariwisata Provinsi DIY.

"Akibat bencana erupsi Gunung Merapi beberapa waktu lalu, kondisi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang juga terkena dampaknya yakni dipenuhi abu vuknaik yang menutupi bangunan candi," kata Wakil Ketua Asita DIY Edy Purnomo.

Ia mengatakan kegiatan ini sekaligus sebagai ungkapan rasa kepedulian insan pariwisata DIY terhadap objek wisata Candi Borobudur yang banyak dikunjungi wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.

Untuk membersihkan abu vulkanik di bangunan Candi Borobudur bukan pekerjaan mudah, sehingga membutuhkan peran aktif pemerintah khususnya dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata maupun BUMN Pariwisata untuk segera turun tangan.

"Sebab, kondisi bangunan candi saat ini memprihatinkan akibat terkena abu vulkanik, sehingga sangat mengganggu keindahan candi. Oleh karena itu, perlu secepatnya dibersihkan," katanya.

Meski demikian, kata Edi, pihaknya optimistis objek wisata itu nantinya tetap dikunjungi wisatawan, apalagi saat ini tingkat kunjungan wisatawan mancanegara mulai ramai lagi datang ke Yogyakarta, termasuk mengunjungi Candi Borobudur.

"Candi Borobudur adalah kebanggaan nasional termasuk warga Yogyakarta, sehingga harus segera bersih dan nyaman untuk kunjungan wisatawan," kata Edi.

Aksi bersih-bersih abu vulkanik tersebut berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB.

Selain insan pariwisata DIY, dalam kesempatan tersebut juga diikuti sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan para pelajar SLTA dari Kabupaten Magelang.



Balasan warga Bantul

Ratusan warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dari berbagai lapisan, Sabtu melakukan kerja bakti membantu membersihkan sisa material vulkanik letusan Gunung Merapi di sejumlah tempat di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

Kerja bakti itu merupakan balasan dari warga Bantul yang pernah dibantu warga Sleman ketika Bantul porak poranda dilanda gempa bumi pada 27 Mei 2006.

Ketua Panitia Bakti Sosial Kabupaten Bantul untuk korban letusan Gunung Merapi Misbakul Munir mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk solidaritas dari warga yang juga pernah mengalami bencana alam, yakni gempa bumi pada 27 Mei 2006.

"Kami dulu juga pernah mengalami bencana gempa bumi dahsyat, dan banyak memperoleh bantuan dari para relawan, sekarang ini saatnya warga Bantul yang dahulu menderita akibat bencana gempa bumi membalas kebaikan warga Sleman," katanya.

Ia mengatakan kerja bakti ini diutamakan di sarana prasarana umum yang sangat dibutuhkan warga dan juga rumah-rumah warga yang ada di sekitar sarana-prasarana umum tersebut.

"Bakti sosial ini kita targetkan selesai hari ini dan selanjutnya rombongan warga Bantul akan kembali lagi ke rumahnya masing-masing," katanya.

Bakti sosial ini masyarakat Bantul ini di antaranya dilakukan di Balai Desa Purwobinangun, Candibinangun, Harjobinangun, Pasar Pekam, Terminal Pakem dan posko utama Kecamatan Pakem.

Bupati Bantul Sri Suryawidati yang juga ikut kerja bakti membantu masyarakat Sleman korban erupsi Gunung Merapi mengatakan, masyarakat Sleman telah banyak membantu warga Bantul saat terjadi bencana gempa bumi pada 2006.

"Saat ini mereka sedang susah akibat bencana Gunung Merapi, dan warga Bantul ingin membalas budi atas kebaikan masyarakat Sleman. Bakti sosial ini murni dari keinginan masyarakat Bantul yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Bantul," katanya.



Pentas seni untuk pengungsi

SMA Kolese de Brito Yogyakarta menggelar pentas seni "Malam Keberagaman" untuk menggalang dana dan menghibur para pengungsi bencana Gunung Merapi, di Yogyakarta, Sabtu.

Kegiatan yang dibuka Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X ini, juga dimaksudkan untuk menyuarakan Bhinneka Tunggal Ika.

"Tujuan dan pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan yang dikemas dalam festival seni ini adalah untuk menyadarkan kembali perlunya menghargai keberagaman yang ada di Indonesia," kata Ketua Panitia Festival Seni `Malam Keberagaman` Bondan Kristi.

Gubernur DIY Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan dalam konteks keberagaman tetapi tetap satu, juga bisa dilihat dan dirasakan di tengah pengungsian korban bencana Gunung Merapi.

"Mereka mengungsi meninggalkan rumah masing-masing, berbaur dengan pengungsi lain, dan menjadi satu di satu tempat yang sama, dalam suasana yang sama pula," katanya.

Kesenian yang tampil dalam acara ini di antaranya reog, musik, dan tari tradisional dari sejumlah sanggar tari di Yogyakarta.

Penyanyi Sawung Jabo, dan kelompok Langit serta Rescue juga ikut memeriahkan pentas seni "Malam Keberagaman" ini.

Menurut Bondan Kristi, hasil penjualan tiket dari pentas seni ini akan disumbangkan kepada pengungsi bencana Gunung Merapi. "Sebab, tujuan utama kami selain ingin menyampaikan pesan dan makna keberagaman, juga untuk menggalang dana guna membantu para pengungsi Merapi," katanya.



Lalat serang lokasi bencana

Ribuan lalat menyerang sejumlah wilayah yang terkena erupsi Gunung Merapi akibat masih banyak bangkai ternak yang mati dan belum sempat dibakar atau dibersihkan.

"Serbuan lalat saat ini tidak hanya menghinggapi bangkai ternak, tetapi sudah menghinggapi pohon-pohon dan puing-puing rumah yang hancur akibat terjangan awan panas Gunung Merapi," kata Kepala Bidang `Surveilance Epidemic` Balai Besar Tekhnik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta Wawan Hermawan, Jumat.

Menurut dia, pihaknya sudah empat kali melakukan penyemprotan disinfektan di wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, yang merupakan lokasi yang mengalami kerusakan parah.

"Meskipun beberapa kali kami melakukan penyemprotan disinfektan, tetapi hingga saat ini ribuan lalat masih bertebaran di setiap sudut, sehingga kali ini penyemprotan kami fokuskan untuk pemberantasan lalat melalui penyemprotan itu," katanya.

Ia mengatakan jika lalat menyerbu ke perkampungan yang dihuni penduduk, maka penyebaran penyakit bisa luar biasa, dan sangat mengkhawatirkan untuk kesehatan masyarakat.

"Kami sempat kaget dengan banyaknya lalat yang sudah menyebar ke tiap sudut desa, dan kami memang tidak bisa memusnahkan ribuan lalat tersebut, namun setidaknya bisa miminimalisir dan mengeliminasi sumber penyakit," katanya.

Wawan mengatakan sebenarnya dengan jumlah lalat yang seperti ini maka cara yang lebih efektif adalah dengan dimusnahkan melalui pesawat penyemprot. "Lalatnya banyak sekali, sehingga cara yang paling efektif adalah dengan pesawat penyemprot," katanya.

Ia mengatakan selain melakukan penyemprotan lalat yang hinggap di bangkai hewan ternak, pihaknya juga menyemprot tanah yang berada di sekitar bangkai untuk memusnahkan potensi virus kolera akibat cairan dari bangkai ternak.

Salah seorang petugas lapangan Bagyo mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat lamban menanggulangi epidemik lalat tersebut. "Hingga saat ini hanya para relawan yang sudah peduli terhadap bangkai ternak, kami sudah lima kali melakukan penyemprotan ke sini, semuanya itu laporan dari relawan, sedangkan BNPB belum pernah ada langkah nyata," katanya. (V001*E013*B015*H008*ANT-068*ANT-161/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010